Professional Documents
Culture Documents
Tatalaksana Diare
Prinsip penatalaksanaan diare menurut RI antara
lain dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa.
(a) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan
dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.
(b) Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan
selama diare untuk menghindari efek buruk pada
status gizi.
(c) Medikamentosa. Antobiotik dan antiparasit tidak
boleh digunakan secara rutin,
Tatalaksana Diare
http://eprints.ung.ac.id/5064/5/2013-1-14201841409025-bab2-27072013055025.pdf
Tatalaksana DBD
Prinsip penanganan :
1. Masa krisis DBD adalah hari ke 3 sampai ke 5 demam (umumnya).
Oleh karena itu peranan anamnese yang cermat sangat penting. 1
2. Pemberian cairan yang optimal dengan menghitung initial loading
dose dan maintenance yang tepat. Untuk itu Berat Badan harus
ditimbang, dan anamnese Berat Badan sebelum sakit (kalau ada).
3. Patokan secara umum, penderita dianggap mengalami dehidrasi
sedang, dengan taksiran kehilangan cairan 5- 8 % dari Berat
Badan.2
4. Pemantauan keadaan klinis yang cermat dan pemantauan
laboratorium yang yang akurat dan tepat waktu.
Tatalaksana DBD
Penatalaksanaan Penderita
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan tetesan 20
cc / Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 1,5 liter di guyur (cor),
selanjutnya 5 cc / Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg BB / 24 jam, atau secara
praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral
sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik
4. Keadaan klinis di monitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu
( minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu pada
status), jumlah urine perjam (sebaiknya 50 cc / jam).
5. Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti
parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh 38,50 C dan
Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah.
Tatalaksana DBD
6. Bila TD sistolik menurun 20 mmHg, atau Nadi 110 x / menit, atau
tekanan nadi (TD sistol TD diastol 20 mmHg), atau jumlah urine 40
cc / jam, pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage) tambahkan
cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan kembali stabil. Setelah
Tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke tetesan rumatan
7. Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan
TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang berlanjut, atau
terjadi perdarahan masif, atau penurunan kesadaran, perlu di periksa Hb, Ht,
Trombosit. Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara laboratorium
dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan periksa Haemorrhagic test.
8. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin memberat
atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita dinyatakan untuk
dirujuk (bila dirawat di Puskesmas atau klinik atau rumah sakit daerah) atau
dilakukan tindakan yang lebih intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
Tatalaksana DBD
9. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah
trombosit yang menyolok disertai dengan tanda-tanda
perdarahan masif. Bila terjadi perdarahan yang masif dengan
penurun kadar Hb dan Ht, segera beri tansfusi Whole blood.
10. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian
cairan yang cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda
perdarahan tidak nyata, dan pemantauan laboratorium tidak
menunjukkan perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian
FFP (Fresh Frozen Plasma) atau Plasma biasa.
11.Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan
laboratorium pada fase penyembuhan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
34314/2/Chapter%20II.pdf