You are on page 1of 36

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PT TIMAH (Persero) Tbk.

Mata kuliah Sistem Lingkungan Industri


Dosen Pengampuh : Heri Irawan,ST.MT.

MULIANSYAH(14-053-038)

ATIKA RAHMAWATI (14-053-005)

YUDHA AGUSTIA (14-053-027)

RESTU RIADI(14-053-015)
Profil PT Timah (Persero) Tbk.

PT Timah (Persero) Tbk merupakan


Perseroan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang beroperasi sejak 1976.
Perseroan menjalankan operasi
penambangan timah di Kepulauan
Bangka Belitung dan Kundur.
Hasil Produksi PT Timah (Persero)
Tbk.

PT Timah (Persero) Tbk. Menghasilkan


produk berupa produk Timah dan Non
Timah.
DEFINISI LIMBAH

kotoran yg dihasilkan karena pembuangan


sampah atau zat kimiadaripabrik-pabrik
suatu bahan yg tidak berarti dan tidak
berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa
limbah juga bisa menjadi sesuatu yg berguna
dan bermanfaat jika diproses secara baik dan
benar
Karakteristik

Pengelolaan Identifikasi

Potensi
Dampak
Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Timah :

Sisa pelumas
Aki Bekas
Botol HCL
Slag Timah Putih
Tailing
Karakteristik
Mudah Meledak

Mudah Menyala

Reaktif

Infeksius

Korosif

Beracun
Jenis Limbah Karakteristik
Mudah menyala, Mudah
Sisa Pelumas
meledak
Aki Bekas Korosif

Botol Hcl Korosif


Beracun, Berbahaya
Slag Timah Putih
terhadap Lingkungan
Reaktif, Berbahaya
Tailing
terhadap Lingkungan
Identifikasi
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik,
lampiran 1, tabel 1

Aki bekas
kode limbah : A102d
Kategori bahaya : 1

Kemasan bekas B3 (botol HCL)


kode limbah : B104d
Kategori bahaya : 2

Sisa Pelumas
kode limbah : B105d
Kategori bahaya : 2
Limbah B3 dari sumber spesifik khusus,
lampiran 1, tabel 4

Slag Timah Putih


Peleburan timah putih (Sn)
kode limbah : B404
Kategori bahaya : 2

Tailing
Proses pengolahan bijih mineral logam pada
industri pertambangan
kode limbah : B416
Kategori bahaya : 2
Potensi
Dampak
Sisa Pelumas

Dampak pencemaran yang terjadi atau di


akibatkan karena sisa pelumas, antara
lain pencemaran air, pencemaran tanah,
serta pencemaran terhadap ekosistem
yang hidup disekitarnya
Aki Bekas
Dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Salah satu dampak yang
signifikan bagi kesehatan manusia adalah
penurunan IQ terutama bagi anak anak dan
balita, merusak produksi haemoglobin darah,
menyebabkan ketidaksuburan bagi wanita/
pria, keguguran, dan bayi meninggal dalam
kandungan.

*jika dilakukan peleburan timbal dari aki bekas


Botol hcl
Limbah jenis ini berbahaya karena dapat
melukai, membakar kulit dan mata
terutama pekerja dilokasi pengelolaan
atau dapat terlepas dari limbah B3 lain
kelingkungan melalui drum berkarat yang
berisi limbah jenis ini.
Slag Timah Putih

Bersifatracun dan berbahaya bagi


kesehatan,akibat keracunan timah dapat
menyebabkan kerusakan otak, system
saraf dan ginjal bahkan kematian bila
keracunan akut.

Pada anak anak dapat menyebabkan


kerusakan fungsi mental (jadi idiot).
Tailing
Gangguan sakit kepala, seperti : sakit kepala pada bagian belakang, sakit

kepala sebahagian (mulai mata kiri hingga bagian urat sebelah kiri), kepala

terasa lembek, kepala terasa sangat sakit hingga rambut juga sakit bila

disentuh, tidak mampu berbicara, dan badan terasa gemetaran,

Gangguan fungsi berfikir, seperti : sering 'gagap' , sering terkejut, sering

lupa, kehilangan kesadaran (kolaps)

Gangguan alat indera, seperti : penglihatan kabur, pendengaran terganggu,

mata sering bengkak, mata seperti akan tercabut, sering tidak bisa

mendengar, leher dan tenggorokan terasa sakit dan sulit menelan, mata

kiri sering mengeluarkan air, telinga berdengung, perasaan mata seperti

mau keluar.
Pengelolaan
1.
1.
Pengurangan
Pengurangan

6.
6.
2.
2.
Pengolahan/
Pengolahan/ Penyimpanan
Penyimpanan
penimbunan
penimbunan

Pengelolaan
Pengelolaan
PP
PP 101
101
Tahun
Tahun 2014
2014

5.
5. 3.
3.
Pemanfaatan
Pemanfaatan Pengumpulan
Pengumpulan

4.
4.
Pengangkutan
Pengangkutan
1.
Pengurangan
merupakan suatu kegiatan pada
penghasil untuk mengurangi
jumlah dan mengurangi sifat
bahaya dan racun limbah B3
sebelum dihasilkan dari suatu
kegiatan.
Pengurangan
Studi Kasus Teoritis
Pelaporan inventarisasi Sebagaimana yang dimaksud
dalam PP 101 Tahun 2014, BAB III
limbah B3 setiap tiga bulan mengenai Pengurangan Limbah B3
pasal 11 ayat 1 dan 2 :
(1) Setiap Orang yang
sumber : Laporan Keberlanjutan PT Timah,2008
menghasilkan Limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 wajib menyampaikan
laporan secara tertulis kepada
Menteri mengenai pelaksanaan
Pengurangan Limbah B3.
(2) Laporan secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan secara berkala
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan sejak Pengurangan
Limbah B3 dilakukan.
2.
Penyimpanan
kegiatan menyimpan limbah B3
yang dilakukan oleh penghasil
dan atau pengumpul dan atau
pemanfaat dan atau pengolah
dan atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan
sementara.
Penyimpanan
Studi Kasus Teoritis
Melengkapi tempat penyimpanan Fokus regulasi adalah memastikan
sementara limbah B3 dengan bahwa metode-metode pengelolaan
kemiringan 1% ke satu arah, tailing, termasuk fasilitas fasilitas
pembuatan saluran, bak penampung penyimpanan tailing aman, stabil dan
tumpahan minyak dan pemasangan tidak menimbulkan polusi.
papan nama.
Fasilitas
penyimpanan tailing harus
Melengkapi kemasan limbah B3 dapat memenuhi tujuan-tujuan
dengan simbol dan label sesuai keselamatan dan kesehatan operator
dengan peraturan yang berlaku. dan masyarakat, serta perlindungan
masyarakat dan lingkungan.
Lokasi penyimpanan limbah B3 sumber : Undang-Undang Keselamatan Bendungan
tahun 1978. New South Wales
tailing berada di wilayah kekuasaan
PT Timah.
Lokasi penyimpanan limbah B3 berada
di dalam penguasaan setiap orang yang
menghasilkan limbah B3.

sumber : Laporan Keberlanjutan PT Timah,2008 sumber : PP 101 Thn. 2014, pasal 14 ayat 3.
3.
Pengumpulan
kegiatan mengumpulkan limbah
B3 dari penghasil limbah B3
dengan maksud menyimpan
sementara sebelum diserahkan
kepada pemanfaat dan atau
pengolah dan atau penimbun
limbah B3.
Tailing
Pengumpulan
Studi kasus Teoritis
Limbah tailing Setiap orang yang
langsung ditempatkan menghasilkan limbah
di lokasi wajib melakukan
pertambangan PT. pengumpulan limbah
Timah. B3 yang dihasilkan.

sumber : PP 101 tahun 2014, pasal 31 ayat 1.


4.
Pengangkutan
kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil dan atau ke pengumpul, dan
atau dari pemanfaat dan/atau dari
pengolah ke pengumpul dan atau ke
pemanfaat dan atau ke pengolah dan
atau ke penimbun limbah B3.
Pengangkutan
Studi kasus

Limbah tailing tidak dipindahkan ke tempat lain


melainkan di simpan dan dikumpulkan di tempat
yang sama.
5.
Pemanfaatan
kegiatan perolehan kembali (recovery)
dan atau penggunaan kembali (reuse)
dan atau daur ulang (recycle) yang
bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk uang dapat
digunakan dan harus juga aman bagi
lingkungan dan kesehatan manusia.
Pemanfaatan
Studi Kasus Teoritis
Tailing hasil penambangan dan Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap
Orang yang menghasilkan Limbah B3.
pengolahan timah ternyata memiliki Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
53 ayat (1) meliputi:
kandungan monazit yang cukup a. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku;
besar. Monazit : jenis mineral yang b. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi;
didalamnya terdapat unsur c. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku; dan
d. Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu
Uranium(U), Zirkon(Z), Thorium pengetahuan dan teknologi.
(Th), logam tanah jarang Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dilarang
melakukan Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 terhadap Limbah B3 dari sumber tidak
spesifik dan sumber spesifik yang memiliki tingkat
Kandungan logam tanah jarang atau kontaminasi radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1
Bq/cm2 (satu Becquerel per sentimeter persegi) dan/atau
RE mencapai 60%. konsentrasi aktivitas sebesar:
a. 1 Bq/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap radionuklida
anggota deret uranium dan thorium; atau
PT Timah menggandeng Batan untuk b. 10 Bq/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk kalium.
melakukan pengolahan tailing yang Radionuklida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
mengandung monazit, untuk a. Uranium-238 (U-238);
mendapatkan tanah jarang. b. Plumbum-210 (Pb-210);
c. Radium-226 (Ra-226);
d. Radium-228 (Ra-228);
Tanah jarang digunakan untuk e. Thorium-228 (Th-228);
f. Thorium-230 (Th-230);
industri otomotif,alat-alat g. Thorium-234 (Th-234); dan
pertahanan, alat-alat elektronik. h. Polonium-210 (Po-210).

sumber : Laporan Keberlanjutan PT Timah,2008 sumber : PP 101 tahun 2014, pasal 53-54.
6.
Pengolahan/
Penimbunan

Pengolahan : proses
untuk mengubah
karakteristik dan Penimbunan : kegiatan
komposisi limbah B3 menempatkan limbah B3 pada
untuk menghilangkan dan suatu fasilitas penimbunan
atau mengurangi sifat dengan maksud tidak
bahaya dan sifat racun membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan
hidup.
Pengolahan
Studi Kasus Teoritis
Tailing timah diolah kembali untuk Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan
diambil mineral bernilai yang oleh Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3.
mungkin masih tersisa didalam
Dalam hal Setiap Orang sebagaimana
tailing atau buangan. Prosesnya
dimaksud pada ayat (1) tidak mampu
adalah dengan gaya sentrifugal. melakukan sendiri, Pengolahan Limbah B3
Namun saat ini proses tersebut diserahkan kepada Pengolah Limbah B3.
sudah tidak lagi digunakan karena Pengolahan Limbah B3 sebagaimana
tidak efisien karena kapasitas dari dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1)
alat pengolah ini adalah 60 kg/jam. dilakukan dengan cara:
a. termal;
sumber : Laporan Keberlanjutan PT Timah,2008 b. stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau
c. cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Pengolahan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mempertimbangkan:
a. ketersediaan teknologi; dan
b. standar lingkungan hidup atau baku mutu
lingkungan hidup.

sumber : PP 101 tahun 2014, pasal 99,100


Penimbunan
Studi Kasus Teoritis
(3) Fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa penimbusan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
Penimbunan terdiri atas fasilitas penimbusan akhir:
limbah tailing a. kelas I;
ditimbun dengan b. kelas II; dan
cara landfill. c. kelas III.
(4) Terhadap Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus yang memiliki tingkat kontaminasi
radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm2 (satu Becquerel per sentimeter persegi) dan/atau
konsentrasi aktivitas sebesar: 1 Bq/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap radionuklida anggota deret
uranium dan thorium; atau dilakukan penimbunan pada fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas II
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b.
(5) Radionuklida sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a meliputi:
a. Uranium-238 (U-238);
b. Plumbum-210 (Pb-210);
c. Radium-226 (Ra-226);
d. Radium-228 (Ra-228);
e. Thorium-228 (Th-228);
f. Thorium-230 (Th-230);
g. Thorium-234 (Th-234); dan
h. Polonium-210 (Po-210).
(6) Radionuklida Polonium-210 (Po-210) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf h hanya berlaku untuk
penentuan konsentrasi aktivitas radionuklida anggota deret uranium dan thorium pada Limbah B3 yang
berasal dari kegiatan eksploitasi dan pengilangan gas bumi.
(7) Limbah B3 berupa tailing dari kegiatan pertambangan yang memiliki tingkat kontaminasi radioaktif
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat ditempatkan pada fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa
dam tailing.

sumber : PP 101 tahun 2014, pasal 146


Kesimpulan
Pengolahan limbah tailing di PT Timah
masih kurang optimal sehinggal bisa
terjadi pencemaran.
TERIMAKASIH

You might also like