You are on page 1of 25

Manajemen Anestesi

Pada Pasien Riwayat


Diabetes Mellitus
Hedya Nadhrati Surura, S.Ked
120611034
Preseptor: dr. Fachrurrazi,
Sp.An

BAB 1 Pendahuluan

Sebanyak lebih dari 50 % penderita diabetes


mellitus suatu saat mengalami tindakan
pembedahan dalam hidupnya dan 75 %
merupakan usia lanjut di atas 50
tahun.diperkirakan 25 % penderita diabetes
mellitus akan mengalami pembiusan dan
pembedahan.
Untuk mengurangi komplikasi yang terjadi saat
OP dan sebelum OP dibutuhkan manajemen
anestesi agar kadar glukosa pasien DM teteap
terkontrol.

BAB 2 Tinjauan Pustaka


Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh
defisiensi insulin ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
dalam plasma.8,9
American Diabetes Association (ADA) dan WHO mengeluarkan
kriteria diagnostik terbaru. Kedua badan tersebut
menganjurkan penurunan nilai ambang kadar glukosa plasma
puasa dan menetapkan klasifikasi lebih berdasarkan etiologi. 7
American Diabetes Association (ADA) telah menspesifikasikan
bahwa diagnosis diabetes mellitus dibuat jika kadar glukosa
plasma sewaktu pada individu asimtomatik > 11,1 mmol/L (200
mg/dl). Jika kadar glukosa plasma puasa > 7,0 mmol/L (126
mg/dl) pada individu asimtomatik, pemeriksaan harus diulang
pada hari yang berbeda dan diagnosis dibuat jika nilainya tetap
di atas batas ini

Klasifikasi

Tipe I (kerusakan sel B pankreas) dan tipe


II (gangguan sekresi insulin, resisten
insulin)

Patofisiologi

Diagnosis
Diabetes mellitus dapat diketahui dengan adanya gejala yang timbul
sebagai akibat hiperglikemia seperti poliuria, polidifsia, polifagia,
penurunan berat badan,.9,10
Diagnosis diabetes dapat ditegakkan menjadi tiga cara. Dua dari tiga
cara ini dapat dikerjakan dengan mudah oleh dokter di bagian
emergensi.14:
Gejala diabetes + konsentrasi glukosa plasma sewaktu >= 200
mg/dl (11,1 mmol/k). Sewaktu didefinisikan sebagai setiap saat
tanpa memperhatikan waktu terakhir makan. Kadar glnkosa
plasma puasa >= 126 mg/dl (7,0 ,mmmo/L). Puasa didefinisikan
sebagai tidak ada asupan kalori dalam 8 jam terakhir, atau
Kadar glukosa plasma 2 jam setelah minum 75 gram glukosa oral
pada tes toleransi glukosa oral >= 200 mg/dl.
Apabila tidak terdapat hiperglikemia yang nyata pada keadaan
dekompensasi metabolik akut (seperti diabetes ketoasidosis atau
sindrom hiperglikemik- hiperosmolar-nonketotik), kriteria ini harus
dikonfirmasi dengan mengulang penilaian pada hari yang
berbeda. Penilaian yang ketiga (tes toleransi glukosa oral) tidak
dianjurkan untuk penggunaan klinis rutin

MANAJEMEN
ANESTESI PADA
PASIEN DM

Penilaian

Prabedah

Penilaian prabedah diutamakan pada


penilaian fungsi utama organ jantung,
ginjal, dan susunan syaraf pusat
dibandingkan penilaian status metabolik
pasien. Untuk itu diperlukan penilaian
laboratorium dasar yang mencakup gula
darah puasa atau kadar gula darah
sewaktu, elektrolit, ureum, kreatinin, dan
EKG

Faktor Risiko Untuk Pasien


Bedah Diabetes
Sepsis
Neuropati

autonomik
Komplikasi aterosklerosis (penyakit
arteri koroner, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer)
Ketoasidosis dan koma hiperglikemik
hiperosmolar

Teknik Anestesia Pada


Penderita DM
Anestesi

terbagi atas tiga jenis dan masingmasing mempunyai teknik atau cara
melakukan anestesinya16,17, yaitu:
General Anestesi (anestesi umum) yang
terdiri atas dua teknik anestesi, yaitu
Anestesi intravena dan Anestesi inhalasi.
Anestesi regional yang terbagi atas dua, yaitu
blok sentral (anestesi spinal, anestesi epidural
dan anestesi kaudal) ,blok perifer, blok kaudal.
Anestesi lokal.

Pada teknik anestesia, terutama dengan


peggunaan spinal, epidural dan blokade
regional yang lain, dapat; mengatur
sekresi hormon katabolik dan sekresi
insulin residual, Peningkatan sirkulasi
glukosa perioperatif, konsentrasi epinefrin
dan kortisol yang dijumpai pada pasien
non diabetik yang timbul akibat stres
pembedahan dengan anestesia umum
dihambat oleh anestesia epidural

Anestesia regional dapat memberikan risiko


yang lebih besar pada pasien diabetes dengan
neuropati autonomik. Hipotensi yang dalam
dapat terjadi dengan akibat gangguan pada
pasien dengan penyakit arteri koronaria,
serebrovaskular dan retinovaskular.Risiko infeksi
dan gangguan vaskular dapat meningkat
dengan penggunaan teknik regsonal pada
pasien diabetes.Abses epidural lebih sering
terjadi pada anestesia spinal dan epidural

Efek Pembedahan Dan


Pembiusan Pada Metabolisme
Diabetes mellitus menggambarkan adanya pengaturan
abnormal dan gula darah karena salah satu sebab
yaitu adanya kekurangan insulin retetif atau absolut
atau karena resistensi insulin.Kadar gula darah
tergantung dari produksi dan penggunaan gula darah
tubuh. Selama pembedahan atau sakit/stres terjadi
respon katabolik dimana terjadi peningkatan sekresi
katekolamin, glukagon, korfisol, tetapi di sana juga
terjadi penurunan sekresi insulin. Jadi pembedahan
menyebabkan hiperglikemia, penurunan penggunaan
gula darah, peningkatan glukoneogenesis, katabolisme
protein

Pengaruh Obat Anestesi Pada


Penderita DM
Beberapa

obat yang dipakai untuk


anestesi dapat mengakibatkan
perubahan di dalam metabolisme
karbohidrat, tetapi mekanisme dan
tempat kerjanya belum jelas.Obat-obat
induksi dapat mempengaruhi
homeostatis glukosa perioperatif

Teknik anestesia dengan opiat dosis tinggi tidak


hanya memberikan keseimbangan hemodinamik,
tetapi juga keseimbangan hormonal dan
metabolik.Teknik ini secara efektil menghambat
seluruh sistem saraf impatis dan sumbu
hipotalamik-pituitari, kemungkinan melalui efek
langsung pada hipotalamus dan pucat yang lebih
tinggi. Peniadaan respon hormonal katabolik
terhadap pembedahan akan meniadakan
hiperglikemia yang terjadi pada pasien normal
dan mungkin bermanfaat pada pasien diabetes. 6,7

Ether dapat meningkatkan kadar gula


darah, mencegah efek insulin untuk
transport glukosa menyeberang membran
sel dan secara tak langsung melalui
peningkatan aktifitas simpatis sehingga
meningkatkan glikogenolisis di hati
Penggunaan anestesi regional baik yang
dilakukan dengan teknik epidural atau
subarakhnoid tak berefek pada
metabolisme karbohidrat

Pengaruh propofol pada secresi insulin tidak


diketahui. Pasien-pasien diabetik
menunjukkan penurunan kemampuan untuk
membersihkan lipid dari sirkulasi.Meskipun
hal tersebut tidak relevan selama anestesia
singkat jika propofol digunakan untuk
pemeliharaan atau hanya sebagai obat
induksi. Keadaan ini dapat terlihat pada
pasien-pasien yang mendapat propofol untuk
sedasi jangka panjang di ICU. Obat-obat
anestesi intra vena yang biasa diberikan
mempunyai efek yang tidak berarti terhadap
kadar gula darah kecuali ketamin yang
menunjukkan peningkatan kadar gula akibat
efek simpatomimetiknya

Kontrol Metabolik Perioperatif


Tujuan pokok dalam mengontrol metabolik
perioperatif adalah :
Mengoreksi kelainan asam basa, cairan
dan elektrolit sebelum pembedahan.
Memberikan kecukupan karbohidrat
untuk mencegah metabolisme
katabolik dan ketoasidosis.
Menentukan kebutuhan insulin untuk
mencegah hiperglikemia

Pembedahan

pada penderita DM tipe II


tidak meningkatkan risiko, sehingga hanya
membutuhkan sedikit perubahan terapi
yang sudah ada sebelumnya.

Terapi

insulin perlu diberikan pada


perioperatif?

Untuk bedah yang relatif kecil, jangan


diberikan obat anti diabetes oral kerja
pendek pada hari operasi, dan obat kerja
lama 2 hari sebelum pembedahan.
Untuk bedah besar, dosis kecil insulin
mungkin dibutuhkan untuk mengontrol kadar
gula darah dan glikosuria

Terdapat beberapa regimen tatalaksana perioperatif untuk


pasien DM. Yang paling sering digunakan adalah
pasien menerima sebagian biasanya setengah dari dosis
total insulin pagi hari dalam bentuk insulin kerja sedang.
Tabel: Dua teknik yang umum digunakan untuk
tatalaksana insulin perioperatif pada pasien DM

Preoperatif

Pemberian secara bolus

Infus kontinyu

D5W (1,5 ml/kg/jam)

D5W (1 ml/kg/jam)

NPH insulin (1/2 dosis biasa

Regular insulin Unit/jam

pagi hari) (NPH=neutral

= Glukosa plasma : 150

protamine Hagedorn)

Intraoperat

Regular insulin

tf

(berdasarkan sliding scale)

Pascaopera

Sama dengan intraoperatif

tif

Sama dengan preoperatif

Sama dengan preoperatif

Perawatan

Pasca Bedah
Infus glukosa dan insulin harus tetap
diteruskan sampai kondisi metabolik pasien
stabil dan pasien sudah boleh makan.Infus
glukosa dan insulin dihentikan hanya
setelah pemberian subkutan insulin kerja
pendek.Setelah pembedahan besar, infus
glukosa dan insulin harus diteruskan sampai
pasien dapat makan makanan padat.

Kesimpulan

Peningkatan pervalensi pasien diabetes yang akan


dioperasi dan meningkatnya risiko komplikasi
sehubungan dengan penyakit DM membutuhkan
pemeriksaan dan pengelolaan optimal perioperatif.
Pengelolaan pasien diabetes diperhadapkan dengan
angka kesakitan saat ini meningkat secara umum.
Keuntungan dari kontrol gula darah yang tepat telah
didokumentasikan dengan komplikasi yang ringan dan
menjadi terapi standar. Kontrol gula darah yang intensif
membutuhkan monitoring yang ketat untuk mengurangi
insiden hipoglikemia berat pasca operasi sehingga saat
operasi berjalan tidak menimbulkan komplikasi.

Daftar Pustaka

Brown Jr and Frink. Anesthetic Management of Patients


with Endocrine Disease in A Practice of Anesthesia, 6thed,
Edward Arnold, 1996: 995-1004.
Gieseeke and Lee. Diabetic Trauma Patients in Text Book
of Trauma Anesthesia ang Critical Care, Mosby Year Book
Inc, 1993: 663-671.
Tjokroprawiro A. Diabetes Mellitus Anestesia-Operasi
dalam Buku Naskah Lengkap Konas III IDSAI, 1992: 209218.
William J, Fenderl. Diseases of the Endocrine System in
Anesthesia and Common Diseases, 2nd ed, Philadelphia,
WBSaunders, 1991: 204-215.
Roizen MF. Anesthetic Implications of Concurent Diseases
in Miller RD ed. Anesthesia, 4thed, Churchill Livingstone,
1994: 903-1014.
Mathes DD. Management of Common Endocrine Disorder
in Stone DJ ed. Perioperative Care, 1sted, Mosby Year Book
Inc, 1998: 235-265.

Morgan JR. Clinical Anesthesiology, 2nded, Lange Medical Book, 1996:


636-655.
Haznam MW. Pankreas Endokrin dalam Endokrinologi, Percetakan
Angkasa Offset, Bandung, 1991: 36-106.
Worthley. Synopsis of Intensive Care Medicine, Longman, 1994: 611623.
Zaloga Gary P. Endocrine Consultation in Clinical Anesthesia
Practice, WB Saunders, 1994: 185-209.
Litt L, Roizen MF. Endocrine and Renal Function in Risk and Outcome
in Anesthesia, JB Lippincott, 1988: 111-125.
Roizen MF. Endocrine Abnormalities and Anesthesia, Renal
Disfunction dan Diabetes, IARS Review Course Lecture, 19%: 104113.
Rush MD, Winslett S, Wisdom KD. Endocrine Emergencies in Tintinalli,
Kelen, Stapezynski ed. Emergency Medicine, 5th ed, Me Graw Hill,
1998: 1355.
Arauz C, Raskin P. Surgery and Anesthesia in Lebovitz HE ed.
Therapy for Diabetes Mellitus and Related Disorder, American
Diabetes Association Inc, Virginia, 1991: 147- 50
Wargahadibrata, A.H, 2014. Anestesiologi untuk mahasiswa
kedokteran, Saga Olahcitra, Jakarta, hal:1.
Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, MR, 2007. Petunjuk Praktis
Anestesiologi, edisi kedua, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal:1.

McAnulty

GR, Robertshaw HJ, Hall GM.


Anaesthetic Management of Patients
with Diabetes Mellitus in British Journal
of Anaesthesia, London, 2000: 80-90.

You might also like