You are on page 1of 29

A S U H A N K EP ER A W ATA N

D IFTER I D A N P ER TU S IS
OLEH : KELOMPOK XI
FKP UNAIR SURABAYA
TAHUN 2009

D EFIN ISID IFTERI


Infeksi akut oleh karena

Corynebacterium diphteriae
Manifestasi klinis akibat dari
eksotoksin bakteri

Klasifi
kasiD ifteri( m enurut tingkat keparahan )

1. Infeksi ringan
Bila pseudomembran hanya terdapat
pada mukosa hidung
2. Infeksi sedang
Bila pseudomembran telah menyerang
sampai faring sampai pembengkakan
pada laring
3. Infeksi berat
Bila terjadi sumbatan nafas berat yang
disertai dengan gejala komplikasi.

M enurut lokasigejala
1. Difteri hidung
Sekret serosanguinus
2. Difteri tonsil faring
Demam subfebris
Nyeri telan
Anorexia
Pembengkakan kelenjar leher
Adanya bullneck
3. Difteri laring
Pembengkakan kelenjar leher
Tidak bisa bersuara
Sesak, cyanosis
Demam sangat tinggi
4. Difteri kutaneus ( kulit, konjungtiva, telinga )

Kom plikasi
1. Obstruksi jalan nafas
2. Gangguan sistemik ( Miokarditis,
Neuritis,Nefritis )

3. Susunan syaraf
4. Infeksi tumpangan oleh kuman lain

D iagnostik
Bakteriologik : swab hidung

tenggorokan
Pemeriksaaan darah rutin
Pemeriksaan urin
EKG

Pengobatan
Umum
Istirahat mutlak selama kurang lebih 2
minggu.
Pemberian cairan serta diit yang adekuat.
Khusus pada diphtheria laring dijaga agar
nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban
udara dengan menggunakan nebulizer.
Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta
gangguan pernafasan yang progresif hal hal
tersebut
merupakan
indikasi
tindakan
trakeostomi

Lanjutan Pengobatan
Khusus
A. Antitoksin : serum anti diphtheria ( ADS )
1.

Difteri ringan ( hidung, kulit, konjungtiva )

2.

Difteri sedang ( Pseudomembran terbatas pd tonsil, difteri laring )


ADS 40.000 UI IV drip

3.

ADS 20.000 UI im

Diphteri berat ( Pseudomembran meluas keluar tonsil, bullneck, penyulit


akibat efek toxin ).
Pemberian ADS :

. ADS diberikan secara drip IV dalam 200 cc larutan dextrose 5 % dalam 4

8 jam.
Jika skin test ( + ) diberikan secara BEDRESKA ( titrasi tiap 15 menit )
. 0.05 cc ADS + 1 cc PZ sc
. 0,1 cc ADS + 1cc PZ sc
. 0,1 cc ADS sc/im
. 0,2 cc ADS sc/im
. 0,5 cc ADS sc/im
. 2 cc ADS sc/im

Lanjutan Pengobatan
B. Antimikrobial
Penisilin prokain 50.000 100.000
kkl/BB/hari selama 7 10 hr, bila alergi
diberikan eritromisin 40 mg/kg BB / hari.
C. Kortikosteroid.
Kortikosteroid diberikan kepada
penderita dengan gejala obstruksi
saluran nafas bagian atas dan bila
terdapat penyulit miokardiopati toksik

Jenis Tindakan
1. Perawatan tirah baring dalam ruang
2.
3.

4.
5.

isolasi
Penggunaan UPI bagi petugas dan
penunggu
Pertahankan intake cairan dan
nutrisi secara adekuat. Jika perlu
pasang NGT bila sulit menelan
Hindari kerja jantung yang
berlebihan
Observasi tanda-tanda obstruksi

Pem ulangan
1. Bila kelainan klinis dan fisik telah
2.
3.
4.
5.

hilang
Biakan 2 kali berturut-turut negatif
EKG 3 kali normal
Tidak ada kesulitan makan
Sebelum pulang adanya pemberian
vaksinasi

D efi
nisiPertusis
Infeksi saluran pernapasan akut yang

disebabkan Bordetella pertussis


Pada tahun 1670 istilah ini lebih
disukai dari batuk rejan (whooping
cough).

M A N IFESTA SI K LIN IS
Masa tunas: 7-14 hari; berlangsung sampai 6 minggu atau lebih

Stadium pada Pertusis terbagi dalam 3


yaitu:
1. Stadium kataralis
Lamanya 1-2 minggu.
Pada permulaan hanya berupa batukbatuk ringan terutama pada malam hari.
Batuk-batuk ini makin lama makin
bertambah berat dan terjadi siang dan
malam. Gejala lain ialah pilek, serak, dan
anoreksia.
Stadium
ini
menyerupai
influenza biasa.

2.Stadium spasm odik


Lamanya 2-4 minggu.
Pada akhir minggu

batuk makin
bertambah
berat
dan
terjadi
paroksismal berupa batuk-batuk khas.
Pasien tampak berkeringat, pembuluh
darah leher dan muka melebar.
Batuk sedemikian beratnya hingga
pasien tampak gelisah dengan muka
merah dan sianotik

3.Stadium konvalensi
Lamanya kira-kira 2 minggu sampai

sembuh.
Pada minggu keempat jumlah dan
beratnya serangan batuk berkurang,
juga muntah berkurang pula; nafsu
makan timbul hilang kembali.
Ronki difus yang terdapat pada
stadium
spasmodik
mulai
menghilang.

K O M P LIK A SI
1. Alat pernafasan

bronkitis,
bronkopneumonia,atelektasis

2. Alat pencernaan

muntah, prolap rektum/


hernia, ulkus pada lidah, stomatitis

3. Susunan saraf

kejang, gg. Keseimbangan


elektrolit, edema pada otak dan perdarahan otak

4. Lain-lain

perdarahan lain ( epistaxis,

hemoptisis, perdarahan sub. Konjungtiva)

D iagnostik
Laboratorium ( darah rutin )

Pengobatan
1. Antibotika
2. Imunoglobulin
3. Ekspektoran dan mukolitik
4. Kodein pada batuk yg berat
5. Luminal sbg sedatif

Asuhan Keperaw atan


1. Pengkajian
.

Riwayat keperawatan ; riwayat terkena penyakit infeksi, status


immunisasi.

Kaji tanda-tanda yang terjadi pada nasal, tonsil/faring dan laring.


Lihat dari manifestasi klinis berdasarkan kasusnya ( difteri/
Pertusis )

2. Diagnosa Keperawatan
.

Gangguan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan menelan dan anoreksia

Nyeri seluruh tubuh berhubungan inflamasi myocardium /


schemia jaringan myocardium.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Lanjutan Askep
Perencanaan
1. Kliem menunjukkan tanda-tanda jalan nafas efektif.
2. Penyebarluasan infeksi tidak terjadi.
3. Klien menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4. Klien tidak menunjukkan kelemahan fisik
Implementasi
5. Meningkatkan jalan nafas efektif.
6. Perluasan infeksi tidak terjadi.
7. Meningkatkan kebutuhan nutrisi.
Perencanaan Pemulangan
8. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis dan efek samping.
9. Melakukan immunisasi jika immunisasi belum lengkap sesuai

dengan prosedur.
10.Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadual.
11.Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.

ASUH AN KEPERAW ATAN PAD A An.S D EN G AN D IFTERI

Pengkajian
Nama : An. S
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Karangmenjangan gg.I No. 1 Surabaya
Suku : Jawa
Tanggal masuk: 10 Nopember 2009
Tgl pengkajian: 11 Nopember 2009
Register : 12345
Diagnosa : Diphteri

Lanjutan pengkajian
1. Keluhan utama:
Ibu klien mengatakan anaknya nyeri telan
2. Riwayat Penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya panas badan yang disertai pilek ,
serta nafsu makan menurun sejak 4 hari yang lalu
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Ibu mengatakan anaknya jarang sakit. Pernah sakit panas ,
batuk dan pilek tetapi 3 5 hari sembuh.
Riwayat imunisasi: Tidak lengkap yaitu DPT 2 kali
Riwayat tumbang :
Anak kelas TK dan mampu bersosialisasi dengan temannya,
dalam kebutuhan harian masih dibantu oleh orangtuanya.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
serupa

Lanjutan pengkajian
5. Pemeriksaan fisik
B1 (Sistem Pernafasan)
Adanya bullnex pada palatum mole, odem pada leher, RR 30 x/mnt,
, tidak ada pernafasan cuping hidung atau retraksi otot intercosta.
B2 (Sistem Cardiovaskuler)
Nadi 120 x/mnt, Suhu 37 C/ axilla
B3 (Sistem Neurosensori)
Kesadaran composmentis
B4 (Sistem Genitourinaria)
Tidak terukur
B5 (Sistem Digestive)
Nafsu makan habis 1/2 porsi dan minum habis 800 cc
BB sebelum sakit 15 kg
BB saat ini 12 kg
B6 (Sistem Muskuloskeletal)
Keadaan umum lemah, tonus otot normal

6. Pemeriksaan diagnostic
Laboratorium :
Hb : 13.2 g/dL
HCT : 38.2 %
RBC : 4,36 106/mL
WBC: 14,7 103 /L
PLT : 240 103 /L
LED : 25/40
Thorax foto
Normal

7. Terapi :
IFVD : Dextrose NS 1000 cc/24 jam
Penicillin procain 2 x 300.000 ui
( IM )
Metyl Prednisolon 3 x 25 mg

1.B ersihan jalan nafas berhubungan dengan


ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan, dalam jangka waktu 1-2
jam , pengurangan penyumbatan
jalan nafas dengan hasil yang
diharapkan/ kriteria hasil:
1. Tidak terjadi dispnea
2. Sekret pada hidung berkurang
3. frekuensi nafas normal ( 20-28
kali/mnt)

Intervensidan rasional
1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan sekret pada hidung
R/: pernafasan bising, ronkhi dan mengi menunjukkan tertahannya
sekret atau obstruksi jalan nafas
2. Bantu pasien untuk nafas dalam
R/: memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan
menguatakn upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret
3. Baringkan setengah duduk
R/: memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen kanul
R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
5. Kolaborasi dalam pemberian kortikosteroid
R/: untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
6. Informasikan kepada keluarga bila sewaktu-waktu anak sesak untuk
memposisikan setengah duduk
R/ :Keluarga mengetahui posisi setengah duduk akan mengurangi
sesak, karena memungkinkan adanya expansi paru

2.Perubahan nutrisikurang darikebutuhan tubuh


berhubungan dengan nyeritelan,anoreksia

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, dalam jangka waktu
24 jam, klien terpenuhi nutrisinya
dengan hasil yang diharapkan/
kriteria hasil:
1. Menunjukkan ada nafsu makan.
2. Berat badan tetap atau meningkat.

Intervensidan rasional
1. Timbang berat badan tap hari
R/: Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan
terapi
2. Berikan susu yang tidak terlalu manis
R/: Susu mengandung zat bergizi dan tidak memerlukan proses
pengunyahan
3. Berikan susu yang tidak terlalu manis
R/: Susu mengandung zat bergizi dan tidak memerlukan proses
penguyahan
4. Berikan makan sedikit tapi sering
R/: Meningkatkan masukan makanan dan minuman
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
R/ : Untuk mengetahui penyusunan komposisi diet
6. Health education kepada orang tua (oral higiene, higiene alat-alat
makan,
menganjurkan pada orang tua untuk memberi makan anak sedikitsedikit tapi sering mencuci tangan sebelum menyuapi anak)
R/ : Dengan pengetahuan orang tua tentang health education untuk

You might also like