You are on page 1of 28

PEMETAAN KEBENCANAAN BERBASIS PERUBAHAN

IKLIM
TINGKAT KOTA/KABUPATEN
FGD AWAL - DRAFT

Ujang Sehabudin, Brilliantina

DEWAN NASIONAL PERUBAHAN IKLIM, KABUPATEN KAUR


Kaur, 21 November 2014

Climate Change Updates


2014
Laporan SREX IPCC mengkonfirmasi pengaruh
perubahan iklim terhadap peningkatan kejadian iklim
ekstrim.

Pengaruh manusia pada perubahan sistem iklim tidak


terbantahkan, emisi antropogenik GRK saat ini tertinggi
dalam 800 ribu tahun bumi.

Pelepasan emisi GRK yang terus terjadi akan


menyebabkan pemanasan lebih lanjut dan perubahan
jangka panjang dalam semua komponen sistem iklim
bumi, meningkatkan potensi dampak yang parah dan
luas bagi manusia dan alam yang tidak dapat
dikembalikan

Perubahan dalam siklus hidrologi global sebagai dampak


dari pemanasan permukaan bumi, akan terjadi dengan
besaran yang berbeda di setiap wilayah. Akan terjadi
peningkatan variabilitas curah hujan antara wilayah
basah dan kering, maupun antara musim basah dan
musim kering.

Peningkatan variabilitas curah hujan akan menimbulkan


dampak potensi bencana hidrometeorologi yang lebih
besar
Sumber: SREX (2012) dan AR5 IPCC (2014) oleh Sugiarto dan Perdinan (2014)
2
Perubahan iklim akan meningkatkan risiko saat ini dan

Dari kacamata
GEOLOGI
Benua Maritim
Indonesia merupakan
wilayah yang berada
diatas lempeng
tektonik yang sangat
labil dalam jalur
formasi Ring of Fire

Dari kacamata
KLIMATOLOGI, Benua
Maritim Indonesia
merupakan wilayah yang
berada pada lintasan ITCZ,
wilayah perlintasan angin
pasat dan monsoon antara
Asia dan Australia

Frekuensi kejadian bencana di


Indonesia
(BNPB, 2014)

Sekitar 95% bencana di Indonesia adalah bencana yang berhubungan


dengan iklim dan selebihnya bencana geologi serta konflik

Dalam konteks Indonesia, karateristik geologis, iklim tropis dan


perubahan iklim di masa depan dapat meningkatkan risiko
bencana terkait iklim
Seiring peningkatan resiko bencana sebagai dampak perubahan
iklim di masa depan, maka diperlukan pengintegrasian antara
Adaptasi Perubahan Iklim (API), Pengurangan Resiko
Bencana (PRB) dan Strategi Adaptasi
Peta kerentanan dan risiko bencana telah dikembangkan
sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana, namun belum

Manfaat Bagi Daerah


Kehadiran Peta Bencana yang
memasukkan pertimbangan dan
dampak ancaman perubahan iklim
dapat membantu dalam penyiapan
strategi adaptasi perubahan iklim
sebagai bagian dari pengurangan
risiko bencana dan peningkatan
kapasitas
Bermanfaat untuk mengantisipasi
risiko
dan
ancaman
bahaya
perubahan iklim, serta peningkatan
variabilitas iklim dan iklim ekstrim.
Dapat di integrasikan dengan RPJM
dan RPJP di daerah

Persentase bencana di Provinsi Bengkulu

Persentase bencana di Kota Bengkulu

Maksud dan Tujuan


Tersedianya peta bencana berbasis perubahan iklim
level meso di Provinsi Bengkulu
Tersusunnya gambaran kerentanan perubahan iklim
pada peta kebencanaan di Provinsi Bengkulu serta di
detail kan di tingkat Kabupaten Kaur dan Kota Bengkulu
sebagai basis pengambilan keputusan dalam
membangun strategi adaptasi perubahan iklim dan
pengurangan risiko bencana.

Keluaran yang diharapkan

Informasi Geospasial di wilayah kajian


Skala 1:250.000 (Provinsi Bengkulu)
Skala 1:50.000 (Kabupaten Kaur)
Skala 1:10.000 (Kota Bengkulu)

Album Peta
Peta Risiko bencana [baseline, tahun 2030 dan 2050].
Peta Kerentanan [baseline, proyeksi tahun 2030 dan 2050]
Peta Kapasitas Adaptif [baseline, proyeksi tahun 2030 dan 2050]

Dokumen hasil kajian


Identifikasi faktor-faktor sosial-ekonomi berkontribusi terhadap tingkat
risiko
Pilihan adaptasi untuk pengurangan risiko bencana
Policy brief strategi adaptasi

Risk Assessment
Bahaya: potensi terjadinya
suatu kejadian alam yang
dapat
menyebabkan
kerugian

Kerentanan: kecenderungan untuk


mengalami
dampak
negatif.
Kerentanan meliputi sensitivitas
terhadap dampak negatif dan
kurangnya kapasitas adaptasi untuk
mengatasi dampak negatif.

Keterpaparan:
keberadaan
manusia,
mata
pencaharian, spesies/ekosistem, fungsi lingkungan
hidup, jasa, dan sumber daya, infrastruktur, atau aset
ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah atau lokasi
yang dapat mengalami dampak negatif

Sumber: IPCC 2014

Risk Model

Climate

E
S

Note: H: Hazards; V: Vulnerability; E: Exposure; S: Sensitivity; C: Adaptive Capacity

Pertimbangan sumber data Pemetaan Kebencanaan


berbasis perubahan Iklim
Berdasarkan:
Data Podes dan Kabupaten dalam Angka -BPS
Data Tutupan Lahan BIG & Pengolahan Citra Satelit
Sumber: formula disusun berdasarkan IPCC (2014) oleh Perdinan, Sugiarto, Impron

Analisis Indeks Bencana


Indeks Bencana Banjir
1. Curah Hujan tahunan
2. Curah Hujan bulanan di musim hujan
3. Evapotranspirasi Potensial (ETP) tahunan
4. Bentuk lahan
Jenis lahan
Penggunaan lahan
Kemiringan
Drainase
Panjang sungai
Indeks Bencana Kekeringan
1. Curah Hujan tahunan
2. Curah Hujan bulanan di musim kemarau
3. Evapotranspirasi Potensial (ETP) tahunan
4. Bentuk lahan
Jenis lahan
Penggunaan lahan
Kemiringan

Analisis Indeks Bencana


Indeks Bencana Tanah Longsor
1. Curah Hujan bulanan di musim
hujan
2. Bentuk lahan
Jenis lahan
Penggunaan lahan
Kemiringan
Indeks Bencana Angin Puting Beliung
1. Curah Hujan bulanan di musim
peralihan
2. Bentuk lahan
Jenis lahan
Penggunaan lahan
Kemiringan

Analisis Indeks Bencana


Indeks Bencana Gelombang Pasang
1. Tinggi gelombang
2. Arus laut
3. Bentuk garis pantai
4. Tipologi pantai
5. Tutupan lahan pesisir

Indeks Keterpaparan
Sosial-Budaya
1. Kepadatan Penduduk
2. Persentase keluarga di pemukiman kumuh
3. Persentasi keluarga di bantaran sungai

Lingkungan
1.Panjang pantai
2.Ketinggian dari permukaan laut
3.Bencana banjir karena limpasan sungai (khusus
banjir)
4.Tataguna lahan
Fisik
1.Jumlah bangunan rumah pemukiman kumuh
2.Lokasi desa berada di
3.Jumlah bangunan di bantaran sungai
4.Bangunan non-permanen

Indeks Kerentanan
Ekonomi
1.Persentase keluarga pertanian
2.Areal produktif
Kerugian
1.Jumlah korban bencana
2.Kerusakan rumah/bangunan
3.Kerusakan fasilitas
4.Kerusakan jalan
5.Kerusakan lahan
Rawan bencana
1.Bencana Banjir di desa/kelurahan
2.Bencana Kekeringan di desa/kelurahan
3.Bencana Tanah longsor di desa/kelurahan
4.Bencana Angin puting beliung di
desa/kelurahan

Indeks Kapasitas
Ekonomi Pembangunan
1. Akses listrik
2. Sanitasi
3. Fasilitas Pendidikan
4. Akses Kesehatan
5. Akses fasilitas ekonomi

Kelembagaan/Program
1.Sistem pengamanan dini
2.Perlengkapan keselamatan
3.Penyuluhan keselamatan
4.Program rehabilitasi lingkungan
kumuh/miskin
5.Tempat kawasan hijau

Tingkat Analisis Kebencanaan berbasis


Perubahan Iklim

18

Kebutuhan Data & Stakeholder Inti

Kebutuhan Data & Stakeholder Inti (lanjt)

Data Time Series


Stakeholder Pendukung:
Akademisi/ Perguruan Tinggi
Lembaga Penelitian
NGO-LSM terkait

Hasil Analisis Iklim

(periode tahun 2000-2012)


Tren suhu
maksimum

Tren suhu minimum

Tren suhu rata-rata

TREN SUHU TAHUNAN DI STASIUN FATMAWATI - BENGKULU


21

Hasil Analisis Iklim

Tren CH tahunan di Stasiun


Fatmawati Provinsi Bengkulu

(periode tahun 2000-2012)

Tren CH harian maksimum tahunan di


Stasiun Fatmawati Provinsi Bengkulu

22

Hasil Analisis Iklim


CH Provinsi
Bengkulu
berdasarkan data
CH bulanan CHIRPS
v1.8 periode 19812010

23

Korelasi
spasial CH
dengan
indeks
anomali SPL
Nino-4

Tren curah hujan 5-harian maksimum


tahunan di Provinsi Bengkulu
24

Analisis Proyeksi Perubahan Iklim


Kajian ini akan menggunakan juga data curah hujan global dari Climate
Hazards Group InfraRed Precipitation with Station data (CHIRPS) dengan
resolusi temporal 5 harian.

Baselin
e

2030

2050

Menggunakan model CCSM4 dan


GFDLCM3
Baseline 1970 - 2000
Proyeksi 2030 (2020
2040)
Proyeksi 2050 (2040
2060)
Dua Skenario dipilih :
RCP4.5

H
H

H
H

28

You might also like