Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 7
AGUNG
MULTAZAM
ANDI ANGGARA
KARDIAN
ERI ABDILLAH
MICHAEL GRANT
MUH. HAEDAR Z
A. NURUL HIKMA
GLORY AUDREY HAURISSA
INTAN APRIANTI ACHAMAD
MUTHIA NUR AFIFAH
NURUL ALFIANI UTAMI
PUTRI RAMADHANI
SUCI MALINDA M BESSE
WIWI WULANDARI
YERINA
SKENARIO 1
Penderita laki-laki 30 tahun, pekerjaan wiraswasta, datang ke
poliklinik RS dengan keluhan batuk lebih 2 minggu, dahak
kehijauan disertai sedikit bercak darah. Kadang-kadang merasa
demam dan agak sesak napas. Penderita juga mengeluhkan
nyeri dada sebelah kanan. Pemeriksaan fisis didapatkan
tekanan darah 110/70, nadi 100 kali/menit, pernapasan 22
kali/menit, suhu 37,8C. Pemeriksaan toraks didapatkan bunyi
perkusi redup apeks paru kanan, auskultasi terdapat ronki
basah sedang pada daerah redup. Riwayat merokok sejak 10
tahun lalu, rata-rata habis sebungkus dalam sehari. Penderita
baru berhenti merokok 2 minggu terakhir
KATA KUNCI
Laki-laki 30 tahun
Batuk berdahak, kehijauan dan bercak darah
selama 2 minggu
Demam, sesak napas dan nyeri dada kanan
Riwayat perokok 10 tahun dan berhenti 2
minggu terakhir
TD 110/70 mmHg, nadi 100x/menit, suhu
37,8C dan frekuensi pernapasan 22x/menit
Perkusi redup apeks paru kanan dan ronki
PERTANYAAN
1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi dari
organ yang terkait?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya batuk?
3. Mengapa dahak berwarna kehijauan dan terdapat
bercak merah?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak napas?
5. Mengapa pasien merasakan nyeri pada dada kanan?
6. Apakah hubungan riwayat merokok pasien dengan
keluhan yang dialami?
7.
Histologi
LARYNGS
TRAKEA
BRONKUS
BRONKIOLUS
DINDINNG ALVEOLI
Fisiologi
1.VENTILASI
2. RESPIRASI
EKSTERNA
L
3.TRANSPOR
OKSIGEN
4.RESPIRASI
INERNAL
Efek merokok
Rokok Penyempitan diameter saluran napas
peningkatan produksi mukus bronkokonstriksi
hambatan aliran udara sulit bernafas
DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS
PNEUMONIA
TB PARU
PPOK
BRONKHITIS
KANKER PARU
PNEUMONIA
DEFINISI
peradangan parenkim paru akibat infeksi, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, protozoa). Penyebab tersering
pada usia muda : Streptokokus (Str) pneumonia
PATOFISIOLOGI
bakteri,
virus, jamur,
protozoa
Menembus
pertahanan
paru
Masuk ke
Bronchiolus
Respiratori
k/Alveolus
Sistem
pertahanan
tubuh
melawan
infeksi DAN
menumpuk
pada alveolus
STADIUM:
Stadium kongesti (4 12 jam
pertama)
Stadium hepatisasi merah (48
jam selanjutnya)
Stadium hepatisasi kelabu
(konsolidasi)
Stadium Darmanto.
akhir (resolusi)
: Djojodibronto,
RESPIROLOGY (Respiratory Medicine)
Ed. 2. Janakarta: EGC, 2014
KLASIFIKASI
BERDASARKAN LOKASINYA
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia
dapat dilakukan melalui:
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan Bakteriologis
Gambaran klinis
Gejala Mayor:1.batuk
2.sputum produktif
3.demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. sesak napas
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L
PEMERIKSAAN LAB
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat
peningkatan jumlah leukosit, biasanya
>10.000/ul kadang-kadang mencapai
30.000/ul, serta terjadi peningkatan LED.
Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan Analisa Gas Darah
FKUI, Chris Tanto et.al. Kapita Selekta Kedokteran Ed 4 Jakarta:
Media Aesclapius,2014
Gambaran Radiologis
1.Pneumonia Lobaris
2. Bronchopneumonia
(Pneumonia Lobularis)
Pada gambar ini
tampak
konsolidasi
tidak homogen
di lobus atas
kiri dan lobus
bawah kiri.
3. Pneumonia Interstisial
Terjadi edema dinding
bronkioli dan juga edema
jaringan interstitial
prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara
pada alveolus masih
terlihat, diliputi oleh
perselubungan yang
tidak merata.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Umum
Pemberian Oksigen dan Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan
koreksi elektrolit
Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan
jalan nafas
Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C,
takikardi atau kelainan jantung.
Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.
Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia
sebaiknya berdasarkan MO (Mikroorganisme) dan hasil uji
kepekaannya. Penanganan awal dengan terapi empirik.
FKUI, Chris Tanto et.al. Kapita Selekta Kedokteran Ed 4
Jakarta: Media Aesclapius,2014
TB PARU
DEFINISI
Infeksi yang disebabkan oleh Mycoacterium
tuberculosis. Kuman ini menyebar melalui
inhalasi droplet nuclei yang kemudian masuk ke
saluran napas dan bersarang di jaringan paru
Cara penularan
-Inhalasi
-Melalui kulit
-Melalui saluran cerna
-Melalui plasenta
Setiati,siti ,Alwi,idrus dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi VI .2014
Manifestasi klinis
->batuk > 2 minggu disertai
hemoptisis
->Sesak napas+nyeri dada
->Demam, malaise, keringat malam,
anoreksia dan BB menurun
->Ronki basah
->Suara napas melemah
FKUI, Chris Tanto et.al. Kapita Selekta Kedokteran Ed 4
Jakarta: Media Aesclapius,2014
Patogenesis
INFEKSI
PASCA
PRIMER
Terjadi setalah TB
Primer
INFEKSI
PRIMER
Kuman
masuk pda
saluran
pernapasa
n
Bersarang
di jaringan
paru
Reaktivitas MTB
akibat imunitas
menurun
Terbentuk sarang
dini biasanya di
Apikal lobus sup.
Maupun Infe.
Fokus
primer
Terjadi peradangan
saluran getah
bening menuju hilus
( Limafangitis
Lokal )
Diikuti pembesaran
kelenjar getah
bening di hilus
Komple
k
primer
Direso
bsi
kembal
i
Meluas
membent
uk
jaringan
kaeseosa
Diagnosis
Pemeriksaan lab
->Darah
->Sputum
Pemeriksaan radiologi
Setiati,siti ,Alwi,idrus dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi VI .2014
Pengobatan TB
1. Intensif (2-3 bulan)
2. Lanjutan(4-7 bulan)
PPOK
Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan
penyakit yang dapat dicegah dan dapat diobati,
dengan karakteristik hambatan aliran udara
menetap dan progresif yang disertai dengan
peningkatan respon inflamasi kronis pada saluran
napas dan paru terhadap partikel berbahaya.
Rokok
FAKTOR-FAKTOR
RESIKO
Polusi udara
Riwayat infeksi saluran napas berulang
Defisiensi alfa1 antitripsin (AAT)
Lain-lain
PATOMEKANISME PPOK
Pajanan terhadap partikel atau gas berbahaya
dapat menyebabkan:
inflamasi paru,
kerusakan jaringan, mekanisme pertahanan, dan
perbaikan tubuh
(PPOK pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia 2003. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia;2003)
MANIFESTASI KLINIK
Sesak nafas (progresif, menetap, dan
memburuk dengan aktivitas)
Batuk kronis (intermitten atau unproductive)
Produksi sputum kronis
Terdapat paparan faktor resiko
BRONKHITIS
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang
ditandai oleh pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan
pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut
Proses patologis yang predominan adalah proses
peradangan saluran napas, disertai penebalan mukosa dan
hipereksresi mukus sehingga terjadi obstruksi difus
McPhee, s. J. (n.d.). Patofisiologi penyakit. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC.
Price, S. A. (n.d.). Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran : EGC
Mukus
PENEBALAN
MUKOSA
Manifestasi Klinis
TUMOR PARU
DEFINISI
Tumor paru adalah sebuah keadaan dimana
terjadi pertumbuhan yang tidak terkendalai
di dalam paru-paru.
ETIOLOGI
->Mutasi Gen
->Kekebalan tubuh
->Paparan atau inhalasi berkepanjangan zat
yang bersifat karsinogenik
Buku ajar ilmu penyakit dalam jild III edisi VI
Manifestasi klinik
Batuk
Penurunan BB
Lemas
Demam
Hemoptisis
Mengi ( wheesing ,stridor)
Kadang terdapat Abses paru
Atelaksis
Nyeri dada
Sesak
Suara serak
DIAGNOSIS
Pemeriksaan
Laboratorium
dapat
dilakukan
pemeriksaan
sitologi
untuk
meilhat adanya sel ganas pada apusan.
Pemeriksaan Radiologi dengan Foto
Thorax namun pemeriksaan ini tidak
spesifik. Pada gambaran radiologi X-Ray
thorax dapat ditemukan adanya massa pada
paru, pelebaran mediastium, atelektasis,
konsolidasi, dan hilus membesar. Pada CTScan untuk evaluasi jaringan parenkim paru
Buku ajar ilmu penyakit dalam jild III edisi VI
PENATALAKSANAAN
SCLC ( Small Cell Lung Cancer )
Tata laksana dilakukan berdasarkan
ada tidaknya metastatis mengarah.
. Adanya
metassta
tis
kemotrapi dan/atau
radioterapi paliatif..
. Tanpa
metassta
tis
kombinasi kemotrapi
dan radioterapi
Jika ada kontradiksi
lakukan secara
berkala