Professional Documents
Culture Documents
D SYNDROM pada
KEHAMILAN
Pembimbing :
dr. Tendi Novara Sp.An
Disusun oleh :
Dhea Danni Agisty G4A015002
Desvia Ira Restiana G4A015003
Anisa Kapti Hanawi G4A015004
Infeksi
Etiolog Keganasan
i
Kriteria Klinis
1. Trombosis vascular Kriteria Laboratorium
konfirmasi dengan dengan
angiografi, venografi, USG Doppler, Pemeriksaan 2x ataulebih, selang
atau histopatologi (tanpa 12 minggu
gambaranperadangan) 1. Kadar IgG dan/atau IgM antibodi
2. Kehamilan morbiditas antikardiolipin dalam serum atau
plasma(> 40 GLP atau MPL)
kematian janin normal tidak di
ketahui penyebabnya pada UK 10 2. Antikoagulan lupus dalam
minggu (USG/ px. Janin) plasma
Kelahiran prematur pada UK < 34 3. Antibodi IgG dan/IgM anti 2-
minggu e.c eklamsi/ PEB / insufisiensi glikoprotein-I dalam serum atau
plasenta plasma
tiga/lebih abortus spontan tanpa
diketahui penyebabnya pad UK 10
minggu
3. Trombositopenia Penegakan diagnosis :
Platelet count <100x109/L 1 Kriteria Klinis + 1 kriteria
Laboratorium
Gambar 2GPI
Patogenesis
1. aPL mengaktivasi sel endhotel
2. aPL mengaktivasi monosit
3. aPL mengaktivasi platelet
PROCOAGULANT STATE
Tatalaksana
Anestesi Lokal
Infiltrasi langsung di sekitar luka
Blok nervus pudendus
Anestesi Regional
Analgesi/blokepidural (lumbal) : sering
digunakan untuk persalinan per vaginam.
Anestesi epidural atau spinal : sering
digunakan untuk persalinan per
abdominam/SC.
Anestesi epidural
posisi pasien lateral
dekubitus atau duduk
membungkuk, dilakukan
punksi antara vertebra
L2-L5 (umumnya L3-L4)
dengan jarum/trokard.
Ruang epidural dicapai
dengan perasaan
hilangnya tahanan/
Loss of resistance pada
saat jarum menembus
ligamentum flavum
Anestesi Spinal
Posisi lateral dekubitus atau
duduk,
dilakukan punksi antara L3-L4
(di daerah cauda equina
medulla spinalis), dengan
jarum / trokard.
Setelah menembus
ligamentum flavum (hilang
tahanan), tusukan diteruskan
sampai menembus selaput
duramater, mencapai
ruangan subaraknoid.
Identifikasi dengan keluarnya
cairan cerebrospinal, jika
stylet ditarik perlahan-lahan.
Anestesi Umum
Indikasi :
Gawat janin.
Ada kontraindikasi atau keberatan terhadap
anestesia regional.
Diperlukan keadaan relaksasi uterus.
ANESTESI UMUM
Teknik : preoksigenasi, 3x nafas dalam dg O2
100%, injeksi thiopental 4mg/kg atau ketamin
1mg/kg iv dan suksinilkolin 1,5mg/kg iv disertai
penekanan krikoid. Setelah 40-60 detik, dilakukan
intubasi trakea dengan cuff.
Diberikan ventilasi dengan O2 , N2 O dan agen
inhalasi 0.4-4.8% MAC. Pelumpuh otot dapat
diberikan bila perlu. Setelah bayi lahir, anestesi
dapat diperdalam N2O atau narkotik. Agen
inhalasi dapat dihentikan. Akhir operasi dilakukan
ekstubasi sadar.
Obat-obat anestesi dalam kehamilan
(Hale, 2004) :
Obat Anestesi
AAP Kategori Risiko
Nama Obat Risiko Menyusui**
approved?* Kehamilan**
Anestesi Lokal
Articaine (Septocaine) NR - NR
Bupivacaine (Marcaine) NR C L2
Lidocaine (Xylocaine) Approved C L2
Mepivacaine (Carbocaine,
NR C L3
Polocaine)
Procaine HCL (Novocaine) NR C L3
Anestesi Umum
Isoflurane (Forane) NR - NR
Ketamine NR - NR
Methohexital (Brevital) Approved B L3
Nitrous oxide NR - L3
Sevoflurane (Ultane) NR B L3
Thiopental (Pentothal) Approved C L3
Obat lain yang sering digunakan selama anestesi
Sedatives
Diazepam (Valium) Concern D L3; L4 for chronic
use
Midazolam (Versed) Concern D L3
Propofol (Diprivan) NR B L2
Triazolam (Halcion) NR X L3
Narcotic Analgesics
Alfentanil (Alfenta) NR C L2
Fentanyl (Sublimaze) Approved B L2
Hydromorphone
NR C L3
(Dilaudid)
Morphine Approved B L3
Reversal Medication
Flumazenil
NR C NR
(Romazicon)
Naloxone (Narcan) NR C NR
Steroids
Decadron
NR C NR
(Dexamethasone)
Stimulants
Epinephrine
NR C L1
(Adrenaline)
Anti-nausea
Promethazine
NR C L2
(Phenergan)
Manajemen anestetik APS:
Pasien trombositopeniteknik anestesi regional tidak
dianjurkan.
Pasien dapat antikoagulan, penggunaan teknik anestesi
regional diperbolehkan apabila fx koagulasi N.
Jika fx koagulasi di bawah normal, dilakukan anestesi umum
dengan kombinasi fentanyl dan ketamine pada Patient-
Controlled Analgesic (PCA).
Diberikan tromboprofi laksis standar dengan unfractioned
heparin kurang lebih 4 jam setelah dosis heparin sebelum
melakukan anestesi spinal/epidural.
Bila ada waktu, lakukan anestesi epidural. Bila mendadak,
lakukan anestesi spinal.
KESIMPULA
N
1. Antiphospholipid syndrome (APS) merupakan penyakit
autoimun multisistemik yang secara klinis ditandai dengan
thrombosis dan morbiditas kehamilan dan secara serologis
ditemukan antibodi antifosfolipid (aPL).
2. aPL terdiri dari antikardiolipin (aCL), antibodi anti 2
glycoprotein I (Anti 2 GPI), dan lupus antikoagulan (LA).
3. Diagnosis APS ditegakan bila setidaknya 1 kriteria klinis dan
1 kriteria laboratorium.
4. Patogenesis APS didasarkan pada aksi autoantibodi pada
pasien APS terhadap berbagai target antigen. Antigen yang
paling berperan adalah 2 GPI.
5. Tatalaksana pasien hamil dengan APS adalah aspirin dan
heparin dengan dosis disesuaikan dengan tingkat
penyakitnya
6. Anestesi pada persalinan caesar wanita hamil dengan APS
dapat dilakukan dengan spinal atau epidural serta
diperlukan penghentian pemberian heparin selama proses
anestesi kemudia pemberiannya dilanjutkan kembali setelah
persalinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Leksana, Ery. Managemen Anestetik Sindrom Antifosfolipid dengan Komplikasi
Sindrom HELLP. CKD-206/Vol.40 no.7, th 2013
Puerta, Jose A Gomez; Ricard Cervera. Diagnosis and Classification of the
Antiphospolipid Syndrome. Journal of Autoimmunity 48-49 (2014) 20-25
Sherer, Yanif; Yehuda Shoenfeld. 2004. The Antiphospolipid Syndrome. USA : Bio-
Red Laboratories
Terimakasih