You are on page 1of 22

SISTEM HUKUM

INDONESIA
MARZUKI AHMAD, SHI., M.H.
Fakultas Ilmu Administrasi Negara- UNIGHA
Tahun 2016

Pengantar
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan
yang terorganisasi dan kompleks, suatu himpunan
atau perpaduan ha-hal atau bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks.
Terdapat komponen yang terhubung dan mempunyai
fungsi masing-masing terhubung menjadi sistem
menurut
pola.
Sistem
merupakan
susunan
pandangan, teori, asas yang teratur.

Lanjutan..

Lanjutan
Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa
sistem hukum. Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan
dari hukum agama, hukum adat, dan hukum negara eropa
terutama Belanda sebagai Bangsa yang pernah menjajah
Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5 abad
lamanya. Maka tidak heran apabila banyak peradaban mereka
yang diwariskan termasuk sistem hukum. Bangsa Indonesia
sebelumnya juga merupakan bangsa yang telah memiliki
budaya atau adat yang sangat kaya. Bukti peninggalan atau
fakta sejarah mengatakan bahwa di Indonesia dahulu banyak
berdiri kerajaan-kerajaan hindu-budha seperti Sriwijaya, Kutai,
Majapahit, dan lain-lain.

Bukti- Bukti Sejarah


Zaman kerajaan meninggalkan warisan-warisan budaya
yang hingga saat ini masih terasa. Salah satunya adalah
peraturan-peraturan adat yang hidup dan bertahan
hingga kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan salah satu
sumber hukum di Indonesia. Indonesia merupakan negara
dengan penduduk muslim terbesar maka tidak heran
apabila bangsa Indonesia juga menggunakan hukum
agama terutama Islam sebagai pedoman dalam
kehidupan dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.

PERIODERISARI HUKUM DI INDONESIA


A. Sejarah Hukum di Indonesia
Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme dibedakan menjadi tiga era, yaitu: Era VOC, Liberal Belanda dan Politik
etis hingga pendudukan Jepang.
a. Era VOC
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan bertujuan untuk:
1. Keperluan ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negera Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.

Hukum Belanda diterapkan terhadap bangsa Belanda atau Eropa. Sedangkan untuk rakyat
pribumi, yang berlaku ialah hukum-hukum yang dibuat oleh tiap-tiap komunitas secara
mandiri. Tata politik & pemerintahan pada zaman itu telah mengesampingkan hak-hak dasar
rakyat di nusantara & menjadikan penderitaan yang pedih terhadap bangsa pribumi di masa
itu.

Lanjutan
b. Era Liberal Belanda
Tahun 1854 di Hindia-Belanda dikeluarkan Regeringsreglement (kemudian
dinamakan RR 1854) atau Peraturan mengenai Tata Pemerintahan (di HindiaBelanda) yang tujuannya adalah melindungi kepentingan usaha-usaha
swasta di tanah jajahan & untuk yang pertama kalinya mencantumkan
perlindungan hukum untuk rakyat pribumi dari pemerintahan jajahan yang
sewenang-wenang. Hal ini bisa dilihat dalam (Regeringsreglement) RR 1854
yang mengatur soal pembatasan terhadap eksekutif (paling utama Residen)
& kepolisian, dan juga jaminan soal proses peradilan yg bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap terjadi pada era ini, meskipun
tidak lagi sekejam dahulu. Pembaharuan hukum yang didasari oleh politik
liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat pribumi, sebab eksploitasi masih terus terjadi.

Lanjutan
c. Era Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang

Politik Etis diterapkan di awal abad ke-20. Kebijakan-kebijakan awal politik etis yang
berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum antara lain:
1. Pendidikan bagi rakyat pribumi, termasuk juga pendidikan lanjutan hukum;
2. Pendirian Volksraad, yaitu lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
3. Manajemen organisasi pemerintahan, yang utama dari sisi efisiensi;
4. Manajemen lembaga peradilan, yang utama dalam hal profesionalitas;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yg berorientasi pada kepastian
hukum.
Sampai saat hancurnya kolonialisme Belanda, pembaruan hukum di Hindia Belanda
meninggalkan warisan: i) Pluralisme/dualisme hukum privat dan pluralisme/dualisme
lembaga-lembaga peradilan; ii) Pengelompokan rakyat ke menjadi tiga golongan;
Eropa dan yang disamakan, Timur Asing, Tionghoa & Non-Tionghoa, & Pribumi.

Lanjutan
Masa penjajahan Jepang tidak banyak terjadi pembaruan hukum di semua
peraturan perundang-undangan yang tidak berlawanan dengan peraturan
militer Jepang, tetap berlaku sambil menghapus hak-hak istimewa orangorang Belanda & Eropa lainnya. Sedikit perubahan perundang-undangan
yang dilakukan: i) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang awalnya
hanya berlaku untuk golongan Eropa & yang setara, diberlakukan juga
untuk kaum Cina; ii) Beberapa peraturan militer diselipkan dalam
peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku. Di bidang peradilan,
pembaharuan yang terjadi adalah: i) Penghapusan pluralisme/dualisme
tata peradilan; ii) Unifikasi kejaksaan; iii) Penghapusan pembedaan polisi
kota & lapangan/pedesaan; iv) Pembentukan lembaga pendidikan hukum;
v)
Pengisian
secara
besar-besaran
jabatan-jabatan
administrasi
pemerintahan & hukum dengan rakyat pribumi.

Era Revolusi Fisik


i) Melanjutkan unfikasi badan-badan peradilan dengan melaksanakan penyederhanaan;
ii) Mengurangi serta membatasi peranan badan-badan pengadilan adat & swapraja, terkecuali badanbadan
pengadilan agama yg bahkan diperkuat dengan pembentukan Mahkamah Islam Tinggi.
Era Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal
Undang-undang Dasar Sementara 1950 yang sudah mengakui HAM. Namun pada
era ini pembaharuan hukum & tata peradilan tidak banyak terjadi, yang terjadi
adalah dilema untuk mempertahankan hukum & peradilan adat atau mengkodifikasi
dan mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan
ekonomi dan tata hubungan internasional. Selajutnya yang terjadi hanyalah
unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-badan & mekanisme
pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara, yang ditetapkan
melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951
tentang Susunan & Kekuasaan Pengadilan.

Era Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru


a. Era Demokrasi Terpimpin
Perkembangan dan dinamika hukum di era ini
i) Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan & mendudukan MA & badan-badan pengadilan di bawah lembaga eksekutif;
ii) Mengubah lambang hukum "dewi keadilan" menjadi "pohon beringin" yang berarti pengayoman;
iii) Memberikan kesempatan kepada eksekutif untuk ikut campur tangan secara langsung atas proses peradilan sesuai UU No.19/1964 & UU No.13/1965;
iv) Menyatakan bahwa peraturan hukum perdata pada masa pendudukan tidak berlaku kecuali hanya sebagai rujukan, maka dari itu hakim harus mengembangkan putusan-putusan yang lebih situasional & kontekstual.

Era Orde Baru


Pembaruan hukum pada masa Orde Baru dimulai dari penyingkiran hukum dalam proses pemerintahan dan politik, pembekuan UU Pokok Agraria, membentuk UU yang mempermudah modal dari luar masuk dengan UU Penanaman modal Asing, UU Pertambangan, dan UU Kehutanan.Selain
itu, orde baru juga melancarkan: i) Pelemahan lembaga hukum di bawah kekuasaan eksekutif; ii) Pengendalian sistem pendidikan & pembatasan pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum; Kesimpulannya, pada era orba tidak terjadiperkembangan positif hukum Nasional.

Ciri-ciri Sistem Hukum


1. terdapat perintah dan larangan
2. terdapat sanksi tegas bagi yang melanggar
3. perintah dan larangan harus ditaati untuk seluruh
masyarakat
Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk menjaga ketertiban dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga kaedah hukum yakni peraturan-peraturan kemasyarakatan.

Kaedah Hukum
Sumber-sumber yang menjadi kaedah hukum atau peraturan kemasyarakatan:
1. Norma Agama merupakan peraturan hidup yang berisi perintah dan larangan yang bersumber dari Yang Maha Kuasa. Contoh: jangan membunuh, hormati orang tua, berdoa, dll
2. Norma Kesusilaan merupakan peraturan yang bersumber dari hati sanubari. contohnya: melihat orang yang sedang kesulitan maka hendaknya kita tolong.
3. Norma Kesopanan merupakan peraturan yang hidup di masyarakat tertentu.
contohnya: menyapa orang yang lebih tua dengan bahasa yang lebih tinggi atau baik.
4. Norma Hukum merupakan peraturan yang dibuat oleh penguasa yang berisi perintah dan larangan yang bersifat mengikat: contohnya: ttiap indakan pidana ada hukumannya.

Unsur-unsur Hukum
Di dalam sebuah sistem hukum terdapat unsur-unsur yang membangun sistem tersebut yaitu:
1. Peraturan yang mengatur tingkah laku manusia
dalam kehidupan bermasyarakat
2. Peraturan yang ditetapkan oleh instansi resmi
negara
3. Peraturan yang bersifat memaksa
4. Peraturan yang memiliki sanksi tegas.

Sifat Hukum
Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati sehingga menjadi kaidah hukum,
peraturan hidup kemasyarakata itu harus memiliki sifat mengatur dan memaksa. Bersifat memaksa agar orang
menaati tata tertib dalam masyarakaty serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang
tidak mau patuh menaatinya.

Tujuan Hukum
Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu.
Sementara itu, para ahli hukum memberikan tujuan hukum menurut sudut pandangnya masing-masing.
Prof. Subekti, S.H. hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
Geny, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya kepentingan daya guna dan kemanfaatan.
Jeremy Betham (teori utilitas), hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.
Prof. Mr. J. Van Kan, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :
untuk mewujudkan keadilan
semata-mata untuk mencari faedah atau manfaat.
Selain tujuan hukum, ada juga tugas hukum, yaitu :
menjamin adanya kepastian hukum.
Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.
Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan masyarakat.

Sumber Hukum

Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan-kekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturanaturan yang jika dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi :
1. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang
ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan menyatakan bahwa yang menjadi sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Demikian sudut pandang yang lainnya pun seterusnya akan bergantung pada pandangannya masing-masing bila kita telusuri lebih jauh.

2. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :


Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara.
a) Dalam arti material adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang dilihat dari isinya mengikat secara umum seperti yang diatur dalam TAP MPRS
No. XX/MPRS/1966.
b) Dalam arti formal adalah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
karena bentuknya dan dilibatkan dalam pembuatannya disebut sebagai undangundang
1. Kebiasaan (custom/adat), perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Apabila ada
tindakan atau perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan tersebut, hal ini
dirasakan sebagai pelanggaran.
2. Keputusan Hakim (Jurisprudensi); adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan
dasar keputusan oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara yang sama.
3. Traktat (treaty); atau perjanjian yang mengikat warga Negara dari Negara yang
bersangkutan. Traktat juga merupakan perjanjian formal antara dua Negara atau
lebih. Perjanjian ini khusus menyangkut bidang ekonomi dan politik.
4. Pendapat Sarjana Hukum (doktrin); merupakan pendapat para ilmuwan atau para
sarjana hukum terkemuka yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan dalam
pengambilan keputusan.

You might also like