Professional Documents
Culture Documents
Therapy
HIPOFISIS POSTERIOR
KELOMPOK 2
G1A113119
G1A113120
G1A113125
G1A113126
G1A113130
Dhafir Khallaf
G1A113133
G1A113135
M. Yudhi Surya C
G1A113137
Ali Subekti
G1A113138
M. Galihka Ayatullah
G1A113145
G1A114001
Adinda
G1A114007
Rahayu Afpriliza
G1A114016
Hidayanti Br SiregarG1A114020
Ilham Taufan I
G1A114022
Hormon
Prinsip kerja
Oksitosin
Hormon ADH
1. Oksitosin
Struktur
Oksitosin adalah suatu peptida 9-asam
amino yang memiliki taut silang disulfida
intrapeptida. Rangkaian asam aminonya berbeda
dengan vasopresin pada posisi 3 dan 8.
Vasotosin serupa dengan oksitosin dan
vasopresin dan ditemukan pada vertebrata
nonmamalia.
Farmakodinamik
Oksitosin bekerja melalui reseptor protein G
terkopel dan perantara kedua fosfoinositida-kalsium agar
otot polos uterus berkontraksi. Oksitosin juga merangsang
pelepasan prostaglandin dan leukotrien yang memperkuat
kontraksi uterus. Oksitosin juga menyebabkan kontraksi
sel mioepitel yang mengelilingi alveoli mammae yang
menyebabkan pengeluaran susu. Pada konsentrasi tinggi,
oksitosin memiliki sifat antidiuretik lemah dan aktivitas
pressor karena aktivasi reseptor vasopresin.
Farmakokinetik
Oksitoksin diberikan
secara intravena untuk inisiasi
dan augmentasi persalinan.
Hormon ini juga dapat diberikan
secara intramuscular untuk
mengendalikan perdarahan pasca
persalinan. Oksitoksin tidak
terikat oleh ginjal dan hati,
dengan waktu paruh sirkulasi
selama 5 menit.
Lanjutan
Indikasi
1. Untuk menginduksi persalinan pada
kondisi yang memerlukan
persalinan pervaginam dini seperti
masalah Rh, diabetes maternal,
preklamsia atau ketuban pecah
dini.
2. Untuk membantu persalinan
abnormal yang berlangsung lama
atau menunjukkan tanda-tanda
inersia uterus.
3. Oksitosin memiliki beberapa
manfaat dalam awal pasca
persalinan, termasuk mengontrol
perdarahan uterus setelah
persalinan per vaginam atau seksio
caesaria. Kadang-kadang obat ini
digunakan selama aborsi
trisemester kedua.
Dosis
1. Untuk induksi persalinan diberikan
oksitosin pada kecepatan infus
awal sebesar 0,5-2 mU/menit dan
ditingkatkan sebanyak 30-60 menit
sampai terbentuk pola kontraksi
fisiologik. Kecepatan infus
maksimal adalah 20 mU/menit.
2. Untuk perdarahan pasca persalinan
10-40 unit ditambahkan ke dalam 1
L dekstrosa 5% dan kecepatan infus
ditritasi untuk mengendalikan
atonia uteri. Pilihan lainnya adalah
10 unit oksitosin dapat diberikan
melalui penyuntikan intrmuscular
setelah kelahiran plasenta.
3. Selama masa antepartum, oksitosin
menginduksi kontraksi uterus yang
sesaat mengurangi aliran darah
plasenta ke janin. Oksitosin
diberikan pada kecepatan infus
awal 0,5 mU/menit, kemudian
dilipatgandakan setiap 20 menit
Lanjutan
Toksisitas
Stimulasi berlebihan kontraksi uterus sebelum persalinan dapat
meyebabkan gawat janin (fetal distress), abruptio placenta atau ruptur uterus.
Konsentrasi oksitosin yang tinggi bersama dengan aktivasi reseptor vasopresin
dapat menyebabkan retensi cairan berlebihan atau intoksikasi air yang dapat
menyebabkan hiponatremiam, gagal jantung, kejang dan kematian. lnjeksi bolus
oksitosin dapat menyebabkan hipotensi. Untuk mencegah hipotensi, oksitosin
diberikan secara intravena sebagai larutan encer pada kecepatan tertentu.
Kontraindikasi
gawat janin
prematuritas
disproporsi sefalopelvik
Antagonis oksitosin
Atosiban adalah sebuah antagonis reseptor oksitosin yang telah digunakan
diluar Amerika Serikat sebagai terapi untuk persalinan preterm (tokolisis).
Atosiban adalah bentuk modifikasi oksitosin yang diberikan melalui infus intravena
selama 2-8 jam. Dalam sejumlah kecil uji klinis yang dipublikasikan, atosiban
tampaknya sama efektifnya dengan tokolitik agonis -adrenoreseptor dan memiliki
lebih sedikit efek samping. Namun, pada sebuah uji yang dikontrol plasebo. Pada
tahun 1998, FDA memutuskan untuk tidak menyetujui atosiban karena
kekhawatiran terhadap efektifitas dan keamanannya.
1. Vasopresin (ADH)
Struktur
Vasopresin adalah hormon nonpeptida dengan
cincin 6-asam amino dan rantai samping 3-asam amino.
Residu pada posisi 8 adalah arginine pada manusia dan
sebagian besar mamalia lain kecuali babi dan spesies
yang berhubungan; spesies ini memiliki vasopresin
yang mengandung lisin pada posisi 8. Desmopresin
asetat (DDAVP, 1-desamino-8-D-arginin vasopressin)
adalah analog vasopresin sintetik kerja lama yang
memiliki aktivitas V1 minimum dan rasio antidiuretic
terhadap pressor sebesar 4000 kali dari vasopressin.
Seperti vasopresin dan oksitosin, desmopresin memiliki
hubungan disulfide antara posisi 1 dan 6.
Lanjutan
Farmakodinamik
Vasopresin mengaktifkan dua
subtipe reseptor protein G terkopel.
Reseptor V1 ditemukan pada sel otot
polos pembuluh darah dan
memperantarai vasokonstriksi. Reseptor
V2 ditemukan pada sel tubulus ginjal dan
mengurangi diuresis melalui peningkatan
permeabilitas air dan reabsorpsi air pada
tubulus pengumpul. Reseptor ekstrarenal
yang mirip V2 mengatur pelepasan faktor
koagulasi VIII serta faktor von Willebrand.
Lanjutan
Farmakokinetik
Vasopresin harus diberikan melalui injeksi intramuskular atau intravena;
pemberian oral tidak efektif karena peptida dinonaktifkan oleh enzim pencernaan.
Waktu paruh vasopressin dalam sirkulasi kira-kira 15 menit, dengan metabolisme
ginjal dan hati melalui reduksi ikatan disulfida dan pemecahan peptida.
Desmopresin dapat diberikan secara intravena, subkutan, intranasal, atau
oral. Waktu paruh desmopresin dalam sirkulasi adalah 1,5-2,5 jam. Desmopresin
nasal tersedia dalam bentuk semprotan dalam dosis unit yang mengeluarkan 0,1
mL per semprotan; obat ini juga tersedia dalam bentuk tabung nasal terkalibrasi
yang dapat digunakan untuk memberikan dosis yang lebih tepat. Bioavailabilitas
nasal desmopresin adalah 3-4%, sedangkan bioavailabilitas oralnya kurang dari
1%.
Toksisitas dan Kontraindikasi
Terapi obat ini dapat menyebabkan
hiponatremia dan kejang. Vasopresin (tetapi tidak
desmopresin) dapat menyebabkan vasokonstriksi
dan harus digunakan secara hati-hati pada pasien
penderita penyakit arteri koroner. Insuflasi nasal
desmopresin dapat menjadi kurang efektif bila
terdapat kongesti nasal.
Antagonis vasopresin
Sejumlah antagonis nonpeptida reseptor vasopressin sedang diteliti
untuk penggunaan pada pasien penderita hiponatremia atau gagal jantung
akut yang sering menunjukkan peningkatan konsentrasi vasopressin.
Conivaptan memiliki afinitas tinggi baik terhadap reseptor V14 maupun V2.
Tolvaptan memiliki afinitas 30 kali lipat lebih tinggi terhadap reseptor V 2
daripada V1. Pada beberapa uji klinis, kedua agen ini menghilagkan gejala dan
mengurangi tanda objektif hiponatremia dan gagal jantung. Conivaptan telah
disetujui oleh FDA untuk pemberian intravena pada hiponatremia, tetapi tidak
untuk gagal jantung kongestif. Beberapa antagonis reseptor vasopressin
nonpeptida nonselektif yang lain sedang diteliti untuk kondisi-kondisi ini.
TERIMA KASIH