Professional Documents
Culture Documents
Embriologi Duodenum
Perkembangan usus halus.
A. elongasi dan herniasi dari
midgut ke umbilical cord
pada minggu ke-5.
B. rotasi primer dari herniasi
usus didekat arteri
mesenterika superior.
Perkembangan usus halus
A. usus kembali kedalam
abdomen pada minggu ke10.
B. Posisi akhir dari usus yang
dicapai beberapa saat
setelah lahir.
anatomi
Duodenum merupakan bagian
pertama intestinum tenue (usus
halus) dan sebagian besar
terletak dalam pada dinding
posterior abdomen.
Duodenum
terletak
pada
region
epigastrica
dan
umbilicalis.
Duodenum
berbentuk seperti huruf C yang
terbentang dari gaster di sekitar
caput pankreas sampai ke
jejunum.
Kira-kira
di
pertengahan panjang duodenum
bermuara ductus choledochus
dan ductus pankreatikus.
Anatomi
Duodenum terletak pada
region epigastrica dan
umbilicalis ,duodenum
dibagi menjadi 4 bagian
1. Pars superior
duodenum
2. Pars descendens
duodenum
3. Pars horizontalis
duodenum
4. Pars ascendens
duodenum
Vaskularisasi
Vaskularisasi pada duodenum
diperdarahi
oleh
arteria
pancreaticoduodenalis
superior (cabang dari arteri
gastroduodenalis)
pada
setengah
bagian
atas
duodenum.
Sedangkan setengah bagian
bawah
diperdarahi
oleharteria
pancreaticoduodenalis
inferior,
cabang
arteri
mesenterica superior.
Inervasi
Adapun persarafan pada duodenum
berasal dari saraf simpatis dan
parasimpatis (vagus) dari plexus
coeliacus dan plexus mesentericus
superior.
Epidemiologi
Etiologi
Kelainan bawaan yang penyebabnya
belumdiketahui secara jelas
Kelainan pengembangan embrionik saat
masih dalam kehamilan
Patofisologi
Ada faktor intrinsik serta ekstrinsik yang
diduga menyebabkan terjadinya atresia
duodenal
Faktor intrinstik : Faktor intrinsik yang diduga
karena kegagalan rekanalisasi lumen usus.
Duodenum dibentuk pada minggu ke 56 lumen tersumbat oleh proliferasi sel
dindingnya dan segera mengalami
rekanalisasi pada minggu ke 8-10. Oleh
karena itu atresia atau stenosis pada saluran
cerna umumnya disebabkan oleh kegagalan
dari proses rekanalisasi dari lumen.
Patofisiologi
Perkembangan duodenum terjadikarena proses
ploriferasi endoderm yang tidak adekuat (elongasi saluran
cerna melebihi ploriferasinya atau disebabkan kegagalan
rekanalisasi epitelial (kegagalan proses vakuolisasi).
Epitel duodenum berploriferasi dalam usia kehamilan 3060 hari atau pada kehamilan minggu ke 5 atau minggu
ke 6, kemudian akan menyumbat lumen duodenum secara
sempurna.
Kemudian akan terjadi proses vakuolisasi. Pada proses ini
sel akan mengalami proses apoptosis yang timbul pada
lumen duodenum. Apoptosis akan menyebabkan terjadinya
degenerasi sel epitel, kejadian ini terjadi pada minggu ke
11 kehamilan. Proses ini mengakibatkan terjadinya
rekanalisasi pada lumen duodenum. Apabila proses ini
mengalami kegagalan, maka lumen duodenum akan
mengalami penyempitan.
Klasifikasi Atresia
duodenum
Tipe 1 :kelainan yang
Tipe 3 :jarang
ditemukan,
merupakan
kelainan berupa
pemisahan
komplit antara
duaujung dari
atresia
duodenum.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaaan Fisik
Inspeksi : tampak contour/ peristalsis
lambung atau usus di daerah epigastrium
Palpasi : tampak distended pada
daerahepigastrium disebabkan oleh
duodenumdan gaster yang berdilatasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Radiografi
The Double Bubble Sign
USG
The Double Bubble Sign
Dijumpai Polihidramnion
MRI
CT SCAN
PENATALAKSANAAN
Pemasangan tuba orogastrik
Memberikan cairan elektrolit intravena
Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan
duodenum. Saat ini, prosedur yang
banyak dipakai yakni laparoskopi maupun
open duodenoduodenostomi
TERIMA KASIH