You are on page 1of 17

Asuhan Keperawatan

Retensi Urin
Kelompok 4

Nama-nama Kelompok 4 :
Merlina

J. Awoah
Susanti R. Koraag
Gleidis L. Gijoh
Ayristy M. Tompunu

A. Pengertian
Retensi

urine adalah ketidakmampuan untuk


mengosongkan isi kandung kemih sepenuhnya selama
proses pengeluaran urine. (Brunner and Suddarth.
(2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. Hal 1370 ).
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan
urine di kandung kemih dan tidak mempunyai
kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi
karena kegagalan urine dari fesika urinaria.(Kapita
Selekta Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam
kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun
kronis.(Depkes RI Pusdiknakes, 1995).

B. Etiologi
Supra

vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di


medullaspinalis.
Vesika
kelemahan otot detrusor karena lama teregang, , atoni pada
pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang
besar.
Intravesikal
berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu
kecil dan tumor.
kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi uretra,
trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
Beberapa obat

C. Patofisiologi
Retensio

urine dapat terjadi menurut lokasi, factor


obat dan factor lainnya seperti ansietas,kelainan
patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal
berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi
menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi
koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan
tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter
internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor
karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi
prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur,
batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga
urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen.

Factor obat dapat mempengaruhi proses


BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan
filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan
produksi urine menurun. Factor lain berupa
kecemasan, kelainan patologi urethra,
trauma dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan tensi otot perut, peri anal,
spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi
dengan baik. Dari semua factor di atas
menyebabkan urine mengalir labat kemudian
terjadi poliuria karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi
distensi bladder dan distensi abdomen
sehingga memerlukan tindakan, salah satunya
berupa kateterisasi urethra.

D. Tanda dan Gejala


Diawali

dengan urine mengalir lambat.


Kemudian terjadi poliuria yang makin
lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi
kandung kemih.
Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri
dan merasa ingin BAK.
Pada retensi berat bisa mencapai 2000
-3000 cc.

E. Pemeriksaan Penunjang
Urinalisa

IVP

Kultur
Urine

Sistogra
m

Sitologi
Urin
BUN /
Kreatinin

Penentuan
Kecepatan
Urin

Sistouretrosk
opi

Sistometr
i

F. Penatalaksanaan Medis
Kateterisasi

urethra.
Dilatasi urethra dengan boudy.
Drainase suprapubik.

G. Komplikasi
Urolitiasis

atau nefrolitiasis
Pielonefritis
Hydronefrosis
Pendarahan
Ekstravasasi urine

Asuhan Keperawatan

Retensi Urinari

1. Pengkajian
Identitas

Klien
Riwayat Kesehatan Umum
Riwayat Kesehatan Sekarang
Data fisik Inpeksi, Palpasi/Perkusi,
Auskultasi
Data Psikologis

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan

pola eliminasi (Retensi


Urin) b/d ketidakmampuan
kandung kemih untuk
berkontraksi dengan adekuat.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi
pada kandung kemih.

Intervensi Keperawatan
1.

Gangguan pola eliminasi (Retensi


urin) berhubungan dengan
ketidakmampuan kandung kemih
untuk berkontraksi dengan adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 X 24 jam masalah retensi
urine dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Berkemih dengan jumlah yang cukup
Tidak teraba distensi kandung kemih

Intervensi

:
1. Awasi tanda-tanda vital. Pertahankan pemasukan
dan pengeluaran akurat.
R : kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan
penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik.
2. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila
tiba-tiba dirasakan.
R : meminimalkan retensi urin distensi berlebihan
pada kandung kemih.
3. Obsevasi aliran urine, perhatikan ukuran dan
kekuatan.
R : Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi.
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
R: retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran
perkemihan atas, yang dapat mempengaruhi fungsi
ginjal.

5.

Perkusi/palpasi area suprapubik


R : distensi kandung kemih dapat
dirasakan diarea suprapubik.
6. Berikan rendam duduk sesuai indikasi
R : Meningkatkan relaksasi otot,
penurunan edema, dan dapat
meningkatkan upaya berkemih.
7. Berikan obat sesuai dengan indikasi.
R : Menghilangkan spasme kandung
kemih sehubungan dengan iritasi oleh
kateter

You might also like