Professional Documents
Culture Documents
Periode Keraton
KAJIAN PERIODESASI
K E RAT O N
KONDISI FISIK
K E R A T O N
1758
Bangunan Keraton
Taman Sari
Segaran Pulo
D i b a n g u n a Dalem
GedongPanembahan
n
Letak bangunan-bangunan ini berada di
sisi timur dan barat Keraton, selanjutnya
didirikan juga tempat tinggal para
pejabat Keraton.
HASIL
BATAS-BATAS WILAYAH
24,99
34HaKadipate
% n
28,57
40HaPatehan
%
Kawasan dalam benteng, dibatasi
47,14
66HaPanembah
% an
BELAN
DA
M A S U K N YA
PEMERINTAHA
Memberi pengaruh
Nterhadap tata ruang kawasan
1812
Karena
Keturunan
Menikah
POLA
SPASIAL
RUANG
PERMUKIMAN
Terbentuk
POLA
SPASIAL
RUANG
Spasial Ruang
Konsep
Yang terbentuk, menggunakan
Skala Komunal
Ruang Publik
Pertambahan Banguna
Di sekitar
DALEM PANGERAN
&
TATA LETAK
ARAH HADAP
Ditentukan
Keraton,
menyesuaikan
dengan
bangunan yang
1
2
3
POLA
SPASIAL
RUANG
Ruang Terbuka
Publik
SATU KELUARGA
B u d a y a
Kepercayaan
Periode sebelum HB IX
&
Gunung
pola
KONSEP
KOSMOLOGI UTARA SELATAN
Menghormati ALamLaut
KONSEP KULTURAL
pola
pola
KONSEP
STRATA SOSIAL
Budaya
B u d a y a
Kepercayaan
&
eriode HB IX akhir HB IX
Ruang
KULTURAL
NILAI HIERARKI TINGGI
Budaya
FEODALISME
B u d a y a
Kepercayaan
&
Orientasi
Ruang Publik
Dimanfaatkan
Sebagai
bangunan Komersil
Nilai
Periode sebelum HB IX
H ie ra rk i
Nilai Hierarki
TERTINGGI
Ruang para masyarakat berstrata sosial tinggi
Raja &
Ruan
Pelaksanaan Kegiatan Religius
Paling
Ketinggian lantai lebih tinggi daripada ruang
g
Tersembunyi
KONSEP
Bangunan Berundak
HINDU
Peninggalan
BUDDHA
Nilai
Periode HB IX-akhir HB IX
H ie ra rk i
Tumbuh permukiman
RAJA
Nilai
Hierarki Tertinggi
Ruang Publik
1
2
Periode sebelum HB
IX
Periode HB IX-akhir
HB IX
Pola
Spasial
Ruang
Pemukiman di lahan
sekitar ruang kultural
Ruang komunal terbuka
sbg Ruang Publik,
Pemukiman sbg Ruang
Privat
Pemukiman berdasarkan
konsep dasar strata sosial
Ruang-ruang yang
berkonsep kultural menjadi
ruang terbuka yang
bersifat publik
Kepercay
aan
Agama Islam
Konsep kosmologi utara
selatan
Animisme-dinamisme
Agama Islam
Konsep kosmologi utara
selatan
Animisme-dinamisme
Agama Islam
Konsep kosmologi utara
selatan
Animisme-dinamisme
Budaya
Feodalisme
Komersialisme
Nilai
Hierarki
Ruang-ruang yg
berkaitan dengan
kelompok-kelompok
masyarakat yang berada
di strata sosial tinggi
(Ruang paling privat)
Perbedaan ketinggian
lantai
Ruang-ruang yg berkaitan
dengan keberadaan raja
Ruang public
Jalan-jalan komersial
penghubung
Orientasi
Bangunan
Orientasi ke ruang yg
bersifat komersial.
Jalan penghubung
menjadi pusat orientasi
KONDISI
AGAMA/IDEOLOGI/KEYAKINAN
Pada dasarnya, ketiga periode yang
K Edisebutkan
R A T O Ndiatas
menganut
agama/ideologi/keyakinan
yang
absolut. Sejak awal terbentuknya
Keraton
Yogyakarta
yang
merupakan pecahan dari Kerajaan
Mataram Islam, ideologi Islam tetap
dianut oleh Sultan Hamengku
Buwono I beserta para pengikutnya.
KONDISI
POLITIK
K E R A T O N
Periode
Sebelum Hamengku Buwono IX-Hamengku Buwono IX
Masa penduduk kolonial Belanda merupakan periode di
mana aktifitas politik lebih dominan daripada aktivitas
ekonomi. Deandels turut ikut campur tangan dalam
kekuasaan
Yogyakarta
dengan
memaksa
Sultan
Hamengkubuwono
II
mengundurkan
diri
dan
memaksanakan
perjanjian-perjanjian
baru
terhadap
Yogyakarta
yang
isisnya
mencakup
penghentian
Periode
pembayaran uang sewa
Belanda kepada Sultan.
Periode
Akhir Hamengku Buwono IX-sekarang
KONDISI EKONOMI
K E R A T O N
Periode
Sebelum Hamengku Buwono IX-Hamengku Buwono IX
Pada tahun 1596 1628 di awali dengan kedatangan Belanda
pertama kali di Pulau Jawa disertai perkuatan ekonomi melalui
penguasaan perdagangan pada tahun 1727 1740. Saat itu,
terjadi pengaturan kependudukan penduduk Tionghoa dan beberapa
konflikyang terjadi antara Belanda dengan etnis Tionghoa. Pada tahun
1755-1800 yang di tandai dengan pengakuan Kesultanan
Yogyakarta melalui Perjanjian Giyanti, hingga pembubaran VOC
Periode
Hamengku Buwono IX- akhir Hamengku Buwono IX
Perkembangan kota pada periode sebelumnya mengalami
perkembangan pesat oleh masuknya VOC dan sejumlah
pembangunan oleh Belanda, diantaranya bank, kantor,
niaga, dan pasar. Untuk kawasan keraton sendiri
berkembang pesat pada periode ini dengan adanya pasar
Ngasem sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat
Periode
Akhir Hamengku Buwono IX-sekarang
Perkembangan ekonomi saat ini ditunjang oleh berbagai fasilitas ekonomi yang memadai.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan berbagai tunjangan yang meringankan
masyarakat ekonomi lemah dalam memenuhi kebutuhannya akan kesehatan, pendidikan,
misalnya BPJS, Dana Bos, dsb
KONDISI SOSIAL
BUDAYA
K E awal
R A mulanya,
T O N budaya Keraton
Sejak
Yogyakarta
merupakan
akulturasi
budaya
Islam
dan
Hindu,
yang
diimplementasikan kedalam kosmologi
(sumbu imajiner Utara-Selatan), tradisi
dan gaya seni yang hadir dalam
kehidupan masyarakatnya.
Hingga saat ini, budaya hasil akulturasi
Hindu dan Islam masih dianut oleh
masyarakat Keraton, walaupun pada
jaman penjajahan Belanda dibangun
bangunan-bangunan yang berusaha
menggeser poros kosmologi UtaraSelatan.
Kemudian pada peiode kota
modern dengan gaya arsitektur
internasional style, art deco, dan
elektisme keberadaan bangunan
kolonial mengarah ke timur barat
dengan pintu masuk beroientasi
ke alun-alun utara
Batasan
Kawasan
Penelitian
Utara
:
Jl. Kauman
Jl. Alun-alun Utara
Jl. Ibu Ruswo
Timur
:
Jl. Wijilan
Jl. Mangkuat
Selatan :
Jl. Mantringawen Kidul
Jl. Polo Wijayan
Barat
:
Jl. Ngasem
Permukiman
Komersial
Fasilitas Publik
Sekolah
Ruang Terbuka Hijau
Massa Bangunan
Sirkulasi
Sirkulasi dalam
perannya pada kawasan
Kraton menjadi nilai
penting sebagai jalur
transportasi masyarakat
dan juga Sri Sultan
Hamengkubuwono.
Pola dan bentuk periode 1
adalah pola organik.
Terlihat bahwa pemerintah
daerah pada zaman
tersebut masih kurang
memerhatikan masalah
pola sirkulasi.
Selanjutnya, pada periode
dimana bangsa Belanda
tiba ke tanah Jawa, terjadi
perubahan pada pola dan
bentuk sirkulasi kawasan
Kraton. Penerapan pola
Pedestrian
Periode 1
Jalur-jalur pejalan kaki
masih belum dibangun.
Belum ada pembedaan
antar jalur pejalan kaki
dengan jalur
transportasi.
Periode 2
Mulai muncul jalur
khusus pejalan kaki di
sisi kiri dan kanan jalanjalan utama yakni
trotoar.
Periode 3
Trotoar pada kawasan
Kraton juga digunakan
untuk furniture jalan,
seperti pot-pot bunga
Parkir
Fasilitas parkir pada kawasan Kraton baru berkembang pada periode
3.
Pendukung
Aktivitas
Pendukung aktifitas
merupakan fungsi
bangunan dimana
pada bangunan atau
area tersebut terjadi
aktifitas-aktifitas
komunal yang
melibatkan
masyarakat untuk
berkumpul serta
melakukan interaksi
sosial.
Area-area seperti ini
cukup banyak terdapat
di kawasan Kraton pada
periode-periode
selanjutnya dari
perkembangan kawasan
Kraton. Perpustakaan,
Penandaan
Periode 1
Penandaan-penandaan
pada kawasan Kraton
masih belum ada dan
belum digunakan.
Masyarakat pada masa
itu masih belum
mengetahui fasilitas
penandaan untuk
diterapkan pada
kawasan-kawasan
perkotaan termasuk
kawasan Kraton.
Periode 2-3
Mulai muncul penandaanpenandaan pada
beberapa spot dalam
kawasan Kraton.
Preservasi
Bangunan-bangunan zaman dulu dengan fungsi tertentu yang kemudian digunakan
kembali dengan fungsi yang berbeda pada masa ini merupakan bentuk dari preservasi.
Beberapa bangunan pada periode 1 menjadi bangunan dengan fungsi lain pada periode
3 seperti beberapa bangunan di jalan Ngasem.
KESIMPULAN
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai macam benda hasil
kebudayaan yang dapat kita lihat dengan cara mengelilingi dan
melihat-lihat
Keraton
Yogyakarta
beserta
bangunan-bangunan
peninggalan zaman dahulu, yang sampai saat ini tetap berdiri kokoh.
Kawasan Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya yang
tidak ternilai harganya, baik yang berbentuk upacara maupun bendabenda kuno dan bersejarah.
Pada Keraton terdapat banyak kehidupan sosial masyarakat,
banyak masyarakat yang hidupnya bergantung pada Keraton,
contohnya pemandu wisata, penjual jasa, pedagang sekitar Keraton,
penarik becak, dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan keraton
menghidupi masyarakat dan kelangsungan hidup mereka tergantung
pula pada kelangsungan keraton.
Kawasan Keraton Yogyakarta memiliki nilai budaya yang sangat
tinggi, dimana Keraton mengatur semua hal yang menjadi pedoman
masyarakat Jawa dalam bertindak atau bermasyarakat. Keraton
Yogyakarta memberikan contoh bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhan (adanya masjid gede disekitar alun-alun utara), hubungan
masyarakat dengan masyarakat lain dan hubungan antara masyarakat
KESIMPULAN
KONDISI POLA SPASIAL RUANG
Periode sebelum Hamengku Buwono IX-Hamengku
Buwono IX
Penambahan jumlah permukiman di ruang yang tidak terbangun sekitar
ruang-ruang bernilai kultural.
KESIMPULAN
KONDISI
AGAMA/IDEOLOGI/KEYAKINAN
Pada dasarnya, ketiga periode yang
disebutkan
diatas
menganut
agama/ideologi/keyakinan yang absolut.
Sejak
awal
terbentuknya
Keraton
Yogyakarta yang merupakan pecahan
dari Kerajaan Mataram Islam, ideologi
Islam tetap dianut oleh Sultan Hamengku
Buwono I beserta para pengikutnya.
KESIMPULAN
ORIENTASI BANGUNAN
Periode sebelum Hamengku Buwono IX-Hamengku
Buwono IX
Keraton sebagai pusat orientasi
Periode Hamengku Buwono IX- akhir Hamengku
Buwono IX
Ruang yang memiliki nilai hierarki (religius dan kultural)
menjadi orientasi bangunan
Periode akhir Hamengku Buwono IX-sekarang
-Orientasi ke ruang yg bersifat komersial.
-Jalan penghubung menjadi pusat orientasi bagunan.