You are on page 1of 40

PENYUSUNAN

DOKUMEN YANG
DIPERSYARATKAN DALAM
AKREDITASI PUSKESMAS
TIM AKREDITASI PUSKESMAS
KAB. SITUBONDO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )

Standard Operating Procedures (SOP) :

adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai


berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintah,
(Kepmenpan No.021 tahun 2008).

Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah suatu perangkat


instruksi/ langkah- langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. (Undang-undang
No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran dan Undangundang No. 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit)

Selanjutnya istilah yg digunakan adalah SPO.

Tujuan Penyusunan SPO,

Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif,


konsisten/ seragam dan aman,

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan


standar yang berlaku.

Manfaat SPO,
Mendokumentasi

langkah-langkah

kegiatan
Memastikan

staf Puskesmas memahami


bagaimana melaksanakan pekerjaannya.

Memenuhi

persyaratan standar
pelayanan Puskesmas

Format SPO :

Di

bakukan dg maksud agar tidak terjadi


penggunaan banyak format.

Untuk

SPO tindakan agar memudahkan


didalam melihat langkah- langkahnya
dapat ditambah dengan bagan alir,
persiapan alat dan bahan dan lain- lain,
namun tidak boleh mengurangi item-tem
yang ada di SPO.

Format

SPO untuk Akreditasi Puskesmas :


lihat lampiran

Petunjuk Pengisian SPO :


a.

Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah kabupaten/


kota, nama organisasi adalah nama Puskesmas (untuk
Klinik logo Klinik dan nama Klinik)

b.

Kotak Heading : masing-masing kotak ( Puskesmas,


judul SPO, No. dokumen, No.revisi, Halaman, SPO, tanggal
terbit, ditetapkan Kepala Puskesmas ) diisi sebagai berikut
:

Heading

dan kotaknya dicetak pada setiap


halaman. Pada halaman pertama kotak
heading harus lengkap, untuk halamanhalaman berikutnya kotak heading dapat
hanya memuat: kotak nama Puskesmas, judul
SPO, No.dokumen, No.Revisi dan halaman.

Kotak

Puskesmas/ Klinik diberi nama


Puskesmas dan Logo pemerintah daerah,
sedangkan Klinik sesuai logo organisasi Klinik,

Judul

SPO : diberi Judul /nama SPO sesuai


proses kerjanya

No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan


penomeran yang berlaku di Puskesmas/ Klinik
yang bersangkutan, dibuat sistematis agar
ada keseragaman.

No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat


menggunakan huruf. Contoh : dokumen baru
diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi
huruf B dan seterusnya. Dapat juga dengan
angka, misalnya untuk dokumen baru dapat
diberi nomor 0, sedangkan dokumen revisi
pertama diberi nomor 1, dan seterusnya.

Halaman : diisi nomor halaman dengan


mencantumkan juga total halaman untuk SPO
tersebut. misalnya : halaman pertama : 1/5,
halaman kedua: 2/5, halaman terakhir : 5/5.

SPO

diberi penamaan sesuai ketentuan


(istilah) yang digunakan Puskesmas/ Klinik,
misalnya : SPO, Prosedur, prosedur tetap,
petunjuk pelaksanaan, prosedur kerja dan
sebagainya, namun didalam akreditasi
Puskesmas dan Klinik memakai SPO.

Tanggal

terbit : diberi tanggal sesuai tanggal


terbitnya atau tanggal diberlakukannya SPO
tersebut

Ditetapkan

Kepala Pusksmas/ Klinik : diberi


tandatangan Kepala Puskesmas/ Klinik dan
nama jelasnya.

ISI SPO :
1.

Pengertian : berisi penjelasan dan


atau definisi tentang istilah yang mungkin
sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/ menimbulkan multi persepsi.

2.

Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SPO


secara spesifik. Kata kunci : Sebagai
acuan penerapan langkah-langkah untuk

3.

Kebijakan : ditulis nomor SK Kepala


FKTP yang menjadi landasan SPO tsb

4.

Referensi: berisikan dokumen ekternal


sebagai acuan penyusunan SPO, bisa
berbentuk buku, peraturan perundangundangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan
pustaka,

5.

Langkah- langkah Prosedur :


merupakan bagian utama, yang menguraikan
langkah-langkah kegiatan untuk
menyelesaikan proses kerja tertentu.

6.

Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait


dan atau prosedur terkait dalam proses kerja
tersebut

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
Format dapat mengikuti:

Format yang ada pada pedoman

Format yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Daerah

Format dari Kemendagri/Kemenpan

Untuk Puskesmas yang telah sertifikasi ISO dapat


menggunakan format yang sudah digunakan

Akreditasi Puskesmas Surabaya

12

Yang penting adalah konsistensi di dalam puskesmas untuk


menggunakan format yang sama

Tata Cara Pengelolaan SPO:


1.

Puskesmas/ Klinik agar menetapkan siapa


yang mengelola SPO,

2.

Pengelola SPO harus mempunyai arsip


seluruh SPO Puskesmas/Klinik,

3.

Pengelola SPO agar membuat tata cara


penyusunan, penomoran, distribusi,
penarikan, penyimpanan, evaluasi dan
revisi SPO

Tata Cara Penyusunan SPO


Hal-hal yang perlu diingat :

1.

Siapa yang harus menulis atau menyusun


SPO

2.

Bagaimana merencanakan dan


mengembangkan SPO

3.

Bagaimana SPO dapat dikenali

4.

Bagaimana memperkenalkan SPO kepada


pelaksana dan unit terkait

5.

Bagaimana pengendalian SPO-nya


(nomor, revisi, dan distribusi ).

Syarat penyusunan SPO :

Identifikasi kebutuhan, yakni


mengidentifikasi apakah kegiatan yang
dilakukan saat ini sudah memiliki SPO atau
belum, dan bila sudah agar diidentifikasi
apakah SPO masih efektif atau tidak.

Perlu ditekankan bahwa SPO harus


ditulis oleh mereka yang melakuan
pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja
tersebut.

Tim atau panitia yang ditunjuk oleh Kepala


Puskesmas hanya untuk menanggapi dan
mengkoreksi SPO tersebut.

SPO harus menggunakan kalimat


perintah/ instruksi dengan bahasa yang
dikenal pemakai.

SPO harus jelas, ringkas, dan mudah


dilaksanakan. Untuk SPO pelayanan
pasien maka harus memperhatikan aspek
keselamatan, keamanan dan kenyamanan
pasien. Untuk SPO profesi harus mengacu
kepada standar profesi, standar pelayanan,
mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan
memperhatikan aspek keselamatan pasien.

SPO

harus merupakan flow charting dari


suatu kegiatan. Pelaksana atau unit kerja
agar mencatat proses kegiatan dan
membuat alurnya kemudian Tim Mutu
diminta memberikan tanggapan.

Di

dalam SPO harus dapat dikenali


dengan jelas siapa melakukan apa,
dimana, kapan, dan mengapa.

SPO

jangan menggunakan kalimat


majemuk, subjek, predikat dan objek harus
jelas.

CONTOH SPO

CONTOH SPO REVISI

Penyusunan SPO dilakukan


dengan:

mengidentifikasi kebutuhan SPO.

Untuk SPO pelayanan dan SPO administrasi,


identifikasi kebutuhan SPO bisa dilakukan
dengan menggambarkan proses bisnis di unit
kerja tersebut atau alur kegiatan dari kerja
yang dilakukan di unit tersebut.

identifikasi SPO dengan menggambarkan


terlebih dahulu proses bisnis di unit kerja
menghsilkan seluruh SPO secara lengkap yang
harus ada di unit kerja tersebut

untuk

SPO profesi identifikasi kebutuhan


dilakukan dengan mengetahui pola
penyakit yang sering ditangani di unit
kerja tersebut.

Dari

identifikasi kebutuhan SPO maka


disuatu unit kerja dapat diketahui
berapa banyak dan macam SPO yang
harus dibuat/ disusun.

identifikasi

kebutuhan SPO dapat pula


dilakukan dengan memperhatikan elemen
penilaian pada standar akreditasi
Puskesmas/Klinik, minimal SPO-SPO apa saja
yang harus ada.

SPO

yang dipersyaratkan di elemen penilaian


adalah SOP minimal yang harus ada di
Puskesmas/Klinik.

SPO

merupakan flow charting dari proses


kegiatan maka untuk memperoleh
pengertian yang jelas bagi subyek,
penulisan SPO adalah dimulai dengan
membuat flow chart dari kegiatan yang
dilaksanakan. Caranya adalah membuat
diagram kotak sederhana yang
menggambarkan langkah penting dari
seluruh proses.

Setelah

dibuatkan diagram kotak maka


diuraikan kegiatan di masing-masing kotak
dan dibuat alurnya.

Makro flow chart :

Menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis besar dari


proses yang ingin kita tingkatkan.

Hanya mengenal satu simbol ,


bentuk balok :

Mikro flow chart :

Menunjukkan rincian kegiatan-kegiatan dari tiap tahapan


diagram makro,

Bentuk simbol :

Awal kegiatan =

- Akhir kegiatan =

- Simbol Keputusan =

Ya

?
- Simbol Penghubung =

Tidak

- Simbol Kegiatan =

Simbol Dokumen =

Diarsipkan =

Bagan Alur Makro :

Kegiatan
A

Kegiatan
B

Kegiatan
C

Kegiatan
D

Bagan Alur Mikro :

Ya

Tidak
2

Contoh Diagram Makro :

Pasien
Datang

Pasien
Didaftar

Pasien
Diperiksa

Pasien
Ke Apotik

Pasien
Membayar

Pasien
Pulang

Contoh Diagram Alur Mikro :

Pasien
Datang

Pasien
Mendaftar

Pasien
ke Lab.

Pasien
Diperiksa

Pasien
Menunggu

Pasien diberi
pengantar

Ya

Perlu
Lab ?

Tidak
Pasien
Disuntik

Pasien
pulang

Pasien
ke Apotik

Ya

Perlu
Suntik ?

Tidak

Pasien
Diberi R/

Contoh Diagram Alur Mikro :

Pasien
Datang

Mempersilah kan
Pasien
Mendaftar

Pasien
dipersilahkan
ke Lab.

Mempersilahkan
Pasien
Menunggu

Pasien diberi
pengantar

Ya

Pasien
Diperiksa

Perlu
Lab ?

Tidak
Pasien
Disuntik

Pasien
pulang

Pasien
dipersilahkan
ke Apotik

Ya

Perlu
Suntik ?

Tidak

Pasien
Diberi R/

CONTOH DIAGRAM A
LUR PADA SPO

Tata Cara Penyimpanan SPO

Penyimpanan adalah bagaimana SPO tersebut


disimpan.

SPO asli (master dokumen/ SPO yang sudah


dinomori dan sudah ditandatangani) disimpan
di sekretariat Tim Akreditas Puskesmas/Klinik
atau Bagian Tata Usaha Puskesmas/Klinik,
sesuai dengan kebijakan pengarsipan
dokumen yang berlaku di organisasi tersebut.

Penyimpanan SPO yang asli harus rapi, sesuai


metode pengarsipan sehingga mudah dicari
kembali bila diperlukan.

SPO fotocopy disimpan di masing-masing unit


upaya Puskesmas/Klinik, dimana SPO tersebut
dipergunakan.

Bila SPO tersebut tidak berlaku lagi atau tidak


dipergunakan maka unit kerja wajib
mengembalikan SPO yang sudah tidak berlaku
tersebut ke sekretariat Tim mutu atau bagian Tata
Usaha

di unit kerja hanya ada SPO yang masih berlaku


saja.

Sekretariat Tim Mutu atau bagian Tata Usaha


organisasi dapat memusnahkan fotocopy SPO
yang tidak berlaku tersebut,

SPO yang asli agar tetap disimpan, sesuai


ketentuan dalam pengarsipan dokumen di
Puskesmas/Klinik.

SPO

di unit upaya Puskesmas/Klinik harus


diletakan ditempat yang mudah dilihat, mudah
diambil, dan mudah dibaca oleh pelaksana.

Bagi

Puskesmas/Klinik yang sudah menggunakan


e-file maka penyimpanan SPO sebagai berikut :
Setiap

SPO harus di print-out dan disimpan sebagai


SPO asli atau dikomputer dengan persyaratan dibackup

SPO

diunit upaya Puskesmas/Klinik tidak perlu


hardcopy, SPO bisa dilihat di internet di Puskesmas,
namun untuk SPO penanganan gawat darurat tetap
harus dibuatkan hardcopy-nya.

Evaluasi SPO.

1.

Evaluasi SPO dapat dilakukan dengan


evaluasi penerapannya dan > revisi
secara total/ sebagian SPO tersebut.
Evaluasi penerapan/ kepatuhan SPO
dapat dilakukan dengan evaluasi langkahlangkah penerapan SPO apakah sudah
dilakukan semua langkah ataupun
sebagian langkah yang dilakukan. Untuk
evaluasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar tilik/ cek list

Daftar

tilik adalah daftar urutan kerja (actions)


yang dikerjakan secara konsisten, diikuti dalam
pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan, untuk
diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (checkmark).

Daftar

tilik merupakan bagian dari sistem


manajemen mutu untuk mendukung
standarisasi suatu proses pelayanan.

Daftar

tilik tidak dapat digunakan untuk PO yang


kompleks.

Daftar

tilik digunakan untuk mendukung,


mempermudah pelaksanaan dan memonitor
SPO, bukan untuk menggantikan SPO itu
sendiri.

2.

Evaluasi isi SPO.

dilaksanakan sesuai kebutuhan dan maksimal


3 tahun sekali,

dilakukan oleh masing-masing unit kerja,


dipimpin oleh koordinator unit kerja/ program.

Hasil evaluasi :

SPO masih tetap bisa dipergunakan atau

SPO perlu diperbaiki/ direvisi.

Perbaikan/ revisi isi SPO bisa dilakukan sebagian


atau seluruhnya.

Pergantian kepala Puskesmas, bila SPO


memang masih sesuai/ dipergunakan maka
tidak perlu direvisi.

Terim

akasih

You might also like