You are on page 1of 91

ACS : STEMI INFERIOR RV

Mada Maulana
Yovita Amalia Wijaya
Maria Natalia Putri

PENDAHULUAN

Sindrom

koroner akut (SKA) adalah sebuah


kondisi yang melibatkan ketidaknyamanan dada
atau gejala lain yang disebabkan oleh kurangnya
oksigen ke otot jantung (miokardium).
Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) di
Indonesia semakin meningkat dari tahun ke
tahun.
Kemampuan seorang dokter umum :
Mengenali secara dini gejala Acute coronary
syndrome (ACS) : presentasi klinis ACS sangat
bervariasi.
Memberikan penanganan pertama yang sesuai
dan tepat pada pasien dengan ACS.
Dokter umum juga harus tahu kapan waktu
yang tepat untuk merujuk pasien ACS ke dokter

Mengapa Penting?
Jantung

adalah organ yang sangat vital


Menjamin pasokan kebutuhan seluruh
organ tubuh
Jantung memompa lebih dari 1 juta
gallon pertahun
Berhenti ----- Death
Pertanda awal Kenali !
Terlambat Irreversible

Kegawatdarutan kardiak
Cardiac

arrest

Acute

coronary syndrome

Cardiac

dysrhythmias
Acute pulmonary oedema
Trauma both blunt & penetrating
Cardiogenic shock
Aortic dissection
Valve insufficiency

Slide No.

Prevalensi SKA
Di

Amerika : kejadian Infark miokard Akut


(IMA) lebih 1 Juta/tahun
200,000 300,000 pasien IMA meninggal
sebelum sampai RS
Total : Warga negara Amerika mengalami
IMA setiap 29 detik dan meninggal setiap
menit.
Indonesia Tahun 2008: PJN Harapan Kita 7
pasien SKA , 50-60% IMA
!0% IMA < 40 thn
Topol EJ. CV med 2009
Data PJN HK 2008

Aterosklerosis SKA

Plaque Rupture

Platelet aggregation in
ruptured plaque
Platelets aggregate at the
site of rupture / erosion

Lipid core

Adventitia
Weissberg, 1999

Thrombus formation
Thrombus forms and
extends into the lumen

Thrombus

Lipid core

Adventitia
Weissberg, 1999

Plaque Rupture Toward


Occlusion

Spektrum SKA
Unstable

Angina Pectoris :
(EKG normal, Trop T/I (-))
Acute Non ST-Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI) :
(EKG normal/ST depresi/T inversi dan
Trop T/I (+))
Acute ST-Elevation Myocardial Infarction
(STEMI) :
EKG ST elevasi dan Trop T/I(+)

Diagnosa SKA

Membedakan Nyeri dada: SKA


1.

Cardiac atau non cardiac


2. Cardiac : Ischemic non Ischemic
3. Ischemic : Coronary non Coronary
4. Angina pektoris stabil atau SKA

Nyeri (tidak enak) dada


Sifat

:Berat/ tertindih (pressure, tightness, or


heaviness,
strangling, constricting, or compression),
Panas
(burning) ; Masuk angin, Sesak,maag
Lokasi: Di dada kiri/tengah tidak bisa ditunjuk
Penjalaran : ke bahu/lengan, leher, dagu,

belakang,epigastrium
Lama : 5-30
Pencetus :aktifitas/stres/dingin
Berkurang: Nitrat/Istirahat
Tidak khas: Pingsan/kejang/tidak
sadar/berdebar
ESC guidelines
for SAP 2006
ESC AMI ST elevation guidelines 2008

Angina Pectoris
A

syndrome resulting from myocardial


ischemia
Demand and supply imbalance
Careful history taking; mode of onset,
location, quality of pain, duration,
precipitating factors, pattern of
disappearance, risk factor, etc

Angina Pectoris
A

syndrome resulting from myocardial


ischemia
Demand and supply imbalance
Careful history taking; mode of onset,
location, quality of pain, duration,
precipitating factors, pattern of
disappearance, risk factor, etc

DD Chest pain
Ischemic
Stenosis Aorta
Regurgitasi Aorta
Hypertrophic Cardiomyopathy
Angina pada Hypertensi
Hipertensi pulmonal berat

11th ed Hursts the heart 2005

DD Chest Pain
Non Ischemic
Diseksi Aorta
Pericarditis
Mitral valve prolaps

11th ed Hursts the heart 2005

DD Chest Pain
Gastro intestinal
Esophageal spasm/reflux/rupture
Peptic Ulcer
Neuromusculoskeletal
Costochondritis
Herpes zoster
Chest wall pain dan tenderness etc
11th ed Hursts the heart 2005

DD chest pain
Pulmonary
Pulmonary emboli
Pneumothorax
Penumonia with pleural involvement
Pleurisy
Psychogenic
Axiety/depression/cardiac psychosis
etc
11th ed Hursts the heart 2005

Non Angina Pain


Hanya

terasa pada sebagian kecil


dada kiri/kanan (bisa di tunjuk)
Berkahir berjam jam sampai berhari
hari.
Biasanya tidak berkurang dengan
nitrogliserin
Mungkin dicetuskan oleh debaran.
ESC guidelines for SAP 2006
ESC AMI ST elevation guidelines 2008

Nyeri dada khas SKA


Angina

awitan baru
( nyeri dada timbul pada aktifitas
ringan sehari-hari)
Angina saat istirahat > 20 menit
Perburukan derajat angina dalam
beberapa hari 1 bln terakhir
(Crescendo angina)
Atypical

Pemeriksaan Fisik
Sadar-Koma
TD:

Hypertensi-Normal-Hypoptensi
HR: Regular-irregular/ BradycardiaTachycardia
pulseless
RR: Tachypnea-apnea
Cor: Regular-iregular, murmur, gallop
Pulmo: Normal-Rales- wheezing
Ext: dingin/hangat, edema+/-, etc.

EKG
Secepat

mungkin 10 setelah
pasien tiba
Mengulang apabila meragukan
adanya kenaikan segmen ST (ST
televasi)
Membandingkan denga EKG
sebelumnya
Memasang monitor EKG

EKG : Gambaran aktifitas listrik


jantung

EKG pada SKA


EKG dapat menentukan adanya:
Old/Recent/Acute infarction
Pericarditis
Arrhythmias
Pembesaran jantung

Gambaran EKG pada Iskemik/IMA

UAP/Acute NSTEMI

Acute NSTEMI

Acute STEMI- Evolution

Acute STEMI-Q wave

Occluded artery

Anterior STEMI

ECG demonstrates large anterior infarction

Inferior STEMI
Proximal large RCA occlusion

ST elevation in leads II, III, aVF, V5, and V6


with precordial ST depression

Inferior STEMI
Small inferior distal RCA occlusion

ECG changes in leads II, III, and aVF

Peningkatan Enzym jantung


Troponin
CKMB

T/Troponin I

Chest x-ray
CTR 62%
Aorta elongation
Po normal
Cardiac Waist (+)
Apex ke arah lateral
dan bawah
Congestion (+)

Non Invasif

Invasif

Universal Definition of Myocardial


Infarction
Diagnosa AMI ditegakkan apabila min
memenuhi 2 dari kriteria:
Gejala Ischemic
Perubahan EKG
Kenaikan/penurunan Troponin T/I

Stratifikasi Resiko
High risk

Intermediate risk

Low risk

Angina saat Istirahat

Angina > 20 kurang


dengan istirahat

Angina dengan
aktivitas

ALO

Riwayat CVD

LBBB/RBBB baru

Ada Q, ST depresi

ENZYME (+)

Sedikit meningkat

ENZYM (-)

MR ATAU S3 Baru,
HYPOTENSI,
BRADIKARDI,
TAKIKARDI. VT

Usia > 70 tahun

ST DEPRESI> 0.5

T inversi

EKG TETAP

Prinsip Terapi
Cepat

(time responsif), obati


penyebab buka sumbatan
Terlambat: Fatal
Monitor ketat tanda vital sejak awal
Antisipasi dini tanda tanda
perburukan dan komplikasi

Terapi Awal SKA


Atasi

keadaan kegawat daruratan :


asistol, apneu, syock, lung edema,
gagal jantung dll.
Terapi reperfusi : PCI, Fibrinolitik,
heparin
Antiischemic
Terapi komorbid; hipertensi, DM,
dll

Pentingnya Reperfusi
Sumbatan

total15-30 menit
tanpa kolateral IMA
Reperfusion selamatkan
miorkard
Kematian1 bulan: 25-30% 4-6%
dengan reperfusi (PCI, fibrinolytic,
antithombotic)

ESC AMI ST elevation guidelines 2008

Kerusakan Miokard
Irreversibel
Miokard

tidak mengalami regenerasi


Terlambat/tidak dibuka Miokard
mati Gagal Jantung rawat ulang
biaya besar, kualitas hidup kurang
baik
Obat gagal Jantung hanya mencegah
perburukan, tidak memperbaiki
miokard yang mati/infark
Alternatif terapi : Stem cell

Terapi STEMI
O2
Bed

rest
Pain killer
Nitrate and anti-ischemia
Antiplatelet : Aspirin, Clopidogrel
Fibrinolytic time to neddle : 30 m/PCI
HTN
Hyperglicemia
Treat the complication etc

Fibrinolitik
Manfaat

bila onset < 12 jam, optimal bila


onset < 3 jam
Bila dikirim ke RS dengan PCI > 90 menit,
fibrinolitik
Konsep baru : Fibrinolitik di Ambulan menuju
RS
Perhatikan kontraindikasi fibrinolitik
Awasi ketat komplikasi fibrinolitik seperti
perdarahan, stroke, syok dll
Perhatikan tanda tanda keberhasilan: nyeri
hilang, ST elevasi turun >50%, Junctional
VES(+), bila gagal rescue PCI

Kontra Indikasi Absolut


Any

prior ICH
Known structural cerebral vascular lesion (eg,
AVM)
Known malignant intracranial neoplasm
(primary or metastatic)
Ischemic stroke within 3 months EXCEPT acute
ischemic stroke within 3 hours
Suspected aortic dissection
Active bleeding or bleeding diathesis
(excluding menses)
Significant closed head or facial trauma within
3 months

Kontra Indikasi Relatif

History of chronic severe, poorly controlled hypertension

Severe uncontrolled hypertension on presentation (SBP greater


than 180 mm Hg or DBP greater than 110 mm Hg)

History of prior ischemic stroke greater than 3 months, dementia,


or known intracranial pathology not covered in contraindications

Traumatic or prolonged (greater than 10 minutes) CPR or major


surgery (less than 3 weeks)

Recent (within 2 to 4 weeks) internal bleeding

Noncompressible vascular punctures

For streptokinase/anistreplase: prior exposure (more than 5 days


ago) or prior allergic reaction to these agents

Pregnancy

Active peptic ulcer

Current use of anticoagulants: the higher the INR, the higher the
risk of bleeding

Treatment of STEMI

Percutaneous Coronary Intervention


Primary PCI : Pasien langsung di lakukan tindakan
reperfusi dengan membuka sumbatan di
arteri koroner tanpa dilakukan fibrinilotik
terlebih dahulu
Rescue PCI : Dilakukan PCI setelah gagal dengan terapi
fibrinolitik
Facilitated PCI : Pasien dilakukan fibrinolitik terlebih
dahulu meskipun sudah ada rencana
PCI
Urgent PCI: As soon as possible
Early PCI : Dalam waktu 24 jam pertama
Early/urgent PCI: Resiko tinggi, hemodinamik tidak stabil,
aritmia maligna, angina (+) dgn terapi, EF <40%,Gagal
jantung, Riwayat PCI, CABG dl 6 bl

Komplikasi MI
Mechanical
Electrical
Ischemia
Embolic
Inflammation

Komplikasi Mekanik
Ventricular

Septal Rupture
Mitral Regurgitation
Cardiac free wall rupture
Large ventricular aneurysms
LV pump failure and cardiogenic
shock
Dynamic LVOT obstruction
RV failure

Gagal Jantung (Kriteria Framingham)


Major
Acute pulmonary edema
PND or orthopnea
Crackles
S3 gallop
HJR/Increased JVP
Cardiomegaly
Wt loss >4.5 kg 5d into
Rx

Minor
Night cough
Tachycardia >120
Pleural effusion
Hepatomegaly
Ankle edema
Vital capacity decrease
>1/3 from max

*Two major or one major and two minor*

Komplikasi Elektrik
SA

Dysfunction
Atrial Fibrillation
First-Second degree AV block
Total AV Block
Left Bundle Branch Block
Right Bundle Branch Block
Ventricular Tachycardia
Ventricular Fibrillation

Komplikasi Ischemik
Perluasan

Infark
Angina Post-infark

Komplikasi Emboli
Systemic

embolism ;
stroke, limb ischemia, renal
infarction, intestinal ischemia

Komplikasi Inflamasi
Early

Pericarditis
Late Pericarditis (Dresslers
syndrome)

CABG
Failed

PCI with persistent pain or


hemodynamic instability in patients with
coronary anatomy suitable for surgery.
Persistent or recurrent ischemia refractory to
medical therapy in patients who have
coronary anatomy suitable for surgery, have
a significant area of myocardium at risk, and
are not candidates for PCI or fibrinolytic
therapy.
At the time of surgical repair of
postinfarction ventricular septal rupture
(VSR) or mitral valve insufficiency.

CABG
Cardiogenic

shock in patients less than 75 years


old with ST elevation, LBBB, or posterior MI who
develop shock within 36 hours of STEMI, have
severe multivessel or left main disease, and are
suitable for revascularization that can be
performed within 18 hours of shock

Life-threatening

ventricular arrhythmias in the


presence of greater than or equal to 50% left
mainstenosis and/or triple-vessel disease.

Tips
Obat

anti ischemik atau anti nyeri segera di


berikan
Anti platelet dan heparin dimasukkan secepatnya
setelah diagnosis ACS-NSTEMI ditegakkan, jangan
di tunda
Turunkan kebutuhan/kerja jantung dengan berikan
rasa nyaman dan aman pasien dan bed rest total
Setengah duduk pada pasien dengan gagal
jantung
Pikirkan immediate/urgent PCI pada pasien resiko
tinggi/hemodinamik tidak stabil/nyeri
berkepanjangn/aritmia maligna dll

Edukasi pasien mengenai :


Kepatuhan untuk merubah pola hidup
Faktor resiko di kendalikan, rokok, HT, dll
Kepatuhan minum obat
Mencegah serangan jantung berikutnya
dengan merubah pola hidup, atur pola
makan, olah raga teratur dan terukur

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 52 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Harjokuncaran RT 6/2 Manjin
Selatan Malang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
No.RM : 11260149
Tanggal MRS : 26 Oktober 2015

Anamnesis
Keluhan

utama : nyeri dada


Riwayat penyakit sekarang:

Pasien mengeluh nyeri dada sejak tanggal 24 Oktober 2015 pukul


04.00 WIB. Nyeri timbul setelah pasien melakukan aktivitas. Nyeri dada
sebelah kiri seperti ditimpa benda berat. Nyeri dirasakan menembus ke
punggung belakang. Nyeri dirasakan tidak menjalar ke lengan kiri atau ke
leher. Lama nyeri lebih dari 20 menit. Nyeri bertambah dengan
perubahan posisi dan tarik nafas. Saat sedang istirahat pasien juga
merasakan nyeri dada. Nyeri dada juga disertai dengan keringat dingin.
Nyeri tidak disertai dengan mual, muntah, maupun pusing. Pasien sudah
pernah dibawa ke mantri, keluarga lupa nama obat yang diberikan. Nyeri
dada dirasakan menetap dan memberat 4 jam SMRS sehingga pasien
dibawa ke Rumah Sakit Kanjuruhan.
Di Rumah Sakit Kanjuruhan, pasien didiagnosis ACS. Saat itu, pasien
diukur tekanan darahnya yaitu 137/64 mmHg. Nadi 60x/menit, RR
22x/menit, suhu 360 C, saturasi oksigen 59%, dan GDA 84. Pasien
diberikan ISDN dan loading ASA dan Clopidogrel. Kemudian pasien dirujuk
ke RSSA oleh dokter. Pasien tiba di IGD RSSA pada pukul 12.30 dan
setelah diberikan obat-obatan, pasien mengatakan nyeri dada dirasakan
membaik.

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas


saat beraktivitas berat (Dyspnea on Exertion/DOE). Pasien
juga tidak memiliki riwayat bangun saat tidur malam karena
sesak nafas (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea/PND). Pasien
juga tidak pernah merasakan ngongsrong saat beraktivitas
dan dadanya dirasakan tidak pernah berdebar-debar.
Riwayat Orthopnea (-), sinkop (-), edema tungkai (-).
Riwayat

Penyakit Dahulu:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami nyeri dada
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1
tahun yang lalu. Tekanan darah tertinggi pernah mencapai
160-180/?. Pasien hanya pergi ke Puskesmas ketika merasa
sakit dan diberikan obat penurun tekanan darah, pasien lupa
nama obatnya. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes
melitus. Pasien tidak memiliki riwayat dirawat di rumah sakit
sebelumnya.

Riwayat

Keluarga:
Tidak ada riwayat anggota keluarga yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit jantung dan hipertensi (orang tua
pasien). Riwayat DM pada keluarga tidak ada.
Riwayat Sosial:
Pasien merupakan seorang perokok berat.
Setiap hari merokok sekitar 1 pack. Pasien
mengatakan sudah merokok sejak usia 17
tahun.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

GCS 456 , looked normoweight

BP = 120/80 mmHg

PR = 52x/menit, reguler

RR = 22x/menit

Head

Pale conjunctiva Icterus Sclera -

Neck

JVP R+2 cm H2O (300), pembesaran KGB (-), kelenjar tiroid


tidak teraba

Chest

Abdomen

Extremities

Tax : 36,7 C

Heart:

Ictus invisible, palpable at ICS V MCL S


RHM Sternal line Dekstra
LHM ictus
S1,S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

Lung:

Inspeksi: Statis D=S


Dinamis D=S
Perkusi: Sonor
Sonor
Palpasi: Ekspansi dada D=S
Sonor Sonor
Stem Fremitus D = S
Sonor Sonor
D=S
Rh - Wh - D = S Auskultasi: v v
v sound ( +) normal,
-Flat, soefl, liver span 8 cm, traube space tympani,vbowel
-spleen unpalpable, epigastric tenderness
(-)
v v
--Oedema - --

(IGD RSSA - 26 Oktober 2015 pk


13.30)
EKG

Sinistra

EKG

Dekstra

EKG

Posterior

(IGD RSSA 26 Oktober 2015


pk 16.00 post streptase)
EKG Sinistra

EKG

Dekstra dan Posterior

Hasil Laboratorium
(tgl 26 Oktober 2015)
LAB
Hemoglobin
MCV
MCH
Leukocyte
Eo/Bas/Neu/Limf/Mon
HCT
Trombocyte
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
SGOT
SGPT
RBS
Ureum
Creatinine
Natrium
Kalium
Klorida
Troponin I
CK-NAC
CK-MB

VALUE

NORMAL

12,70
79,30
25,80

11,4-15,1 g/dL
80-93 fl
27-31 pg

14,94
0,6/0,4/75,1/16,8/4,5
39
389
0,52
0,20
0,32
218
43
106
55
1,46
138
5
110
48,02
1911
180

4.700-11.300/L
0-4/0-1/51-67/25-33/2-5
38-42%
142.000-424.000/L
<1,0
<0,25
<0,75
0 40 U/L
0 41 U/L
< 200 mg/dL
16,6-48,5 mg/dL
<1,2 mg/dL
136-145 mmol/L
3,5-5,0 mmol/L
98-106 mmol/L
<1.0 g/dL
39-308 U/L
7-25 U/L

Tgl 28 Oktober 2015


LAB

VALUE

NORMAL

Gula Darah Puasa

74

60-100mg/dL

Kolesterol Total

133

<200mg/dL

Trigliserida

97

<150 mg/dL

Kolesterol HDL

45

>50 mg/dL

Kolesterol LDL

69

<100 mg/dL

Asam Urat

6,4

2,4-5,7 mg/dL

Natrium

137

136-145 mmol/L

Kalium

4,16

3,5-5,0 mmol/L

Klorida

113

98-106 mmol/L

Foto Thorax
Posisi AP, asimetris, Inspirasi
kurang
Soft Tissue
: Normal
Bone : Costae D/S: normal
ICS D/S
: normal
Trakea : di tengah

Hillus : D/S normal


Aorta : kalsifikasi
Cor
: Site: Normal
Size: CTR 50%,
Shape: normal
Hemidiafragma: D/S domeshape
Sinus costophrenicus: D/S:
tajam

Skoring STEMI

TOTAL SCORE :
164

BAB V
PEMBAHASAN

Nyeri

dada sebelah kiri seperti ditimpa


benda berat dan menembus ke punggung
>20 menit disertai keringat dingin, timbul
setelah pasien melakukan aktivitas dan
Pasien
bertambah dengan
perubahan posisi dan
tarikan nafas. Nyeri dada dirasakan
menetap dan memberat sehingga pasien
dibawa ke Rumah Sakit Kanjuruhan dan
didiagnosis ACS dengan TD 137/64 mmHg,
nadi 60x/menit, RR 22x/menit, Tax 360 C,
SaO259%, dan GDA 84. Pasien diberikan
ISDN dan loading ASA dan CPG, kemudian
dirujuk ke RSSA. Pasien tiba di IGD RSSA
pada pukul 12.30 dan setelah diberikan
obat-obatan, pasien mengatakan nyeri
dada dirasakan membaik.

Anamnesis

Riwayat

Penyakit Dahulu: Riwayat


nyeri dada sebelumnya (-), riwayat HT
sejak 1 tahun yang lalu. Tekanan darah
tertinggi pernah mencapai 160-180/.
Pasien hanya pergi ke Puskesmas ketika
merasa sakit dan diberikan obat penurun
tekanan darah, pasien lupa nama
obatnya. Riwayat DM (-), riwayat MRS (-)

Riwayat

Keluarga: orang tua pasien


memiliki riwayat penyakit jantung dan HT

Riwayat

Sosial: perokok berat, 1 pak per


hari sejak usia 17 tahun

Teori
Dalam menegakkan diagnosis STEMI
dapat dilakukan dengan anamnesis:
Nyeri

dada tipikal (angina), yaitu


berupa nyeri dada substernal,
retrosternal, dan prekordial.
Nyeri dada seperti ditekan, ditindih
benda berat, rasa terbakar, rasa
diperas, atau rasa seperti dipelintir.
Nyer dada menjalar ke leher, lengan
kiri, mandibula, gigi, punggung atau
interskapula.
Nyeri dada dapat membaik atau hilang
dengan istirahat atau obat nitrat atau
nyeri dada juga dapat tidak membaik.
Nyeri dada dapat dicetuskan oleh
latihan fisik, stres emosi, udara dingin,
dan sesudah makan.
Nyeri dada dapat juga disertai dengan
gejala mual, muntah, sulit bernafas,
keringat dingin, dan lemas (PERKI,
2015)

EKG
Pasien

Sinus rhythm, heart rate 50


bpm
PR Interval

Teori

Diagnosis STEMI
ditegakkan melalui
gambaran EKG adanya
elevasi ST kurang lebih 2
mm, minimal pada dua
sadapan prekordial yang
berdampingan atau
kurang lebih 1 mm pada
dua sadapan ekstrimitas.

STEMI Inferior: elevasi


segmen ST dan/atau
gelombang Q di II,III, dan
aVF (PERKI, 2015)

: 0,20

QRS Interval : 0,08


QT Interval : 0,40
Frontal axis : normal
Horizontal axis: normal
ST Elevasi di lead II, III, aVF,
V3R, v4R
Kesimpulan: sinus rhythm, HR
50 bpm, infark inferior-RV

Cardiac Marker
Pasien

Teori
Kreatinin

Troponin I : 48,02 U/L

CK-NAC :1911 U/L

CK-MB : 180 U/L

kinase-MB (CK-MB) atau


troponin I/T merupakan marka
nekrosis miosit jantung dan
menjadi marka untuk diagnosis
infark miokard. Troponin I/T
sebagai marka nekrosis jantung
mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas lebih tinggi dari CKMB.
Dalam keadaan nekrosis miokard,
pemeriksaan CK-MB atau troponin
I/T menunjukkan kadar yang
normal dalam 4-6 jam setelah
awitan SKA, pemeriksaan
hendaknya diulang 8-12 jam
setelah awitan angina. Jika awitan
SKA tidak dapat ditentukan
dengan jelas, maka pemeriksaan
hendaknya diulang 6-12 jam
setelah pemeriksaan pertama.
(PERKI, 2015).

BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan
Telah

dilaporkan pasien a.n. Tn. J, usia 73 tahun, dengan


STEMI inferior-posterior Killip I TIMI 5/14 GRACE 164.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis pasien
mengeluhkan nyeri dada tipikal (typical chest pain) dan
didapatkan gambaran EKG ST elevasi di lead inferior (II, III,
aVL) dan posterior (V7, V8, V9) serta didapatkan
peningkatan kadar Troponin I, CK-MB, dan CK-NAC.
Rencana Terapi: bed rest semifowler position, O2 2-4 lpm
via NC, total fluid 1.800 cc/hari equal balance, diet jantung
1.500 kkal/hari, PCI, Inj Enoxaparin 2x0,6 cc (sc) dan
melalui oral ASA 80 mg, Clopidogrel 75mg, Simvastatin 20
mg, Laxadin C1, dan Diazepam 2 mg (K/P).
Prognosis: berisiko tinggi dengan presentase kematian di
rumah sakit >3 % dan presentase kematian 6 bulan pascaMRS > 8%.

You might also like