You are on page 1of 57

Psikologi Agama

Psikologi agama bertujuan meneliti pengaruh


agama terhadap sikap dan tingkah laku
seseorang atau mekanisne yang bekerja dalam
diri seseorang, karena cara seseorang berpikir,
bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak
dapat dipisahkan dari keyakinannya.

Agama merupakan kepercayaan kepada Tuhan


yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan
kehendaknya yang mengatur alam semesta
serta memiliki hubungan moral dengan umat
manusia.

Pengetahuan Agama

Kognitif yakni pengetahuan agama yang


dimiliki oleh setiap individu
Afektif yaitu sikap yang tampak pada setiap
individu dalam memahami ajaran agama
Psikomotorik adalah perilaku individu dalam
menjalani aktivitas keberagamaan

Sikap Keberagamaan

Siklus Memahami Ajaran


Agama

Pengetahuan agama memiliki karakteristik


berbeda
dengan
pengetahuanpengetahuan lainnya
Pengetahuan agama tidak cukup hanya
dimengerti,
dipahami,
dihayati,
dilaksanakan akan tetapi hendaknya
dirasakan secara nyata
Pengetahuan
agama
hendaknya
dipandang sebagai pengetahuan yang
memiliki pendekatan multidisipliner

Pengetahuan agama akan menimbulkan emosi


keagamaan pada setiap individu dalam
beraktivitas
Sikap keberagamaan akan berimplikasi pada
perkembangan jiwa individu dalam memandang
berbagai fenomena kehidupan beragama
Perilaku keagamaan tampak dalam setiap
aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam
memahami agama secara rasional

Pendekatan Multydisipliner Agama


Ilmu

Paradigma Pemahaman
Agama

Posisi Psikologi Agama


Hindu

Tatwa merupakan pengetahuan agama


yang harus dipahami sebagai bentuk
pengetahuan dengan berbagai dalilnya
Etika merupakan sikap yang harus
dibangun oleh setiap individu melalui
proses tertentu
Upacara berisi tentang perilaku individu
dalam
memahami
tuhan,
dirinya
sendiri, dan lingkungan sekitarnya

Siklus Pengetahuan
Agama

Kecenderungan yang muncul pada


individu
adalah
memahami
pengatahuan agama secara wahyu
Bentuk-bentuk pengetahuan lainnya
belum
diposisikan
sebagai
pengatahuan agama secara nyata

Perkembangan Emosi Keagamaan


Kekuatan

BentukBentuk Emosi Keagamaan


Munculnya
kesadaran
untuk
mendekatkan diri kepada sang
pencipta (Ida Sanghyang Widhi
Wasa)
Adanya
keinginan
untuk
mempelajari/mendiskusikan
ajaran
agama secara rasional dan logis
melakukan kegiatan/mengunjungi
tempat-tempat suci (tirtayatra)

Perilaku Keagamaan
Wacika

Manacika melahirkan bentuk-bentuk


pikiran seperti; berpikir postip, logis,
sistematis, nyata dll
Wacika
melahir
bentuk-bentuk
perkataan seperti; berkata baik,
menyenangkan, bermanfaat, dll
Kayika melahirkan bentuk-bentuk
perbuatan seperti; berbuat baik,
bermanfaat, nyata, dll

Teori Keberagamaan
Sumber jiwa keagamaan yang memandang
bahwa manusia senantiasa ingin mengabdikan
diri kepada tuhan, karena tuhan dianggap
sebagai zat yang memiliki kekuatan tertinggi
Setiap manusia yang lahir telah memiliki
kemampuan dan kemampuan itu perlu
mendapat bimbingan agar bisa tumbuh sesuai
proses perkembangan yang ada

Perkembangan perilaku keagamaan pada


individu meliputi; perkembangan agama pada
anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua
Perkembangan perilaku keagamaan dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

Sumber Jiwa Keagamaan


Teori
monistik
sumber
jiwa
keagamaan
seseorang
adalah
bersumber
pada
pikiran,
rasa
ketergantungan, libido, dan insting
Teori fakulty tingkah laku manusia
tidak
terdiri
dari
satu
faktor
melainkan banyak faktor seperti;
cipta,rasa,karsa

Perkembangan Jiwa Keagamaan


60>

Perkembangan Agama Pada Anak


Perlu ditanamkan model pembiasaan tentang
ajaran agama pada anak sejak dini
Orang tua merupakan figur publik bagi anakanak dalam melakukan aktivitas beragama
Berorientasi pada aktivitas agama secara nyata
dengan cara menunjukkan, menceritrakan, dan
melihatnya

Sifat-Sifat Keagamaan Pada Anak

Tidak mendalam
Egosentris
Abromorpis
Verbals
Imitatif
Rasa heran

Menumbuhkan Perilaku Agama Pada Anak

Perkembangan Agama Pada


Remaja
Perlu ditanamkan sikap penguatan
terhadap
ajaran
agama
yang
dipelajarinya agar menjadi individu
religius
Memberikan pemahaman agama
secara rasional agar dapat diterima
secara logis
Bukakan
ruang
publik
untuk
memahami ajaran agama secara
utuh

Sifat-Sifat Keagamaan Pada Remaja

Perkembangan pikiran dan mental


Perkembangan perasaan
Pertimbangan sosial
Perkembangan moral
Sikap
Ibadah

Pengaruh Pertumbuhan Perilaku


Keagamaan Pada Remaja

Perilaku Keagamaan Orang Dewasa


Agama mulai dipahami secara realitas
berdasarkan sumber, tradisi, dan budaya yang
ada di sekitarnya
Pemahaman agama dilakukan melalui proses
pengkajian agar tidak menimbulkan beban
psikologis masyarakat
Pengembangan perilaku keagamaan dimulai
dari dalam diri, kemudian diperuntukkan pada
masyarakat luas

Perkembangan Perilaku
Keagamaan
Pada Orang Dewasa

Kebutuhan individu
kesadaran diri
Kondisi diri
Aktivitas diri

Kebutuhan sosial
Pujian
Komunikasi
Interaksi

Kebutuhan rohani
Keinginan
Kemauan
kemampuan

Keseimbangan Perilaku
Keagamaan

Intelektual > memiliki pengetahuan


agama yang cukup sebagai dasardasar kehidupan
Emosional > memiliki pengetahuan
yang
seimbang
dalam
tatanan
kehidupan bermasyarakat
Spiritual > pengejawantahan antara
pengetahuan
dengan
tatanan
kehidupan bermasyarakat secara
teratur

Titik Temu Perilaku


Keagamaan

Tingkat Perkembangan Perilaku


Keagamaan
Masa

Siklus Perkembangan Perilaku


Keagamaan
Biksuka

Pengaruh Jiwa Keagamaan

Karakter Jiwa Keagamaan Positif

Optimis
Inklusive
Adaftasi
Pleksibel
Dinamis
Terbuka

Pengembangan Karakter
Positif
Ide

Upaya Menumbuhkan Perilaku


Bersikap Positif

Pengenalan Perilaku

Karakter Jiwa Keagamaan Negatif

Tempramen
Gangguan jiwa
Konflik
Mengasingkan diri

Karakter Negatif
Pembawaan

Pengaruh Perilaku Keagamaan


Terhadap Perilaku Individu

Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956)


Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi;
Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan
kekuatan dan kemampuan motorik;
Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya
pola-pola tingkah laku baru,
Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat,
dan
proporsi.

Tingkah laku baru


Pada
usia
remaja
berkembang
perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan,
yang sebagian
anggotanya terdiri atas lawan jenis;
Menunjukkan sikap simpati pada
lawan
jenis
untuk
senantiasa
diperhatikan
Ingin mendapat pengakuan / status
sosial

Pergeseran Nilai Keagamaan


Keinginan

Keinginan

Pendidikan

Kepentingan

Keadaan

Ekonomi

Refleksi

Kiblat

Paradigma Kehidupan
Beragama
Sikap

Implikasi

Kerukunan

Rujukan

You might also like