DEFINISI Tadharru adalah sebuah istilah yang berarti ketundukan diri yang sangat dan rasa malu yang disebabkan oleh rasa putus asa.
Dalam al-Quran, Allah mengajarkan kita bahwa
tadharru adalah sebuah bentuk pengabdian yang dilakukan oleh seorang mukmin ketika ia berada pada keadaan darurat dan krisis. Tadharru mengharuskan seseorang untuk menghilangkan tabir kesombongan dan rasa ego yang menutupi hatinya. Allah SWT mengatakan, Dan sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu, lalu Kami siksa mereka (sebagai ujian) dengan kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka tunduk (kepada Allah) (QS6:42).
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT
menggunakan musibahsebagai metode rutin untuk menyadarkan orang dan mendorong mereka untuk meminta pertolongan pada-Nya. BAGAIMANA MENCAPAI TADHARRU ?
Ketika ikan paus menelan Nabi Yunus AS
setelah ia dilempar dari perahu, ia berada dalam situasi yang mengerikan. Ia terperangkap dalam sebuah kamar kecil yang gelap dan tidak ada harapan untuk keluar dari situ. Ia berdoa dengan penuh ketundukan dengan mengatakan, Sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang aniaya (QS 21:87). Pada malam sebelum perang Badar, Nabi Muhammad melihat bagaimana pasukan berhala menang secara jumlah dari mereka dan bersenjata lengkap. Menyadari hal ini, Nabi Muhammad mulai memanjatkan doa kepada Allah dengan penuh ketundukan. Beliau memohon pada Allah dan menangis, wahai yang Maha hidup, wahai yang Maha Memberi Rizki, wahai Yang Maha Penolong! Ya Allah, jika Engkau binasakan pasukan ini (Islam) Engkau tak akan disembah lagi dimuka bumi ini. Ya Allah penuhilah janjimu kepadaku. Ya Allah, berikanlah pertolonganmu. Memohon kepada Allah dengan tingkat kerendahan yang paling maksimal seakan-akan kita benar-benar tenggelam di laut dan tidak ada lagi yang dapat menyelamatkan kita kecuali Dia.
Bangun di malam hari untuk mengerjakan shalat
malam, dan bersimpuh di hadapan Tuhan memohon padanya seakan-akan kita tidak pernah melakukan sebelumnya.
Berdoa dengan penuh rasa hina dan senantiasa
memohon pertolongan, perlindungan,dan petunjuk- Nya. TADHARRU KUNCI PERTOLONGAN ALLAH SWT Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An'am : 42-44) ESENSI DOA DIREFLEKSIKAN DENGAN SIKAP TADHARRU
Seorang hamba dalam menyampaikan
kebutuhannya kepada Allah dituntut untuk mengekspresikannya melalui seni dalam memohon yang disebut dengan 'tadharru'. Allah berfirman :
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri
(tadharru) dan suara yang lembut (QS. Al A'raf : 55) HAKIKAT MUSIBAH DAN KESENANGAN SEBAGAI BUKTI KASIH SAYANG DAN KECINTAAN ALLAH SWT TERHADAP HAMBA YANG BERTADHARRU Tadharru dalam ibadah menjadi suatu keharusan karena ia merupakan ruh dari setiap ibadah yang dapat sampai kepada Allah swt. Bahkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya, Dia tunjukkan sesuai dengan kehendak-Nya karena Dia sangat senang terhadap hamba yang merintih, menangis dan menjerit sambil bertadharru kepada-Nya. Rasulullah saw bersabda :
Apabila Allah menyenangi hamba maka dia di uji agar
Allah mendengarkan permohonannya (kerendahan dirinya ketika berdoa --berthadarru). HR AlBaihaqi, 1100 hadis pilihan, hal. 303 SIKAP MANUSIA KUFUR YANG MENENTANG DAN TIDAK MAU BER-TADHARRU' Dalam hal musibah dan bencana di antara manusia ada yang menerimanya dengan penuh kerelaan dan kepasrahan atas kehendak-Nya dengan ber-thadarru' kepada-Nya, namun tidak sedikit pula yang semakin menunjukkan penentangan bahkan kekufuran kepada Nya. Orang seperti ini dikecam dengan adanya peringatan Allah :
bukannya semakin merendah melainkan hatinya malah
menjadi keras membatu dan meninggalkan ibadah kepada- Nya. Jika sudah demikian, maka syetan pun akan menjadikan indah semua yang diperbuatnya dalam rangka menentang Allah swt. Dia tidak sanggup lagi mengenal kebenaran dan kesulitan untuk kembali menemukan kebenaran karena syetan telah menguasainya dan dia telah menjadi budaknya. HAKIKAT KESENANGAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP PARA ANTI TADHARRU Dengan sikapnya yang penuh dengan penentangan dan kekufuran itu, mungkin saja dia tidak lagi mendapatkan problematika dalam kehidupannya, tidak ada lagi musibah, penderitaan dan kesengsaraan. Bahkan dia mendapatkan sebaliknya, senang, bahagia, dan segala keinginan nafsunya terpenuhi tanpa dikurangi.
Namun ternyata itu semua merupakan penangguhan sementara
dari Allah swt yang membiarkan dia terlena dan terbuai dengan kenikmatan semu yang sebenarnya mengantarkan dia menuju ancaman Allah swt yang dahsyat, luar biasa dan sangat mengerikan. Apabila peringatan Allah swt ini diabaikan, maka ia akan dijatuhkan di tengah kesenangan dan kegembiraan hidupnya itu menuju kebinasaan abadi secara tiba-tiba tanpa ada waktu dan kesempatan untuk kembali, bertaubat dan memperbaiki diri. REFERENSI AhzamiSamiun Jazuli,DR.Hijrah dalam pandangan al-Quran hal. 327