1. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang terbentuk akibat subduksi Lempeng Hindia di bawah Lempeng Eurasia sejak Miosen awal.
2. Cekungan ini terisi oleh berbagai formasi berumur Miosen yang terbentuk pada lingkungan delta, estuari, dan danau.
3. Secara struktural, Cekungan Sumatera Tengah memiliki dua arah utama yaitu Utara-Selatan dan Baratl
1. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang terbentuk akibat subduksi Lempeng Hindia di bawah Lempeng Eurasia sejak Miosen awal.
2. Cekungan ini terisi oleh berbagai formasi berumur Miosen yang terbentuk pada lingkungan delta, estuari, dan danau.
3. Secara struktural, Cekungan Sumatera Tengah memiliki dua arah utama yaitu Utara-Selatan dan Baratl
1. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang terbentuk akibat subduksi Lempeng Hindia di bawah Lempeng Eurasia sejak Miosen awal.
2. Cekungan ini terisi oleh berbagai formasi berumur Miosen yang terbentuk pada lingkungan delta, estuari, dan danau.
3. Secara struktural, Cekungan Sumatera Tengah memiliki dua arah utama yaitu Utara-Selatan dan Baratl
NAMA KELOMPOK: 1. TAUFIQ HIDAYAT 410013140 2. RIZKY ANANDA 410013136 3. NICO ADITAMA 410013021 4. FRIAN BANAR SUGANDHI 410013030 5. ALFII FRIHASTA 410013119 6. ELEDUARDUS HARI HASTHA OKTAVIYAN 410013134 7. ......................... 8. ......................... 9. ......................... 1. GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA TENGAH Secara fisiografi, Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang berkembang di sepanjang tepi barat dan selatan Paparan Sunda terletak di baratdaya Asia Tenggara. Cekungan ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Samudera Hindia yang menunjam ke bawah Lempeng Benua Eurasia diawal Tersier (Eosen-Oligosen) dan merupakan seri dari struktur setengah graben yang terpisah oleh blok horst. Cekungan ini berarah baratlaut-tenggara. Pada beberapa bagian setengah graben ini diisi oleh sedimen klastik non-marine dan sedimen danau (Eubank dan Makki, 1981; dalam Heidrick dan Aulia, 1993). Cekungan ini terbentuk akibat posisi tumbukan yang menyudut (obligue collision) antara lempeng benua Eurasia dengan lempeng samudera Hindia di Sumatra selama Miosen. Produk lain yang dihasilkan oleh interaksi kedua lempeng ini adalah unit fisiografi sejajar yang berarah barat laut, berupa busur kepulauan di sepanjang muka pantai baratdaya Sumatera, Cekungan Muka Busur Nias, Busur Volkanik Barisan, cekungan belakang busur, dan Zona Sesar Sumatera atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sesar Semangko. Unit fisiografi dengan arah barat laut ini merupakan fenomena pada zaman Kenozoikum Akhir yang menghasilkan Busur Asahan dengan arah timurlaut (NNE), Tinggian Lampung dan Tinggian Tigapuluh yang berarah timur-timurlaut (ENE). Busur dan tinggian ini membagi daratan Sumatera menjadi Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan Cekungan Sumatera Tengah di sebelah baratdaya dibatasi oleh uplift Bukit Barisan, di sebelah barat laut oleh Busur Asahan, di sebelah tenggara dibatasi oleh Tinggian Tigapuluh, dan di sebelah timurlaut oleh Kraton Sunda. 1.1. Stratigrafi Regional
Batuan dasar yang berfungsi sebagai landas Cekungan
Sumatra Tengah dapat dibagi menjadi tiga kelompok batuan, yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan Greywacke Terrane (Eubank dan Makki, 1981 dalam Heidrick dan Aulia, 1993). Secara tidak selaras di atas batuan dasar diendapkan suksesi batuan-batuan sedimen Tertier. Eubank dan Makki, 1981 dalam Heidrick dan Aulia, 1993, membagi stratigrafi Tertier di Cekungan Sumatra Tengah menjadi 5 (lima) unit stratigrafi, dari yang tua ke muda sebagai berikut : 1. Formasi Menggala Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal (N4) yang diendapkan secara tidak selaras di atas kelompok Pematang. Litologinya tersusun atas batupasir haluskasar yang bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa braided river-non marine dengan ketebalan mencapai 1800 kaki. 2. Formasi Bangko Formasi ini berumur Miosen Awal (N5) yang diendapkan selaras di atas Formasi Menggala. Litologinya berupa serpih abu-abu yang bersifat gampingan berseling dengan batupasir halus-sedang. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarin dengan ketebalan mencapai 300 kaki. 3. Formasi Bekasap Formasi ini berumur Miosen Awal (N6) yang diendapkan selaras di atas Formasi Bangko. Litologinya berupa batupasir dengan kandungan glaukonit di bagian atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis dan lapisan batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarine, intertidal, inner-outer neritic dengan ketebalan sekitar 1300 kaki. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah (Yarmanto dan Aulia, 1988) 4. Formasi Duri Formasi ini berumur Miosen Awal (N7N8) yang diendapkan selaras di atas Formasi Bekasap. Litologinya berupa batupasir berukuran halus-sedang berseling dengan serpih dan sedikit batugamping. Lingkungan pengendapannya adalah barrier bar complex dan delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki. 5. Formasi Telisa Pada Formasi Telisa ini terlihat periode penggenangan maksimum di Sumatera Tengah yang terjadi pada Miosen Awal sehingga formasi ini dapat menjadi batuan penutup regional yang sangat baik bagi Kelompok Sihapas. Tebal dari formasi ini lebih dari 9000 kaki. Formasi Telisa berumur Miosen Awal - Miosen Tengah. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah (Yarmanto dan Aulia, 1988) 1.2 Struktur Geologi Regional Cekungan Sumatra Tengah ini mempunyai dua arah struktur utama, yaitu yang lebih tua berarah cenderung ke Utara (NNW SSE) dan yang lebih muda berarah Baratlaut (NW SW). Struktur yang berarah ke Utara berasosiasi dengan orientasi Pre-Tersier yang ditemukan di Semenanjung Malaysia. Ini adalah struktur yang mempengaruhi arah pengendapan batuan berumur Paleogen. Struktur yang berarah Baratlaut, yang berumur lebih muda dari struktur Tersier, mengontrol susunan struktur saat ini. Bentuk struktur yang saat ini ada di Cekungan Sumatra Tengah dan Sumatera Selatan merupakan hasil sekurang kurangnya tiga fase tektonik utama yang terpisah, yaitu orogenesa Mesozoikum Tengah, tektonik Kapur Akhir - Tersier Awal dan Orogenesa PlioPleistosene Heidrick dan Aulia (1993) membagi tatanan tektonik Tersier di Cekungan Sumatra Tengah dalam tiga episode tektonik (Gambar 3), yaitu : 1. F1 (50-26) Ma Episode tektonik F1 berlangsung pada kala Eo-Oligocene (50-26) Ma. Akibat tumbukan lempeng Hindia terhadap Asia Tenggara pada sekitar 45 Ma terbentuk suatu sistem rekahan trans-tensional yang memanjang kearah selatan dari Cina bagian Selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan Selatan (Heidrick dan Aulia, 1993). Rekahan ini kemudian menjadi danau tempat diendapkannya sedimen sedimen dari Kelompok Pematang Pada akhir episode F1 terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan cekungan ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan pembentukan dataran peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosoil yang diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed. 2. F2 (26-13) Ma Episode tektonik F2 (26-13) Ma berlangsung pada Early Miocene Middle Miocene. Pada awal dari episode terbentuk sesar geser kanan yang berarah Utara Selatan. Dalam episode ini Cekungan Sumatra Tengah mengalami transgresi dan sedimen sedimen dari Kelompok Sihapas diendapkan. 3. F3 (13 recent). Episode tektonik F3 (13-recent) terjadi pada Akhir Miosen sampai Resen, disebut juga fasa kompresi. Gejala tektonik F3 bersaman dengan sea floor spreading Laut. Andaman, pengangkatan regional, terbentuknya jalur pengunungan Kerangka struktur geologi fasa F2 vulkanik. Pada fasa ini terbentuk ketidakselarasan regional dan dan F3 yang mempengaruhi struktur diendapkan Formasi Petani dan Minas tidakselaras di atas Kelompok geologi Cekunan Sumatra Tengah Sihapa 1.3 Tektonostratigrafi Cekungan Sumatera Tengah 1.3.1 Fase Pembentukan Batuan Dasar (Tektonik Fase F0) Batuan dasar di Sumatra Tengah terdiri dari empat satuan litologi berumur Palezoik sampai Mesozoik. Satuan litologi tersebut adalah Kelompok Mutus terdiri dari ofiolit, metasedimen dan sedimen-sedimen berumur Trias, Kelompok Malaka terdiri dari kuarsit, filit dan intrusi granodiorit, Kelompok Mergui terdiri dari graywacke yang berumur Kapur, kuarsit dan batulempung kerikilan, dan Kelompok Tapanuli terdiri dari batusabak, metasedimen dan filit yang diendapkan di atas batugamping shelf berumur Devon- Karbon. 1.3.2 Fase Intra-cratonic Rifting dan Rift Infill (Tektonik Fase F1) Tumbukan antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Eurasia menghasilkan gaya transtensional hampir di seluruh Lempeng Benua Sunda, maka terbentuk sistem pemekaran kerak benua yang berupa pembentukan rangkaian struktur graben berumur Eosen-Oligosen dan mempunyai pola kelurusan utara-selatan. Struktur tersebut diisi oleh sedimen-sedimen fluviatil dan lakustrin yang dimasukkan dalam Kelompok Pematang. Berdasarkan ciri litologinya maka Kelompok Pematang dibagi menjadi tiga Formasi, yaitu: Formasi Lower Red Bed Formasi ini terdiri dari batulempung, batulanau, batupasir arkosik, fanglomerat dan sedikit konglomerat yang diendapkan pada lingkungan dataran alluvial dan pada lingkungan fluvial. Batupasir di formasi ini mempunyai kualitas yang buruk sebagai reservoar karena masih sangat dekat dengan sumbernya dan memiliki sortasi buruk. Formasi Brown Shale Sesuai dengan namanya, formasi ini terdiri dari shale yang berwarna coklat dan diendapkan di atas formasi Lower Red. Shale pada formasi ini kaya akan kandungan bahan organik. Shale ini kaya akan kandungan bahan organik maka formasi ini merupakan batuan induk hidrokarbon bagi reservoar yang berada pada Cekungan Sumatra Tengah. Formasi ini juga tersusun oleh endapan-endapan kipas delta dan turbidit. Endapan turbidit yang terbentuk oleh mekanisme aliran butiran telah dijadikan sebagai target eksplorasi yang pada umumnya mempunyai tipe jebakan stratigrafi. 1.3.3 Fase Interior Sag Basin (Tektonik Fase F2) Di atas Kelompok Pematang diendapkan suatu seri sedimen yang diendapkan pada saat aktivitas tektonik mulai berkurang yang terjadi selama Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Kompresi bersifat setempat-setempat yang ditandai dengan pembentukan sesar dan lipatan dan bersamaan dengan penurunan muka air laut global pada 28 jtyl. Periode ini diikuti oleh terjadinya subsidence kembali dan transgresi ke dalam cekungan tersebut. Kelompok Sihapas yang diendapkan secara tidak selaras di atas Kelompok Pematang terdiri dari Formasi Menggala, Bangko, Bekasap, Duri dan Telisa (Heidrick dkk, 1996). 1.3.4 Fase Kompresi (Tektonik Fase F3) Pada bagian atas Kelompok Sihapas ditandai ketidakselarasan regional dan memiliki penyebaran cukup luas hampir di seluruh Cekungan Sumatra Tengah. Ketidakselarasan ini menunjukkan adanya perubahan fase tektonik ekstensi menjadi tektonik kompresi yang dimulai dari Miosen Akhir sampai dengan sekarang. Bagian atas dari Formasi Telisa sulit ditentukan dengan pasti dari seismik karena kompresi dan struktur lainnya yang berhubungan dengan kolisi antara Lempeng Australia dengan Eurasia telah mengganggu batas tersebut. Struktur yang terbentuk tersebut telah mejadi penampungan terakhir dari minyak yang bermigrasi dan saat ini dijumpai sebagai jebakan struktural. Pada fase kompresi ini terbentuk Formasi Petani dan Minas.