You are on page 1of 23

Studi Kasus Kontrol

Jasreena Kaur
11 2013 165

JUDUL
Rinitis Alergi sebagai Faktor Risiko
Otitis Media Supuratif Kronis

Masalah
Diperkirakan sekitar 10 juta penduduk
Indonesia menderita OMSKB.
Alergi merupakan salah satu faktor
konstitusi yang dapat menyebabkan
kronisitas OMSKB
Rinitis alergi bersifat kronik dan persisten
sehingga dapat menyebabkan perubahan
berupa hipertrofi dan hiperplasi epitel
mukosa dan dapat menimbulkan komplikasi
otitis media, sinusitis dan polip nasi.

Tujuan
Menganalisis /menentukan rinitis
alergi sebagai faktor risiko otitis
media supuratif kronik benigna
(OMSKB),
Membandingkan antara pasien
OMSKB dengan faktor risiko rinitis
(kasus) dan pasien non OMSKB
dengan faktor risiko rinitis alergi
(kontrol)

Desain
Penelitian ini merupakan penelitian
kasus-kontrol

Variabel
X
Umur
Jenis Kelamin
Keluhan dan kelainani
telinga
Keluhan dan kelainan
hidung
Rhinitis Alergi

OMSKB

Kerangka Konsep

Metode Pengumpulan Data


Pengambilan sampel dengan cara
berurutan (consecutive sampling)
sampai tercapai jumlah sampel
minimal

Populasi dan Sampel


Populasi :
Populasi terjangkau pada penelitian ini
adalah semua penderita OMSKB yang
berobat ke klinik rawat jalan THT RS Dr.
Sardjito Yogyakarta
Sampel :
Dari hasil perhitungan besar sampel
minimal, maka jumlah total sampel 98
orang, untuk kelompok kasus adalah 49
orang dan kelompok kontrol 49 orang.

Analisis Data
Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan
deskripsi statistik.
Analisis statistik yang digunakan adalah:
1) Uji X2 untuk menghitung ada tidaknya
perbedaan karakteristik kedua kelompok.
2) Analisis regresi logistik, untuk menilai
variabel-variabel yang berpengaruh pada
otitis media supuratif kronik benigna.

Kriteria
Inklusi
1) Pasien OMSKB rawat jalan dengan
keluhan sekret telinga berulang
atau pernah, dan pada
pemeriksaan otoskopi didapat
cairan/ tanpa cairan pada liang
telinga, membran timpani
perforasi sentral tanpa
kolesteatom dan granulasi,
kontrol pasien non OMSKB, yang
datang ke poli rawat jalan THT
2) Penderita pria atau wanita umur
5 tahun dan kooperatif
3) Bebas dari obat antihistamin,
kortikosteroid sistemik dan topikal
setidaknya selama 7-10 hari.

Ekslusi

Menderita OMA pada


kelompok kontrol

Hasil
Penelitian di poliklinik THT RS Dr. Sardjito
Yogyakarta dari bulan Juni 2007 sampai
dengan bulan Maret 2008 menemukan
- 53 penderita OMSKB dan 50 pasien non
OMSKB
- 100 pasien di antaranya memenuhi kriteria
inklusi penelitian ini
- sisanya sebanyak 3 pasien dari kelompok
kasus tidak
bersedia menjalani skin prick test

1. Karakteristik demografis subyek penelitian


Uji X2 mendapatkan nilai p = 0,102 (> 0,05), tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna antar usia kelompok
kasus dengan kelompok kontrol pada penelitian ini.

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis


kelamin subyek pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
dengan nilai p = 0,840 (p > 0,05); OR: 0,922; IK 95%: 0,412,03.

Kedua variabel umur dan jenis kelamin tidak berpengaruh


terhadap morbiditas OMSKB.

2. Karakteristik keluhan dan kelainan telinga dan hidung


Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kasus dan kontrol
pada keluhan cairan keluar dari telinga dengan nilai p = 0,001 (p <
0,05); OR: 3,08; IK 95%: 2,2 4,2.
Sebanyak 41 kasus (82%) mengeluh batuk, pilek dan demam
sebelum keluhan telinga timbul dan 9 pasien (18%) karena
manipulasi telinga - p = 0,001 (< 0,05); OR: 6,5; IK 95%: 3,5 11,9.
Sebanyak 7 pasien (14%) kambuh kurang dari 3 kali pertahun, 43
pasien (86%) kambuh 3 kali per tahun. p =0,006 (< 0,05); OR:
2,1; IK 95%: 1,7 2,7.
Kelainan telinga berupa perforasi membran timpani terjadi pada
semua kasus - 50 pasien (100%), sedangkan di kelompok kontrol
tidak terdapat kelainan telinga. p = 0,001 (p < 0,05).
Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol pada ketiga variabel keluhan dan kelainan
hidung (p = 0,001).

3. Hubungan antara keluhan dan kelainan telinga dan


hidung dengan rinitis alergi
Terdapat perbedaan bermakna keluhan telinga meler, batuk,
pilek dan demam serta kelainan telinga berupa perforasi
membran timpani pada rinitis alergi (p = 0,001 < 0,05).
Namun tidak terdapat perbedaan rinitis alergi yang
bermakna antara kekambuhan <3 kali/tahun maupun
kekambuhan 3 kali/tahun (p = 0,616 > 0,05).
Keluhan dan kelainan hidung dengan rinitis alergi berbeda
bermakna (p = 0,001 < 0,05) pada ketiga variabel karena
ketiga variabel tersebut merupakan tanda dan gejala rinitis
alergi.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil Wratsongko (2004)19
dengan nilai p = 0,001 untuk ketiga variabel tersebut.

4. Hubungan OMSKB terhadap


rinitis alergi
Terdapat perbedaan bermakna
antara kedua kelompok terhadap
rinitis alergi dengan nilai p =
0,001 (p < 0,05); OR:21; IK 95%:
7,53 58,56.
Risiko kejadian kasus (OMSKB)
adalah 21 kali lebih sering pada
orang yang menderita rinitis alergi
dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita rinitis alergi.

5. Analisis regresi logistik


Variabel tergantung pada penelitian ini adalah OMSKB,
sedangkan variabel bebas yang dianalisis adalah rinitis
alergi, keluhan dan kelainan telingadan keluhan dan
kelainan hidung.
Didapatkan tiga variabel yang berhubungan bermakna
atau berpengaruh terhadap OMSKB yaitu rinitis alergi (p =
0,001, OR: 21: IK 95%: 7,53 58,56).
Peluang terjadinya OMSKB 22 kali lebih besar pada pasien
dengan keluhan telinga diawali batuk, pilek dan demam
dibandingkan pasien dengan keluhan telinga tanpa diawali
batuk, pilek dan demam (p = 0,008,OR: 22,38 ; IK 95%:
2,24 22,81).
Peluang terjadinya OMSKB 5 kali lebih besar pada pasien
dengan perforasi membran timpani dibandingkan pasien
tanpa perforasi membran timpani (p = 0,032, OR: 5,76 ; IK
95%: 1,16 28,56).

Kesimpulan
Rinitis alergi merupakan faktor risiko
pada otitis media supuratif kronik
benigna (OMSKB).

Saran
Melakukan test alergi (skin prick
test), menegakkan diagnosis rinitis
alergi serta memberikan terapi rinitis
alergi pada pasien otitis media yang
sering berulang untuk menekan
angka kejadian OMSKB

Terimakasih

You might also like