You are on page 1of 30

Skizofrenia

Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RS Jiwa
Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2014

Skizofrenia
Oleh :
Imelta Rizky Marza (G1A108017)
Cici Damaiyanti (G1A108057)
Ardilla Rukmana (G1A108012)
Dosen Pembimbing :
dr. Victor Eliezer, Sp.KJ

BAB I Pendahuluan
Skizofrenia terjadi sama pada pria dan
perempuan, meskipun biasanya muncul
lebih awal pada pria. Usia puncak onset
adalah 20-28 tahun untuk laki-laki dan
26-32 tahun untuk perempuan. Onset
pada masa kanak-kanak jauh lebih jarang,
dibanding pada dewasa atau usia tua.

BAB II Tinjauan Pustaka


Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani,
Schizein Terpisah/Pecah
Phren Jiwa
Menurut Eugene Bleuler, skizofrenia
suatu gambaran jiwa yang terpecah belah
adanya keretakan atau disharmoni antara
proses pikir, perasaan, dan perbuatan.

Menurut DSM IV, skizofrenia


sekelompok ciri dari gejala positif dan
negatif; kemampuan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau hubungan antar pribadi
dan menunjukan terus gejala-gejala ini
selama paling tidak 6 bulan.

Sebelumnya

pasien pernah berobat di


puskesmas dan diberi obat salep tapi
pasien tidak mengetahui salep apa yang
digunakan dan belum ada perubahan
sampai saat ini.

Pasien

mengaku mandi 2 kali sehari dan


memakai handuk sendiri. Selalu mengganti
baju setelah mandi dan tidak pernah
menggunakan baju secara bergantian
dengan anggota keluarga lain maupun
orang
lain.
Namun
saat pasien
berkeringat pasien jarang mengganti
bajunya. Baju pasien dicuci bersama
dengan pakaian anggota keluarga yang
lain.

Pasien

tinggal dipemukiman penduduk


yang padat yang beralamat di RT 11,
Kenali asam. Riwayat keluarga yang
mengalami keluhan yang sama dengan
pasien disangkal oleh ayah pasien. Pasien
mengaku tidak ada riwayat alergi
makanan maupun alergi obat.

Pemeriksaan Fisik
KU
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: Afebris
Pernafasan
: 20 x/menit
Berat badan
:35 Kg

Status lokalisata
Mata
: dbn
THT
: dbn
Thorak
: dbn
Abdomen
: dbn
Genitalia
: dbn
Ekstremitas sup/inf : dbn

Pemeriksaan status dermatologis pada regio


parotideus dextra et sinistra, tampak gambaran
makula hipopigmentasi, multipel, lentikular
sampai numular, tidak teratur, diskret dengan
skuama pitiriasiformis, multipel, teratur.

Pada regio suprascapularis tampak gambaran


makula hipopigmentasi, multipel, lentikular
sampai numular, tidak teratur, diskret dengan
skuama pitiriasiformis, multipel, teratur.

Pada regio brachii anterior sinistra tampak


gambaran makula hipopigmentasi, multipel,
lentikular sampai numular, tidak teratur, diskret
dengan skuama pitiriasiformis, multipel,
teratur.

Pada regio infraclavicularis, tampak gambaran


makula hipopigmentasi, multipel, lentikular
sampai numular, tidak teratur, diskret dengan
skuama pitiriasiformis, multipel, teratur.

Pada

pasien ini dilakukan pemeriksaan


penunjang berupa mikroskopik preparat
KOH 10 % dari kerokan kulit lesi
didaerah pipi (+) : tampak kelompok hifa
pendek dikelilingi spora berkelompok.

Diagnosis

banding pada pasien ini adalah


tinea versikolor dan Pityriasis alba,
Pityriasis rosea. Diagnosa pada pasien ini
adalah tinea versikolor.

Penatalaksanaan

: Pengobatan topikal
yang diberikan yaitu salep whitfield
dioleskan setiap hari. Pengobatan
sistemik berupa ketokonazol dosis untuk
anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB dosis
tunggal. Pada pasien diberikan 140
mg/hari (4mg x 35 kgBB) selama 5-10
hari.

Terapi

non
farmakologis
berupa
penjelasan mengenai penyakit dan
penularan penyakit, menjelaskan bahwa
tinea versikolor adalah penyakit menular,
menerangkan bahwa pentingnya menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan
tempat tinggal

Prognosis

bonam.

pada pasien ini adalah dubia ad

BAB III
PEMBAHASAN
Pada

kasus An. R ditegakkan diagnosis


Tinea versikolor, berdasarkan anamnesis,
pem fisik, pem dermatologi dan pem
penunjang.

Gejala

klinis yang sering timbul pada


tinea versikolor berupa timbul bercak
putih atau kecoklatan yang kadangkadang gatal bila, berkeringat. Bisa pula
tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi
penderita mengeluh karena malu oleh
adanya bercak tersebut (berhubungan
dengan kosmetik).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :


1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%
kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian
kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit
dibersihkan, lalu dikerok dengan scalpel steril dan
jatuhannya ditampung.

Diagnosis banding
Pitiriasis

alba : adanya bercak kemerahan


dan skuama halus yang akan menghilang
dan
meninggalkan
area
yang
depigmentasi. Lebih sering ditemukan
pada anak-anak dengan lokasi lesi 5060% pada muka, terutama di sekitar
mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi
umumnya menetap dan tidak melebar,
batas tidak tegas dan tidak gatal.

Pityriasis

rosea : gambaran efloresensi


sejajar dengan garis-garis kulit, terdapat
medalion atau herald patch. Kerokan
kulit : hifa, spora negatif, sinar wood
negatif.

PENATALAKSANAAN
Topikal
Salep

Whitfield Asam benzoat


bekerja sebagai fungistatik, dan asam
salisilat sebagai keratolitik sehingga
menyebabkan deskuamasi keratin yang
mengandung jamur.

Sistemik : Ketokonazol
mempunyai
spektrum yang luas dan efektif terhadap
Malasezzia furfur. Dosis ketokonazol untuk
anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB dosis
tunggal. Pada pasien diberikan 140 mg/hari
(4mg x 35 kgBB) selama 5-10 hari. Lama
pengobatan untuk tinea versikolor selama
5-10 hari, 6-12 bulan untuk mikosis dalam.

Kesimpulan
Telah

dilaporkan sebuah kasus tinea


versikolor pada seorang anak perempuan
berusia 11 tahun. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pasien
dirawat jalan diberi terapi topikal yaitu
salep whitfield dioleskan setiap hari.
Sedangkan
terapi
sistemik
berupa
ketonazol 140 mg/hari (4mg x 35 kgBB)
selama 5-10 hari.

Daftar Pustaka

1. Budimulja U. PitiriasisVersikolor . In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S


editors. IlmuPenyakitKulit Dan Kelamin5th Edition, BalaiPenerbit FKUI
Jakarta; p.100-101

2. Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor ,


In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD
editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medecine 7th Edition. New
York: Mc Grew Hill Medical; p.1828-1830

3. Hay RJ, Ashbee HR. Mycology , In: Burns T, Breathnach S, Cox N,


Griffiths Ceditors. Rooks Textbook of Dermatology. 8th Edition.WilleyBlackwell; p. 36.10-36.12

4. Madariaga MG, Youker SR. Diseases resulting from fungi and yeast
(TineaVersicolor) . In: Andrews Disease of The Skin. 3rd Edition, Elsvier
Saunders; p.313-314

5. Sobera JO, ElewskiBE. Fungal Diseases. In: Callen PJ, Horn DT, Mancini JA,
Salache JS, Stone SM editors. Dermatology 2nd Edition, British Library
Cataloguing; chap. 76
6. Petry V, Weiss L, Mezzari A, Tanhausen F, Milan T, Weber MB. Identification of
Malassezia yeast species isolated from patients with pityriasisversicolor, An
BrasDermatol
2001;86(4):803-6.
http://www.scielo.br/pdf/abd/v86n4/en_v86n4a32.pdf. 22 Mei 2013: p 803-806.
URL: http://www.scielo.br.
7. McNally B, McGraw T. TineaVersikolor, J Spec Oper Med 2010
Winter;10(1):107-10.
http://www.jsomonline.org/Publications/20101107McNally.pdf. 2010: vol 10.URL:
http://www.jsomonline.org.
8. Kristanty, Ade, 2010. Identifikasi Malassezia pada pasien Tinea versicolor.
Diunduh dari: http: www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/abstrakpdf. tanggal 22
Mei 2013
9. Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Pitiriasis Versikolor dalam Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Hal : 103-105

TERIMA KASIH

You might also like