You are on page 1of 41

OBAT GOLONGAN

KORTIKOSTEROID
dr. Francisca Diana A, M.Sc
Kortikosteroid
Glukokortikoid, mineralokortikoid dan hormon-
hormon kelamin merupakan hormon steroid
yang dihasilkan oleh bagian kulit (cortex)
kelenjar anak ginjal/kelenjar adrenal.
Glukortikoid (kortisol) berfungsi terhadap
metabolisme karbohidrat, pertukaran
protein, pembagian lemak dan reaksi
peradangan.
ACTH actions on the adrenal cortex

CYP11
B2

CYP17
CYP11B1

CYP17
KORTISOL
Sekresi kortisol memperlihatkan ritme
circadian (ritme siang malam) naik di waktu
pagi dan sepanjang hari menurun lagi.
Produksi kortisol total sehari kurang lebih 20-
30 mg pada kondisi strees produksi
meningkat sampai 100-200 mg
Mineralokortikoid
aldosteron (prekusornya adalah
kortikosteron dan desoksikorton),
hormon ini terutama mempengaruhi
metabolisme garam dan air
produksi hormon ini juga dipengaruhi oleh
penggunaan garam.
Mineralokortikoid
Aldosteron dan prekusornya juga
mempunyai efek seperti glukokortikoid
(sekitar 30% dibanding kortisol),
Demikian juga kortisol memiliki efek
mineralokotikoid tetapi relatif kecil.
Sistesis steroid dari kolesterol di anak
ginjal
kolesterol

pregnenolon

progesteron prasteron

17OH-progesteron kortikosteron Testoteron + Estradiol +


androgen estrogen lainya
aldosteron lainya
kortisol
Struktur dasar steroid
COCH2OH
12 17
R
11 16
13
C D
1
9
10 14 15
2 8
A B
3 5 7
4 6 O

kortikosteron
Cincin A
lkatan rangkap C4,5 dan gugus keton pd
atom C3 diperlukan utk aktivitas
adrenokortikosteroid yg spesitik.
Adanya ikata rangkap pd C1-2 (misalnya pd
prednisolon atau prednison) memperbesar
rasio potensi regulasi karbohidrat thd
potensi retensi Na+ karena secara selektif
memperbesar potensi yg pertama.
Prednisolon dimetabolisme lebih lambat dr
kortisol.
Cincin B
metilasi 6-a pd kortisol memperbesar efek
anti-inflamasi, pengeluaran nitrogen
(nitrogen wasting) dan retensi Na.
Sebaliknya 6-a-metilprednisolon,
mempunyai potensi anti-inflamasi sedikit
lebih besar dan potensi regulasi
elektrolitnya lebih kecil drpd prednisolon.
Fluorinasi pd atom C9, misalnya 9-a-
fluorokortisol, menambah semua aktivitas
biologik kortikosteroid.
CINCIN C
Adanya atom O pd C11 diperlukan utk efek
anti-inflamasi dan regulasi karbohidrat, dan
ini terlihat bila kortisol dibandingkan dg 11-
desoksikortisol.
Namunn utk potensi retensi Na+ hal ini tdk
diperlukan, misalnya terlihat pd
desoksikortikosteron. Oksidasi 11-b-hidroksi
menjadi 11-keto menyebabkan
pengurangan aktivitas yg nyata, misalnya
bila kortisol dibandingkan dg kortison.
CINCIN D
Metilasi atau hidroksilasi pd atom C16 menyebabkan
penurunan retensi Na+ yg nyata, tetapi hanya sedikit
mempengaruhi efek metabolisme dan anti-inflamasi.
Substitusi seperti ini terdapat pd kortikosteroid yg
efeknya kuat, misalnya parametason, triamsinolon,
betametason dan deksametason. Semua steroid yg
banyak digunakan sbg obat anti-inflamasi memiliki
substitusi hidroksi pd C17.
Semua kortikosteroid alam dan analog sintetik yg aktif
memiliki gugus hidroksi pd atom C21, yg diperlukan utk
efek retensi Na. 21-desoksikortisol tdk mempunyai
aktivitas biologik yg berarti.
SEDIAAN DAN POSOLOGI
Sediaan kortikosteroid dapat diberikan oral,
parenteral (iv, im, intrasinovial dan intralesi) dan
topikal pd kulit atau mata (dlm bentuk salep,
krem, losio) atau aerosol melalui jalan napas.
Pada semua cara pemberian topikal
kortikosteroid dapat diabsorpsi dlm jumlah yg
cukup utk menimbulkan efek sistemik dan
menyebabkan penekanan adrenokortikosteroid.
BEBERAPA SEDIAAN KORTIKOSTEROID & ANALOG
SINTETIKNYA
Efek farmakologi kortisol
1. Efek glukokortikoid :
A. Efek anti radang (anti-inflamasi), misalnya
akaibat trauma, alergi, infeksi, juga berkhasiat
merintangi terbentuknya cairan peradangan dan
udem setempat, misalnya selama radiasi sinar-x
di daerah kepala
B. Daya imunosupresif & antialergi, reaksi imun
dihambat, migrasi dan aktivitas limfosit T/B dan
makrofag dikurangi.
Efek glukokortikoid
C. Peningkatan glukoneogenesis, pembentukan
glukosa distimulasi, penggunaan di jaringan
perifer dikurangi penyimpanan sebagai glikogen
ditingkatkan
D. Efek katabol, yaitu merintangi pembentukan
protein dari asam amino, sedangkan
pengubahannya menjadi glukosa dipercepat.
akibat efek katabol adalah terhambatnya
pertumbuhan anak-anak, penyembuhan tukak
lambung dipersulit, tejadi osteoporosis
E. Pengubahan pembagian lemak, yang terkenal
adalah penumpukan lemak diatas tulang
selangka dan muka (sehingga menjadi bundar
moon face), juga di perut dan belakang
tengkuk.
2. Efek mineralokortikoid
yaitui retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal,
sedangkan kalium ditinggkatkan ekskresinya.
Derivat kortisol sintesis.
Untuk meningkatkan efek glukokortikoid dan
menurunkan efek mineralokortikoid banyak
disintesis senyawa-senyawa derivat kortisol,
zat ini dibagi dalam 2 kelompok :
a. Deltakortikoid : predniso(lo)n,
metilprednison, budesonida, desonida
dan prednikarbat. Zat ini berbeda dengan
kortisol dengan adanya ikatan rangkap dua
pada C1-2 (delta 1-2) dengan efek
glukokortikoid 5x lebih kuat dari kortisol dan
efek mineralokortikoid lebih ringan dengan
lama kerjanya 2x lebih panjang
B. Fluorkortikoida
betametason, deksametason, triamsinolon, dsb.
Merupakan turunan fluor dari prednisolon
dengan 1 atau 2 atom flour pada C6 atau(dan) C9.
daya anti radangnya 10-30x lebih kuat daripada
kortisol,
daya mineralokortikoidnya praktis hilang.
Plasma t1/2-nya lebih panjang (3-5 jam) karena
perombakan dalam hati dipersulit oleh adanya
atom fluor sehingga efeknya bertahan 3-5x lebih
lama.
.
Penggunaan sistemisnya tidak
menguntungkan dibanding prednisolon
karena efek sampingnya juga relatif lebih
besar. Maka zat ini digunakan untuk
sistemik jika dalam penggunaan
diperlukan pednisolon yg terlampau tinggi.
Penggunaan topikal (salep/krim), sangat
banyak & sering disalahgunakan karena
efeknya lebih bagus dibanding kortisol
PERBANDINGAN POTENSI RELATIF DAN DOSIS
EKUIVALEN BEBERAPA SEDIAAN
KORTIKOSTEROID

Keterangan:
* hanya berlaku utk pemberian oral atau iv
S - kerja singkat (t biologlk 8-12 Jam):
I - kerja sedang (t biologik 12-36 jam);
L - kerja lama (t biologik 36-72 Jam).
Penggunan glukokortikoid
Terapi subtitusi, digunakan pada
insufisiensi adrenal, seperti pada penyakit
addison (rasa letih, kurang tenaga dan otot
lemah akibat kekurangan kortisol). Dalam
hal ini diberikan hidrokortison karena efek
mineralokortikoidnya paling kuat.
Terapi non-spesifik, yaitu berdasar efek
anti-radang, anti-alergi dan imunosupresif.
Juga untuk menghilangkan perasaan tidak
enak (malaise). Umumnya diberikan
prednisolon, triamsinolon, & deksametason.
Indikasi terpenting dari glukokortikoid :
Asma hebat yg akut/kronis, sediaan yang standar
adalah inhalasi (spray, aerosol) umumnya bersama
obat-obat
beta-2mimetika (adrenergika)
Radang usus akut.
Penyakit auto-imun, sistem imun terganggu dan
menyerang jaringan tubuh sendiri. Kortikoid menekan
reaksi imun dan meredakan gejala penyakit.
Sesudah transplantasi organ, bersama siklosporin
untuk mencegah penolakan oleh sistem imun tubuh
Kanker, bersama onkolitika (sitostatika) dan setelah
radiasi sinar-x untuk mencegah pembengkakan dan
udem (khususnya deksametason). Juga sebagai
antimual akibat penggunaan sitostatika.
Pada penggunaan sistemik ini sebaiknya diminum
dalam satu dosis pagi hari, karena menyesuaikan ritme
circadian dalam tubuh.
Circadian rhtyhm of ACTH
Circadian rhtythm sleep-wake cycles, causing
the circulating glucocorticoid levels to peak at 8
a.m & after meals
Penggunaan lokal glukokortikoid
Pada mata : radang selaput mata, selaput-bening,
radang pinggir kelopak mata. contohnya adalah
hidrocortison, prednisolon, deksametason,
betametason, fluormetolon. Obat-obat ini
mempunyai aktivitas relatif lemah dan sedikit diserap
ke dalam darah. Tidak boleh diberikan pada
gangguan mata lain (gatal2 dan mata merah) karena
efek sampingnya adalah katarak dan glaucoma.
Di telinga pada radang gendang telinga, biasanya
dikombinasi dengan antibiotik
Di hidung (intranasal), digunakan sebagai spray
untuk rhinitis, polip untuk menghambat
pertumbuhannya.
Di mulut, untuk asma
Rektal, digunakan sebagai supositoria pada wasir
yang meradang, biasanya dikombinasi dengan
anestetik lokal (lidokain)
Intra-artikuler, pada radang sendi, biasanya
disuntikan hidrokortison atau triamsinolon diantara
sendi-sendi.
Penggunaan dermal (kulit)
Merupakan obat yang sangat baik untuk
pengobatan gangguan kulit (eksem,
dermatitis, psoriasis, prurigo, dan gatal-gatal
lain), berkat sifat antiradang dan anti-
mitosisnya.
Atas dasar aktivitasnya kortikoid lokal dapat
dibagi dalam 4 tingkatan dengan urutan
potensi yang meningkat. Pada kadar yang
lebih rendah aktivitasnya juga menurun ke
tingkat yang lebih rendah. Misal
triamsinolon 0,1% termasuk tingkat 2,
triamsinolon 0,05% masuk ke tingkat 1
Tabel, tingkatan aktivitas glukokrtikoid pada
penggunaan dermal
Pilihan obat untuk terapi gangguan
kulit.
Untuk eksem, prurigo, gatal-gatal dan dematitis
popok, juga pada sengatan tawon digunakan kortikoid
lemah (tingkat 1) yakni hidrokortison 1%, jika hasil
kurang memuaskan bisa beralih pada zat tingkat 2,
misal triamsinolon 1%, juga pada eksim / alergi atau
eksem atopis.
Zat tingkat 3 & 4 berkhasiat antimitosis yaitu
menghambat pembelahan sel. Maka zat ini lebih
cocok untuk menghambat pertumbuhan kulit yang
berlebihan misalnya pada psoriaziz dsb.
Zat tingkat 4 hanya digunakan jika zat tingkat 3 tidak
efektif.
Kebijakan dalam terapi dermal
Karena kortikoida ditimbun dalam lapisan tanduk dari
epidermis / kulit ari dan dilepaskan kembali kelapisan yang lebih
dalam maka dikembangkan kebijakan terapi dalam 2 fase :
1. penyembuhan: salep sediaan tingkat 1-3 dioleskan 2-3 dd
sehari, guna secepat mungkin mengendalikan penyakit
selama 1-2 minggu, kontinyu, tanpa istirahat.
2. Pemeliharaan : guna menghindari kambuhnya penyakit
Selama 1-2 minggu,1 dd setiap hari salep tingkat 1-3
Selama 1-2 minggu,1 dd setiap 2 hari maksimal 100 dan
50 g untuk masing-masing tingkat 3 dan 4
Selama 1-3 bulan, 1 dd pada 2 hari seminggu
Pada hari istirahat perlu digunakan suatu
salep netral, tanpa zat aktif.
Bila penggunaan obat yg kuat akan
dihentikan sebaiknya tidak secara
mendadak , terlebih setelah pengobatan
lama.
Sebaiknya penggunaan diakhiri dengan
salep berkhasiat lemah (Hidrokortison)
atau salep netral
Efek samping Glukokortikoid
Sindrom Cushing, gejala utamanya adalah
retensi cairan di jaringan-jaringan yang
menyebabkan naiknya berat badan dengan
pesat, muka menjadi bundar (moon face)
adakalanya kaki tangan gemuk bagian atas,
selain itu terjadi penumpukan lemak di bahu
dan tengkuk, kulit menjadi tipis dan mudah
terluka, timbul garis kebiru-biruan (akibat
pendarahan di bawah kulit.)
Kelemahan otot (myopathie steroid), khusus
dari anggota badan dan bahu. Lebih sering
terjadi pada hidrokortison dari pada derivat
sintesisnya.
Osteoporosis (rapuh tulang) karena
menyusutnya tulang dan resiko besar akan
fraktur bila terjatuh. Efek ini terutama pada
penggunaan lama prednison diatas 7,5 mg
sehari (ekivalen dengan dosis glukokortikoid
lain), seperti pada rema dan asma hebat.
Pencegahan dilakukan dengan vit D3 +
kalsium, masing2 500 UI dan 1000 mg sehari.
Menghambat pertumbuhan pada anak-anak,
akibat dipercepatnya penutupan epifysis tulang
pipa
Diabetogen. Penurunan toleransi glukosa dapat
menimbulkan hiperglikemia dengan efek
menjadi diabetes atau memperhebat diabetes,
penyebabnya adalah stimulasi pembentukan
glukosa dalam hati.
Imunosupresi, yaitu menekan reaksi
tangkis tubuh, seperti yang terjadi pada
trasplantasi organ. Jumlah dan aktivitas
limfosit-T/B dan makrofak dikurangi,
efeknya adalah daya tangkis tubuh turun
sehingga lebih peka terhadap infeksi
kuman patogen.
Antimitosis yaitu menghambat
pembelahan sel, terutama kortikoida-fluor
yang kuat yang hanya untuk penggunaan
dermal.
Efek samping mineralokortikoid
Hipokalemia akibat kehilangan
kalium melalui kemih, bisa terjadi
kejang, kelemahan otot, aritmia
jantung
Udema dan berat badan meningkat
karena retensi garam dan air, juga
resiko hipertensi dan gagal jantung.
Efek samping umum
Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa
takut, sukar tidur, depresi.
Efek adrogen, seperti acne, dan gangguan haid
Cataract dan kenaikan tekanan okuler, juga bila
digunakan sebagai tetes mata, resiko glaukoma
meningkat.
Bertambahnya sel-sel darah
Bertambahnya nafsu makan dan berat badan
Reaksi hipersensitivitas.
Kontra indikasi
Sedian kortikoid lokal tidak boleh
digunakan pada gangguan kulit untuk
infeksi kuman, virus, jamur atau
parasit, juga tidak pada acne.
KONTRA INDIKASI
Tetapi bila obat akan diberikan utk
beberapa hari atau beberapa minggu,
keadaan seperti : diabetes melitus, tukak
peptik, infeksi berat, hipertensi atau
gangguan sistem kardiovaskular lain patut
diperhatikan. dlm hal yg terakhir ini
dibutuhkan pertimbangan matang antara
risiko dan keuntungan sebelum obat
diberikan.
TERIMA KASIH

You might also like