You are on page 1of 20

ASUHAN

KEPERAWATAN
KEPERAWATAN JIWA
JIWA
PADA
PASIEN
PADA PASIEN
DENGAN
DENGAN GANGGUAN
GANGGUAN
PROSES
PROSES PIKIR:
PIKIR:
WAHAM
WAHAM
OLEH:
KELOMPOK IV
1. SITI RAHMAWATI ISMUHU 213215016
2. SITI PATIMAH
213215026
3. ARIF SAGITA
213215031
1

Latar Belakang
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DEPKES RI (2012), gangguan jiwa saat ini telah
menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang
dimaksud tidak hanya gangguan jiwa psikotik/
skizofrenia saja tetapi kecemasan, depresi dan
penggunaan Narkoba Psikotropika dan Zat adiktif
lainnya (NAPZA) juga menjadi masalah gangguan jiwa.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita
gangguan jiwa cukup banyak diperkirakan prevalensi
gangguan jiwa berat dengan psikosis/ skizofrenia di
Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang.
2

Latar Belakang
Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di
Indonesia, prevalensinya sekitar 11% dari total
penduduk dewasa. Hasil survei kesehatan mental
rumah tangga (SKMRT) menunjukkan, sebanyak 185
orang dari 1.000 penduduk dewasa menunjukkan
adanya gejala gangguan jiwa. Gangguan mental
emosional yang terjadi pada usia 15 tahun ke atas
dialami 140 per 1.000 penduduk dan di tataran usia 514 tahun 104 per 1.000 penduduk. Penelitian terakhir
menunjukkan, 37% warga Jawa Barat mengalami
gangguan jiwa, mulai dari tingkat rendah sampai tinggi
(Aimanullah, 2009).
3

KONSEP PENYAKIT

DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan seseorang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak
konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal
dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara
akurat (Yosep, 2009 dalam Iskandar, 2012).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu
keyakinan pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran pasien yang sudah kehilangan kontrol.

Rentang Respon Neorobiologi


Waham
Respon Adaptif
Respon Maladaptif

Pikiran logis

Distorsi pikiran

Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan
pengalaman

Ilusi
Reaksi emosi
berlebihan atau
kurang

Perilaku sesuai

Isolasi sosial

Berhubungan
sosial

Perilaku aneh atau


tidak biasa
Menarik diri

Sulit berespon emosi

Gangguan proses
pikir
Waham
Perilaku
disorganisasi

ETIOLOGI
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat, 1998 dalam Iskandar, 2012) yaitu:
1.Faktor predisposisi
.

Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokomia. Jika perkembangan

terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami stress dan
kecemasan.
.

Berbagai faktor masyarakat dapat membuat sesorang merasa terisolasi dan kesepian yang

mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stress yang berlebihan dapat mengganggu


metabolisme dalam tubuh sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan
eksternal.
1.Faktor presipitasi
.

Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu pasien

mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek yang ada di
lingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stress dan
kecemasan.

Proses Terjadinya Waham


Proses terjadinya waham terdiri dari
beberapa fase, yaitu:
1. Fase Lack of Human Need
2. Fase Lack of Self Esteem
3. Fase Control Internal External
4. Fase Environtment Support
5. Fase Comforting
6. Fase Improving
8

TANDA DAN GEJALA


Untuk mendapatkan data waham,
perawat
harus
bisa
melakukan
observasi terhadap perilaku berikut ini:
1. Waham kebesaran
2. Waham curiga
3. Waham agama
4. Waham somatik
5. Waham nihilistic
9

ASUHAN
KEPERAWATAN

10

PENGKAJIAN
Alasan Masuk/dirawat
Umumnya pasien dengan gangguan
orientasi realita dibawa ke rumah sakit
karena
mengungkapkan
kata-kata
ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada sesorang. Pasien suka membentak
dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal, marah atau merusak
barang-barang
dan
tidak
mampu
mengendalikan diri.
11

Pengkajian
Pengkajian
Data fokus pengkajian pada pasien waham (Keliat dan Akemat,
2009 dalam Iskandar 2012), yaitu:
Proses pikir
1. Sirkumtansial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
pada pembicaraan
2. Fligh of idea: pembicaraan yang meloncat dari satu topic ke
topic lainnya yang masih ada hubungan yang tidak logis dan
tidak sampai pada tujuan.
3. Kehilangan asosiasi: pembicaraan yang tidak ada hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, dank lien tidak
menyadarinya.
4. Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai
pada tujuan.
5. Bloking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
6. Perseverasi: pembicaraan yang diulang berkali-kali.
12

Lanjutan
LanjutanPengkajian
Pengkajian
Isi pikir
1. Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun pasien
berusaha menghilangkannya.
2. Depersonalisasi: perasaan pasien yang asing terhadap diri
sendiri, orang atau lingkungan.
3. Hipokondria: keyakinan terhadap adanya gangguan organ
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
4. Fobia: ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap
objek/situasi tertentu.
5. Ide terkait: keyakinan pasien terhadap kejadian yang terjadi
di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.
6. Pikiran magis: keyakinan pasien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal mustahil/diluar kemampuannya.

13

Lanjutan
LanjutanPengkajian
Pengkajian
Pola pikir
Agama: keyakinan pasien terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Nihilistic: pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal
yang dinyatakan secara berulang-ulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Somatik: pasien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Kebesaran: pasien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemmapuannya yang disampaiakan secara berulang-ulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
Curiga: pasien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Sisip pikir: pasien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Siar pikir: pasien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang disampaikan
secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Kontrol pikir: pasien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
14

Lanjutan
LanjutanPengkajian
Pengkajian
Data Subjektif:
Data Subjektif:
1. Merasa
curiga,
merasa
cemburu,
merasa
1. Merasa
curiga,
merasa
cemburu,
merasa
diancam/diguna-guna, merasa sebagai orang hebat,
diancam/diguna-guna, merasa sebagai orang hebat,
merasa memiliki kekuatan luar biasa, merasa
merasa memiliki kekuatan luar biasa, merasa
sakit/rusak organ tubuh.
sakit/rusak organ tubuh.
2. Merasa orang lain menjauh, merasa tidak ada yang
2. Merasa orang lain menjauh, merasa tidak ada yang
mau mengerti.
mau mengerti.
Data Objektif
Data Objektif
3. Marah-marah karena alasan sepele dan menyendiri.
3. Marah-marah karena alasan sepele dan menyendiri.
4. Marah-marah tanpa sebab, banyak kata (logorhoe),
4. Marah-marah tanpa sebab, banyak kata (logorhoe),
menyendiri, sirkumtansial, inkoheren. (Fitria, 2010)
menyendiri, sirkumtansial, inkoheren. (Fitria, 2010)
15

Pohon
PohonMasalah
Masalah
Resiko
Resikotinggi
tinggiperilaku
perilakukekerasan
kekerasan
Effect
Effect
Gangguan
Gangguanproses
prosespikir:
pikir:waham
waham
Core
Coreproblem
problem
Harga
Hargadiri
dirirendah
rendahkronik
kronik
Causa
Causa
16

DIAGNOSA
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan


2. Gangguan proses pikir: waham
3. Harga diri rendah kronik.

17

INTERVENSI
KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
PADA
PADAPASIEN
PASIEN
SP I
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
terapeutik
- Identifikasi kebutuhan pasien
- Bicara konteks realita (tidak mendukung atau membantah
waham pasien)
- Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya dasar
- Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
- Identifikasi potensi / kemampuan yang dimiliki
- Pilih & latih potensi / kemampuan yang dimiliki
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
- Pilih kemampuan yang dapat dilakukan
- Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

18

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA


KELUARGA PASIEN
SP 1
Bina hubungan saling percaya dengan keliarga pasien
- Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
- Jelaskan proses terjadinya waham
- Jelaskan tentang cara merawat pasien waham
- Latih (simulasi) cara merawat
- RTL keluarga / jadwal merawat pasien

SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Latih keluarga cara merawat pasien (langsung ke pasien)
- RTL keluarga
SP 3
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga :
- Follow Up
- Rujukan

19

TERIMA KASIH

20

You might also like