You are on page 1of 74

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN : FLU BURUNG
A. Konsep Dasar Medik

1.Definisi
Flu Burung adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90 120


nanometer. Virus tersebut termasuk dalam famili
Orthomyxoviridae. Secara normal, virus tersebut
hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam,
kalkun dan itik. Penularannya kepada manusia melalui
kontak langsung dengan unggas. ( Retno D.
Soejoedono dan Ekowati Handharyani, Flu Burung Seri
Agriwawasan, 2006 hal 6 )
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama mempunyai dua lubang (


kavum nasi ) dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit
Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung ( konka nasalis )
Pada hidung bagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau resptor-
reseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.

Fungsi hidung terdiri dari :


Bekerja sebagai saluran pernafasan
Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung
Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan


pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar tengkorak,
di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher.

Menurut letaknya faring dibagi menjadi tiga bagian :


Bagian sebelah atas disebut nasofaring
Bagian tengah disebut orofaring
Bagian bawah sekali dinamakan laringo faring
Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai


pembentukan suara terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke
dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu
dapat ditutup oleh sebuah katup yang disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara


dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium
berlapis. Pada pita suara sejati ( vokalis ) terdapat dua
buah otot yang apabila bergerak maka pita suara dapat
bergetar dengan demikian pita suara dapat melebar
dan mengecil sehingga disini terbentuklah suara.
Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh


16 20 cincin yang terdiri dari tulang-tuang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda ( huruf C
). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar.

Panjang trakea 9 11 cm dan dibelakang terdiri


dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-
sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernafasan. Yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang


terdapat pada ketinggian vertebrata torakalis ke IV
dan ke V. Mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar


daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-
cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus.
Bronkiolus

Pada bronkiolus tak terdapat cincin lagi dan


pada ujung bronkiolus terdapat gelembung
paru atau alveoli.
Alveoli

Setelah bronchiolus maka terdapatlah ductus alveolaris


yang merupakan saluran-saluran kecilyang akan berakhir
sebagai suatu ruangan yang bulat yang dinamakan
infundibulum, yang dindingnya merupakan tonjolan-
tonjolan yang berbentuk seperti buah anggur yang
dinamakan alveolus. Alveolus itu, disebelah luarnya diliputi
oleh anyaman kapiler pembuluh darah yang merupakan
peralihan antara arteri pulmonalis dan vena pulmonalis.

Oksigen dari udara yang ada di dalam alveolus ini akan


keluar melalui dinding tipis dan masuk ke dalam kapiler,
sedangkan karbon dioksida dan air dari dalam kapiler akan
keluar dan bergabung dengan udara alveolus. Dengan cara
ini terjadilah proses pembersihan darah dari arteri
pulmonalis ke vena pulmonalis.
Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang


sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung ( gelembung hawa= alveoli ).
Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lappisan
inilah terjadi pertukaran udara, oksigen masuk ke
dalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari
darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700 juta buah (paru-paru kiri dan
kanan ).
Paru-paru dibagi dua. Paru-paru kanan terdiri dari tiga
lobus ( belah paru), lobus pulmo dextra superior, lobus
media, lobus inferior. Tiap lobus disusun oleh lobulus.
Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinister lobus superior
dan lobus inferior.

Letak paru pada rongga dada datarannya menghadap


ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Pada
bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus.
Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura ini
terbagi dua, pleura viseral (selaput dada pembungkus)
yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-
paru, dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi
rongga dada sebelah dalam. Antara kedua pleura ini
terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyak
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan
antara paru-paru dan dinding dada dimana
sewaktu bernafas bergerak
Fisiologi Pernafasan
Pernafasan paru-paru ( pernafasan pulmonar ).
Merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
external, oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernafas dimana oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, diambil
oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari
jantung dibawa ke seluruh tubuh.
Di dalam paru-paru karbondioksida
merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli dari kapiler darah
dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai mulut dan hidung.
Empat proses yang berhubungan dengan

pernafasan pulmoner :
1. Ventilasi pulmonar, gerakan pernafasan
yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru, darah
mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paru-
paru.

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian


rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai
untuk semua bagian.

4. Disfusi gas yang menembus membran alveoli


dan kapilerkarbon dioksida lebih mudah berdifusi
daripada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida,
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan
merangsang pusat pernafasan terdapat dalam
otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida lebih banyak.
Pernafasan jaringan, atau pernafasan interna.

Darah merah ( hemoglobin ) yang banyak


mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke
dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah
mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-
paru dan di paru-paru terjadi pernafasan internal.
3. Klasifikasi
Departemen Kesehatan RI membagi

diagnosis flu burung pada manusia menjadi


kasus suspek, probable dan kasus
konfirmasi.
Kasus suspek flu burung adalah seseorang
dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
dengan gejala demam (suhu > 38C), batuk dan
atau sakit tenggorokan dengan salah satu
keadaan :
Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang

terjangkit KLB flu burung


Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung

dalam masa penularan


Bekerja di laboratorium yang memproses

spesimen manusia atau hewan yang dicurigai


menderita flu burung.
Kasus probable adalah kasus suspek disertai
salah satu keadaan :

Bukti laboratorium terbatas mengarah ke virus


influenza A H5N1, misalnya tes menggunakan
antigen H5N1.
Dalam waktu singkat, berlanjut menjadi

pneumonia / gagal pernafasan / meninggal.


Terbukti tidak ada penyebab lain.
Kasus yang sudah pasti atau kasus konfirmasi,
yang definisinya adalah kasus yang :

Hasil kultur virus influenza H5N1 (+)


Hasil PCR influenza H5 (+)
Terjadi peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4

kali.
Etiologi

Unggas yang terserang virus influenza tipe A


dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar
dalam kotorannya ( feses ). Udara yang kotor
bercampur dengan feses kering atau sekreta
unggas yang terjangkit flu burung akan terhirup
oleh manusia yang hidup di lokasi peternakan,
seperti pekerja kandang dan peternak serta
kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi.
Patofisiologi

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia


bersinggungan langsung dengan ayam atau
unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu
burung hidup di saluran pencernaan unggas.
Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan
virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering
dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk
inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang
lainnya.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas.
Penularan pada manusia karena kontak
langsung, misalnya karena menyentuh unggas
secara langsung, juga dapat terjadi melalui
kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk
melalui pakan ternak ).

Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian,


termasuk sepatu para peternak yang langsung
menangani kasus unggas yang sakit dan pada
saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai
mekanisme lain.
Dalam hal penularan dari unggas ke manusia,
perlu ditegaskan bahwa penularan pada
dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih
hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak,
digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu
burung ke orang yang memakannya. Virus flu
burung akan mati dengan pemanasan 80C
selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah
membangkitkan hampir keseluruhan respon
"bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia.
Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak
pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang
memicu peningkatan respons imunitas dan
berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang
membanjiri aliran darah karena virus yang
bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh
(efek bunuh diri).
Tanda dan Gejala
- Demam ( kenaikan suhu sampai 39 )
- Sesak nafas
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Hidung mengeluarkan lendir bening
- Radang saluran pernapasan atas
- Sakit kepala
- Muntah dan tidak nafsu makan
- Mencret
- Dapat diikuti dengan penurunan daya tubuh
- Nyeri otot dan sendi
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Serologi dilakukan untuk melacak

antibody dalam darah terhadap virus


Pemeriksaan PCR ( polymerase chain reaction )

dilakukan untuk mendeteksi DNA virus pada sel


Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, LED,

Diff count).
Kimia Darah (SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin).
AGD.
Pemeriksaan mikrobiologi bakteri gram.
Deteksi Antigen.
Pemeriksaan Radiologi.
Petugas radiologi telah mempersiapkan diri dengan
stndar Universal Precaution sebelum melaksanakan
tugasnya.
Pemeriksaan akan dilaksanakan selama 24 jam
dengan menggunakan dua pesawat radiologi, satu
pada ruang instalasi radiologi dan satu lagi adalah
pesawat radiologi yang bergerak dan berada didalam
ruangan perawatan (untuk kasus rawat inap).
Pemeriksaan foto thoraks dengan gambaran infiltrat
yang tersebar di paru adalah menunjukkan bahwa
kasus ini adalah pneumonia.
Persiapan Petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan

memakai :
Laboratorium jas (lengan panjang).
Sarung tangan (karet).
Kaca mata plastik (goggle).
Masker (N 95 untuk petugas dan penderita).
Tutup kepala (plastik).
Penutup sepatu (cover shoe)
8. Penatalaksanaan Medik
Pasien dirawat di ruangan isolasi

- Kewaspadaan penularan melalui udara


- Selama penularan yaitu 7 hari pertama setelah
timbul gejala
Diruang rawat biasa

-Setelah hasil usap tenggorok (-) berulang kali


Dengan PCR

Setelah tak demam 7 hari


Pertimbangan lain dari dokter
Pengobatan
Dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang

ada; jika batuk dapat diberi obat batuk dan jika


sesak dapat diberi oksigen atau bronkodilator.
Pasien juga harus mendapat terapi suportif,
makanan yang baik dan bergizi, jika perlu
diinfus dan istirahat cukup. Secara umum daya
tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan.
Selain itu dapat pula diberikan obat anti virus.
Ada 2 jenis yang tersedia : kelompok inhibitors
yaitu amantadine dan rimantadine serta
kelompok dari neuraminidase inhibitors yaitu
oseltamivir dan zanimivir. Amantadine dan
rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48
jam pertama selama 3 5 hari, dengan dosis 5
mg/kg bb./ hari, dibagi 2 dosis. Jika berat badan
lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Sedangkan oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali
sehari selama 1 minggu. Dosis harus diturunkan
pada orang lanjut usia dan mereka yang
mengalami penurunan fungsi hati atau ginjal.
Pencegahan pada unggas

Depopulasi yaitu pemusnahan unggas atau


burung yang terinfeksi flu burung.
Vaksinasi unggas yang sehat.
Tindakan karantina atau isolasi harus

diberlakukan terhadap peternakan yang tertular.


Pencegahan pada manusia
Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan

pedagang )
Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis
bekerja.
Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu
burung.
Menggunakan alat pelindung diri ( Masker N95 minimal masker
bedah, kaca mata google, gaun pelindung/ apron, sarung
tangan tebal, sepatu bot karet )
Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja.
Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja
harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam atau dibakar ) agar
tidak menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya.
Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi
peternakan.
Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus
dicuci dengan desinfektan.
Bersihkan kandang dan alat transportasi yang
membawa unggas.
Lalu lintas orang keluar masuk kandang dibatasi.
Imunisasi unggas yang sehat
Survelen serologi pada pekerja
Vaksinasi flu manusia agar tidak terjadi 2 infeksi
gabungan.
Sosialisasi flu burung dilakukan dengan penyuluhan
ke peternakan
Masyarakat Umum
Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan
bergizi, mengkonsumsi vitamin dan suplemen,
olahraga teratur dan istirahat cukup.
Tidak mengimpor daging ayam dari tempat yang
diduga terkena wabah avian flu
Mengolah produk unggas dengan cara yang benar,
yaitu :
Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-
gejala penyakit di tubuhnya).
Memasak daging ayam sampai dengan suhu

80C selama 1 menit dan telur sampai dengan


suhu 64C selama 5 menit.
Karena telur juga dapat tertular maka perlu

penanganan yang tepat terutama telur yang


masih mentah yaitu dengan mencucinya
sebelum dimasak.

Pengamatan kesehatan pasif bagi yg berisiko tinggi /
terpapar dan keluarga jika ada gejala gangguan
pernapasan, flu dan infeksi mata harus ke fasilitas
kesehatan
Golongan rentan ( anak-anak, lanjut usia, penderita
jantung, paru kronik ) agar menghindari tempat
terjangkit.

9. Komplikasi
Pneumonia
B. Konsep Dasar Keperawatan

Pengkajian
Lingkungan yang berpengaruh seperti daerah
peternakan unggas dan sekitarnya serta daerah
tempat penjualan unggas.
Kebiasaan memasak hasil produk unggas

( daging dan telur ) tidak sampai benar-benar


matang
Diagnosa Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus


influenza tipe A

Kerusakan petukaran gas berhubungkan dengan


gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh
sekresi).

Ketidakefektifan bersihan jalan napas, berhubungan


dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
tebal, sekresi kental akibat influenza.

Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan berhubungan dengan
kurangnya informasi

Rencana Keperawatan
1.Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi virus influenza tipe A.

Tujuan: Hipertermi teratasi setelah dilakukan


tindakan keperawatan.

Sasaran : - TTV dalam batas normal


( Suhu = 36 - 37 C, Nadi = 60 100 x/menit,

Respirasi = 12 20 x/menit )
Intervensi :

- Beri kompres hangat pada dahi.


Rasional : Membantu menurunkan panas dengan cara evaporasi.

Observasi TTV tiap 4 jam.


Rasional : Mengetahui peningkatan suhu tubuh. Penurunan
tekanan darah dan nadi menunjukkan hipovolemik.
Peningkatan pernafasan menunjukkan terjadinya hipoksia
jaringan.

-Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih ( 1,6 2 liter /


24 jam ).
Rasional : Peningkatan suhu tubuh menyebabkan penguapan
cairan tubuh sehingga perlu diimbangi dengan banyak asupan
cairan.
- Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat.
Rasional : Mengurangi penguapan tubuh.

- Berikan lingkungan yang tenang, sirkulasi yang


memadai dan temperatur lingkungan yang sesuai
dengan suhu tubuh pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan
pasien dan mempertahankan suhu tubuh.
Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian
therapy antipiretik.
Rasional : Antipiretik untuk menurunkan panas.
Antibiotik untuk mengatasi infeksi dan cairan
intravena untuk meningkatkan asupan cairan
yang hilang.

Jelaskan penyebab peningkatan suhu tubuh.


Rasional : Mengurangi ansietas, agar keluarga /
pasien lebih kooperatif.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan gangguan suplai oksigen ( obstruksi
jalan nafas oleh sekresi ).

Tujuan : Suplai oksigen memadai.

Sasaran : Sesak nafas berkurang.


Intervensi :
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat

penggunaan otot aksesori, napas bibir,


ketidakmampuan bicara/berbincang.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres


pernapasan dan atau kronisnya proses
penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien
untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau
napas bibir sesuai kebutuhan / toleransi
individu.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat


diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan napas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja
napas.
Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran
mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer ( terlihat
pada kuku ) atau sentral ( terlihat sekitar bibir
atau daun telinga ). Keabu-abuan dan dianosis
sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila


diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah
sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan
napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga
ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

Awasi tingkat kesadaran / status mental. Selidiki


adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
umum pada hipoksia
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan
tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong
untuk tidur atau istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap
dan tingkatkan sesuai toleransi individu.

Rasional : Selama distres pernapasan berat / akut


pasien secara total tak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan
dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan
masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan
ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan
dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa
sehat.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
akibat influenza.

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif


Sasaran : Tidak terjadi peningkatan sekret
Intervensi :

Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas,


misal mengi, krekels, ronki.

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus


terjadi dengan obstruksi jalan napas dan
dapat / tak dimanifestasikan adanya bunyi
napas adventisius, misal penyebaran, krekels
basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan
ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya
bunyi napas (asma berat).
Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa
derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stres adanya proses infeksi akut. Pernapasan
dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.

Catat adanya derajat dispnea, mis., keluhan lapar


udara, gelisah, ansietas, distres pernapasan,
penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah
variabel yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi
alergi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya.,
peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.

Rasional : Peninggian kepala tempat tidur


mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi. Namun, pasien
dengan distres berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan
tangan atau kaki dengan meja, bantal, dan
lain-lain membantu menurunkan kelemahan
otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu,
asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan
kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan
yang dapat mentriger episode akut.

Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.


Rasional : Memberikan pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
4.Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake cairan yang tidak
adekuat.

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.


Sasaran :
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit
elastis, mukosa mulut lembab, TTV dalam batas
normal, mata tidak cekung )
- Elektrolit dalam batas normal
- Intake dan output seimbang
Intervensi :

Observasi TTV tiap 4 jam


Rasional : Takikardi dan hipotensi menunjukkan
tanda-tanda hipovolemia.

Kaji daerah kulit, membran mukosa, turgor kulit,


mata dan rasa haus
Rasional : Turgor kulit yang tidak elastis, membran
mukosa yang kering, peningkatan rasa haus,
mata cekung menunjukkan tanda-tanda
dehidrasi.
Monitor intake dan output.
Rasional : Pencatatan intake dan output yang
akurat dapat menghindarkan ketidakseimbangan
cairan dan mencegah shock hipovolemik.

Monitor perubahan kadar elektrolit tubuh dan


laporkan bila terjadi ketidaknormalan.
Rasional : Menentukan intervensi lebih lanjut.
Anjurkan pasien banyak minum air putih.
Rasional : Diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh.

Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian


cairan intravena.
Rasional : Membantu menambah volume cairan
tubuh.
5. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yg tidak
adekuat.
Tujuan : Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh tidak terjadi setelah dilakukan


tindakan keperawatan.
Sasaran :
- Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai
porsi yang disediakan
- Tidak ada keluhan mual, muntah dan tidak nafsu
makan
Intervensi :

Kaji keluhan mual, muntah, tidak nafsu makan.


Rasional : Membantu dalam menentukan
intervensi yang tepat.

Jelaskan manfaat bagi pasien terutama saat


sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien
sebagai motivasi untuk makan meningkat.
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti
bubur dan hidangkan dalam keadaan hangat.
Rasional : Mengurangi beban kerja lambung dan
meningkatkan nafsu makan bila dalam keadaan
hangat.

Libatkan keluarga dalam pemberian makanan


porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan porsi kecil tapi sering
menghindari mual dan muntah.
Berikan umpan balik yang positif bila pasien
mampu menghabiskan makanan yang
disediakan.
Rasional : Memotivasi dan meningkatan semangat
pasien.

Catat jumlah atau porsi makanan yang


dihabiskan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Timbang berat badan tiap hari dengan
timbangan yang sama.
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
dan efektifitas intervensi.

Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian


nutrisi parental dan atau therapy antimetrik.
Rasional : Nutrisi parenteral sangat bermanfaat
terutama jika intake peroral sangat kurang dan
therapy diberikan untuk mengurangi mual dan
muntah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan.

Tujuan : Dapat melakukan semua aktivitas .

Sasaran : Melaporkan atau menunjukkan


peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan tak adanya kelemahan
berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :

Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat


laporan peningkatan kelemahan atau kelelahan dan
perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional : Menetapkan kemampuan / kebutuhan
pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana


pengobatan dan pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat..
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase
akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik
menghemat energi untuk penyembuhan.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Keluarga pasien memahami tentang kondisi dan


aturan pengobatan aktivitas atau perawatan diri dan
pencegahan flu burung.

Sasaran :
- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi, aturan
pengobatan aktivitas / perawatan diri dan pencegahan flu
burung.
- Pasien dan keluarga akan memulai perubahan tingkah laku /
gaya hidup sesuai indikasi.
- Pasien dan keluarga akan menaati aturan pengobatan.
Intervensi :
Jelaskan kembali mengenai patofisologi atau

prognosis penyakit dan perlunya pengobatan atau


penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai
indikasi.
Rasional : Memberi klarifikasi kesalahan persepsi dan
keadaan penyakit yang ada sebagai sesuatu yang
dapat ditangani dalam cara hidup yang normal.
Jelaskan tentang manfaat obat-obatan yang didapat

Rasional : Meningkatkan pemahaman keluarga


tentang obat yang didapat sehingga keluarga lebih
kooperatif.
Berikan informasi atau penyuluhan kepada
keluarga pasien tentang pencegahan
terserang flu burung.

Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien


dan keluarga pasien tentang pencegahan
flu burung.
SELESAI...

MOHON MAAF APABILA ADA


KEKURANGAN

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

You might also like