Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur
: 62 tahun
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
: Ancol Selatan RT 01 RW
02 Sunter Agung Jakarta
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Tanggal pemeriksaan : 15 Desember 2016
ANAMNESIS
Dilakukan secara auto-anamnesis
Keluhan Utama:
Pandangan kabur pada mata kanan seperti
tertutup kabut sejak 2 bulan SMRS
Keluhan Tambahan:
Nyeri kepala pada sisi sebelah kanan.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan pandangan kabur pada mata kanan
sejak 2 bulan SMRS seperti tertutup kabut. Keluhan
dirasakan semakin lama semakin memberat dan
dirasakan sangat mengganggu sejak 1 bulan SMRS.
Keluhan dirasakan memberat apabila melihat cahaya
terang. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala
pada sisi sebelah kanan, yang muncul sejak 2 minggu
SMRS. Nyeri kepala dirasakan hilang timbul, Pasien juga
mengeluh terkadang melihat seperti cincin saat melihat
cahaya terang. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri
pada mata, gatal. Riwayat trauma pada daerah wajah
disangkal. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami hal ini
sebelumnya
Riwayat Diabetes Mellitus dan Hipertensi
disangkal
Riwayat Pengobatan:
Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama
disangkal
Riwayat sosioekonomi:
Pasien bekerja sebagai buruh bangunan.
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak tenang
Kesadaran / GCS : Compos mentis / 15
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
: 150/ 90 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Suhu
: 36,8oC
Laju Pernafasan
: 18 x/menit
STATUS OPHTHALMOLOGY
OD
OS
Visus
OD: 2/60 Pin Hole 3/60
OS: 5/5
STATUS OPHTHALMOLOGY
Mata kanan
Mata kiri
Orthophoria
Orthophoria
Visus
2/60
5/5
Palpebra
Mata kanan
Mata Kiri
Conjungtiva
Hiperemis Injeksi -
Hiperemis Injeksi -
Kornea
C.O.A
Dangkal, sel -
Dalam
Jernih
Iris
Kecoklatan
Kripta +
Kecoklatan
Kripta +
Pupil
Bulat, Isokor
Ditengah
d : 5 mm
RCL/RCTL +/+
Bulat, Isokor
Ditengah
d : 5 mm
RCL/RCTL +/+
Lensa
Jernih
Vitreus
Jernih
Retina
Refleks fundus -
Refleks fundus +
TIO
35 mmHg
SARAN PEMERIKSAAN
Slit Lamp
Gonioskopi
Biometri
DIAGNOSIS
WD
Katarak immatur OD
Glaukoma Sekunder
Tatalaksana Kasus
Azetazolamid 2x 250 mg
Atropin Sulphate 1% 3 x 1 tetes OD
Metilprednisolon 3 x 4mg selama 5 hari
Aspar K tab1 x 1
Jika TIO turun, operasi katarak
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : ad bonam
Terima kasih
Tinjauan Pustaka
Katarak
Katarak adalah proses terjadinya
peningkatan kekeruhan pada lensa secara
progresif akibat hidrasi cairan lensa, atau
denaturasi protein lensa.
KLASIFIKASI
Herediter
Infeksi
intrauterin
KONGENITAL
Sindrome
Down
Idiopatik
KATARAK
Senilis
Infeksi
ACQUIRED
Metabolik
Traume
KLASIFIKASI (2)
Kapsular
Subkapsular
Kortikal
MORFOLOGI
Nuklear
Lamellar
Sutural
KLASIFIKASI (3)
STADIUM KATARAK SENILIS
KOMPLIKASI
GLAUKOMA
UVEITIS
KERUSAKAN RETINA
Glaukoma
Definisi:
Penyakit mata progresif dengan
neuropati optik yang ditandai
dengan defek lapang pandang
dan peningkatan tekanan
intraokular.
Epidemiologi
Penyebab kebutaan nomor 2 setelah katarak
Terbagi berdasarkan tipe glaukoma
Glaukoma Akut
1 : 1000 usia 40 tahun angka kejadian yang
bertambah sesuai usia.
Wanita : pria = 4 : 1
Sering terjadi di kedua mata
Glaukoma kronis
Glaukoma yang tersering
1 : 200 pada usia 40 tahun meningkat sesuai
dengan usia.
Pria = wanita
Kulit hitam >> sering dibandingkan kulit putih.
Klasifikasi
Menurut Vaughen
Glaukoma Primer
Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma kongenital
Primer atau infantil
Glaukoma Sekunder
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Post pembedahan
Steroid dan obat lainnya
Glaukoma absolut
Kasus
Nyeri akut
Mata hiperemis
Pandangan kabur
Sensasi halo
Mual, Muntah
Pasien umumnya memiliki
penurunan penglihatan sebelum
episode akut karena riwayat
katarak
kabut
Sensasi halo +
Kasus
episklera
Edema kornea
Gonioskopi
memeriksa sudut bilik mata anterior dengan
menggunakan lensa kontak khusus (gonioscope)
dan sumber cahaya (sentolop). Dapat
membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
berdasarkan ada tidaknya perlekatan iris di
bagian perifer dengan jaringan trabekula
Uji kopi
Uji air minum
Uji Steroid
Uji variasi diurnal
Uji kamar gelap
Teori
Kasus
Pemeriksaan Tonometri
Pemeriksaan oftalmoskop
Tatalaksana Glaucoma
Tergantung etiologi, tingkat keparahan, dan lamanya
serangan
Kerusakan parah dan atau bersifat menetap dapat terjadi
dalam beberapa jam
Visus sangat buruk (1/300 atau 1/) TIO segera
diturunkan (30%) dengan obat glaukoma topikal dan
asetazolamide iv
TIO <50, penurunan visus tidak terlalu parah jarang
pakai terapi parenteral/ oral.
Prinsip tatalaksana CEGAH komplikasi
Tatalaksana Glaucoma
Berbaring supine
Acetazolamide 500 mg i.v. bila TIO > 50
mmHg, secara p.o. bila TIO <50 mmHg. Pada
pemberian secara i.v. dapat ditambahkan
acetazolamide 500 mg secara p.o.
Apraclonidine 1%, timolol 0,5%,
prednisolone 1% atau dexamethasone 0,1%
topikal pada mata yang mengalami
glaukoma, interval tiap pemberian obat yaitu
5 menit.
Pilocarpine 2-4% 1 tetes diberikan pada
mata yang mengalami glaukoma, diulangi
setelah 30 menit. Pilocarpine 1% 1 tetes
diberikan pada mata lainnya sebagai
Tatalaksana Glaucoma
Periksa TIO dan visus ulang setelah 1 jam.
Bila TIO tetap tinggi dan visus belum ada
perbaikan ulangi topikal dan berikan
mannitol 20% dengan dosis 1-2g/ kgBB IV
selama 30-40 menit. (250 cc mannitol
mengandung 50g)
Periksa ulang setelah 1 jam.
Medikamentosa
1. Topikal -blocker: timolol 0.5% dalam 1 dosis (CI:
riwayat ASMA atau COPD)
2. Topikal steroid: prednisolone asetat 1%
3. Topikal -2 agonis: apraclonidine 1% or
brimonidine 0.1% - 0.2% dalam 1 dosis
4. Carbonic anhydrase inhibitor : acetazolamide, 250
to 500 mg i.v., atau 1x2 250-mg tablets p.o. jika
tidak bisa diberikan secara IV (CITO)
Medikamentosa(2)
5. Miotik: pilocarpine 4 kali sehari. Dosis
inisialnya 0,5%-1%, kemudian dinaikkan hingga
4%. Dapat menyebabkan spasme siliar sehingga
menyebabkan rasa lelah pada mata (biasanya
pada pasien usia <40 tahun). Hati-hati pada
pasien dengan resiko terjadinya ablasio retina.
Tatalaksana Phacomorphic
Tujuannya untuk mengurangi TIO secara cepat
CEGAH kerusakan N.II, kerusakan kornea,
pembentukan sinekia
Pengurangan tekanan TIO persiapan iridotomy.
Tatalaksana Phacomorphic
Pertama berikan obat-obat topikal: beta-blocker, alpha
2-adrenergic agonis, dan carbonic anhydrase inhibitors.
Pemberian miotics perburukan karena meningkatkan
iridolenticular contact.
Argon laser peripheral iridoplasty (ALPI) tindakan
aman dan efektif sebagai lini utama.
Pada phacomorphic glaucoma, lensa harus dikeluarkan
secepatnya apabila kondisi mata sudah tenang (tidak ada
infeksi dan TIO terkontrol).
Tatalaksana Phacomorphic
Gonioscopy ulang setelah diiridektomi
periksa COA.
Bila COA lebih dalam penyebab TIO meningkat
merupakan pupillary block.
Bila COA tetap dangkal, penggembungan lensa
atau dislokasi anterior lensa yang menjadi
penyebab TIO meningkat butuh
pengangkatan lensa.
TERIMA KASIH