You are on page 1of 33

HIPERTENSI DALAM

KEHAMILAN

Dokter Pembimbing :
dr. Bonar, SpOG

Penyusun :
Farida Fidiyaningrum 1102011099
Klasifikasi Gangguan Hipertensi
Dalam Kehamilan

Menurut The Working Group (2000) :


Hipertensi gestasional (hipertensi
transien)
Preeklamsia
Eklamsia
Preeklamsia yang terjadi pada
pengidap hipertensi kronik
(superimposed)
Hipertensi kronik
DefiniSI
TD 140/90 mmHg (pertama
Hiperten kali selama kehamilan & akan
si normal kembali < 12 minggu
Gestasio postpartum. Tidak ada
nal proteinuria
Diagnosis akhir hanya dapat
dibuat postpartum
Adanya vasospasme+Aktivitasi
endotel timbul hipertensi
Preeklamsi setelah 20 minggu kehamilan &
a proteinuria (+)
Terbagi menjadi ringan & berat
Preeklamsia + kejang
Eklamsia menyeluruh hingga
mengalami koma
DefiniSI

TD 140/90 mmHg sebelum


Hiperte kehamilan atau sebelum gestasi
nsi 20 minggu & menetap setelah 12
Kronik minggu postpartum

Terjadi peningkatan
proteinuria atau tekanan
Superimposed darah atau hitung trombosit <
preeclampsia 100.000/mm3 secara
pada mendadak pada wanita
hipertensi dengan hipertensi &
kronik proteinuria sebelum gestasi
20 minggu.
Faktor Resiko
Primigravida
Hiperplasentosis, seperti mola hidatidosa,
kehamilan multiple, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar
Umur yang ekstrim (usia di atas 35 tahun)
Ada riwayat dalam keluarga yang pernah
preeklamsia/eklamsia
Ada penyakit-penyakit ginjal dan
hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan
Obesitas
Patogenesis
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
kegagalan remodeling arteri spiralis
Teori iskemik plasenta, radikal bebas,
dan disfungsi endotel
Teori intoleransi imunologik antara ibu
& janin penurunan ekspresi HLA-G
Teori adaptasi kardiovaskular genetik
kehilangan daya refrakter
Teori defisiensi gizi
Teori inflamasi
Hipertensi Gestasional

Hipertensi gestasional ditegakkan


pada wanita yang tekanan darahnya
mencapai 140/90 mmHg atau lebih
untuk pertama kalinya selama
kehamilan dan tidak ada proteinuria
Hipertensi gestasional disebut
Hipertensi Transien
Preeklamsi
Preeklamsi Ringan (PER) TD
140/90 mmHg pada gestasi > 20
minggu & proteinuria 300 mg/24
jam ( 1 dipstick)
Preeklamsi Berat (PEB) Ada 2 :
dengan/tanpa impending eclamsia.
Kriteria Diagnostik PEB
TD 160/110 mmHg
Proteinuria 5,0 g/24 jam/ 2 dipstick
Oliguria
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral
Nyeri epigastrium/nyeri kuadran kanan atas
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)
Trombositopenia < 100.000 sel/mm2 dg cepat
Peningkatan kadar AST dan ALT
IUGR
Sindrom HELLP
Pemeriksaan Penunjang
untuk Ibu
PER : urin lengkap saja
PEB/eklamsia : pemeriksaan
laboratorium, USG, dan
kardiotokograf
(Pemeriksaan laboratorium : Hb,
hematokrit, trombosit, urin lengkap,
asam urat darah, fungsi hati dan
fungsi ginjal).
Pemeriksaan Penunjang
untuk Janin
Dengan bantuan USG, dilakukan
pemeriksaan terhadap
perkembangan janin dengan
memperkirakaan pertumbuhan janin
dan volume air ketubannya.
Perubahan pada Ibu Hamil
Preeklamsi
1. Sistem kardiovaskular
2. Perubahan Cairan
3. Perubahan Hematologis
4. Gagal Ginjal Akut
5. Hepar
6. Kerusakan Jaringan Otak dan
Sekitarnya
7. Penurunan Visus dan Kebutaan
8. Perfusi uteroplasental
Terapi PER
1. Pengelolaan Secara Rawat Jalan
(Ambulatoir)
Tirah baring
Makan teratur dan bergizi
Konsumsi vitamin prenatal secara
rutin
Tidak perlu restriksi konsumsi garam
Tidak perlu diuretik/antihipertensi
(pada PER tidak ada medika
mentosanya)
Kontrol setiap 2 minggu sekali ke RS.
Terapi PER II. Pengelolaan
Secara Rawat Inap
(Hospitalisasi)
1. Rawat inap
2. Tidur miring ke sebelah
kiri secara intermiten
3. Pemeriksaan dan
monitoring ibu (tekanan
darah, adanya gejala
impending eklamsi)
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan
No Tes Diagnostik Penjelasan
1. Hb dan Hematokrit Peningkatan hemoglobin dan hematokrit
bererti : 1.Adanya homokonsntrasi, yang
mendukung diagnosis preeklamsi
2. Menggambarkan beratnya hipovolemia
(Nilai ini akan menurun bila terjadi
hemolisis)
2. Morfologi sel eritrosit Untuk menentukan adanya hemolisis
pada apusan sel darah berupa :
tepi a. Adanya mikroangiopatik hemolitik
anemia
b. Morfologi abnormal eritrosit seperti
schizocytosis dan spherocytosis
3. Trombosit Trombositopenia menandakan adanya
preeklamsia berat
4. Kreatinin serum Peningkatannya menggambarkan :
Asam urat serum a. Beratnya hipovolemia
BUN (nitrogen urea darah) b. Tanda menurunnya aliran darah ke
ginjal
c. Oliguria
d. Tanda preeklamsi berat
5. Fungsi Hepar (periksa Peningkatan transaminase serum
kadar transaminase menggambarkan preeklamsi berat dengan
serum) gangguan fungsi hepar
6. LDH (Lactic acid Menggambarkan adanya hemolisis
Dehydrogenase)
Pengelolaan Obstetrik

Bila penderita belum inpartu


Umur kehamilan < 37 minggu
Bila gejala tidak memburuk, kehamilan
dipertahankan sampai aterm
Umur kehamilan 37 minggu
Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset
partus/ Bila serviks sudah matang lakukan
induksi persalinan

Bila penderita sudah inpartu :


Perjalanan persalinan diikuti dg Partograf & dapat
dilakukan induksi persalinan.
Terapi PEB
I. Non Medika Mentosa
Tirah baring
Makan teratur dan bergizi
Konsumsi vitamin prenatal secara
rutin
Tidak perlu restriksi konsumsi garam
Tidak perlu diuretik/antihipertensi
(pada PER tidak ada medika
mentosanya)
Kontrol setiap 2 minggu sekali ke RS.
Terapi PEB
II. Medika Mentosa
1. Cairan
infus D5% atau Ringer laktat
2. Obat antikejang MgSO4, menurut
Magpie Trial Colaborative Group 2002 :
a. Loading dose (dosis awal) : 15 cc MgSO4
40% 4 gr dilarutkan dalam 100 cc RL
diberikan IV selama 15-20 menit atau 10
gr MgSO4 50% diberikan 5 gr IM di bokong
kanan & setelah 4 jam sesudahnya berikan
sisanya 5 gr IM di bokong kiri
b. Maintenance dose : diberi ke dalam
infus RL, MgSO4 1 gr/jam, diberikan
dalam 24 jam atau berikan MgSO4 40% 5
gr secara IM disuntikan dalam 24 jam.
Syarat pemberian MgSO4 :
- Tersedia kalsium glukonas 10%
- Terdapat refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernapasan 16 kali/menit
- Produksi urin 30 cc dalam 1 jam
sebelumnya atau dalam 4 jam sudah
terdapat l >100 ml
3. Diuretik indikasi berupa edema
paru-paru, payah jantung kongestif
atau edema anasarka.
4. Antihipertensi PEB dg 180/110
mmHg atau MAP 126. Contoh :
- Nifedipin 10-20 mg per oral
- Metildopa 0,5 3,0 g/hari (dibagi 2-3 dosis)
per oral
- Klonidine 3 x 150 mg/hari per oral
- Diltiazem 1 x 200 mg/hari per oral
5. Glukokortikoid/kortokosteroid diberikan
2 x 24 jam
Pengelolaan Obstetrik
Dibagi menjadi 2 :
Konservatif (ekspektatif) kehamilan
tetap dipertahankan bersamaan
pemberian pengobatan (bila < 37 minggu
dipertahankan selama mungkin)
Aktif (aggressive management)
kehamilan segera diterminasi bersamaan
pemberian pengobatan (bila 37 minggu
kehamilan dapat diakhiri setelah dapat
terapi medikamentosa)
Pengelolaan Obstetrik

Bila penderita belum inpartu


Umur kehamilan < 37 minggu
Bila gejala tidak memburuk kehamilan dipertahankan
sampai aterm, jk gejala memburuk segera terminasi dg
sebelumnya diberikan kortikosteroid terlebih dulu

Umur kehamilan 37 minggu


Kehamilan segera diterminasi. Bila serviks sudah
matang lakukan induksi oksitosin persalinan, jika belum
matang berikan prostaglandin/misprostol/SC

Bila penderita sudah inpartu :


Perjalanan persalinan diikuti dg Partograf & dapat
dilakukan induksi persalinan.
Indikasi Perawatan Aktif

Ibu sudah 37 minggu; ada tanda


impending eclamsia, ada kegagalan
dg perawatan konservatif, ada solusio
plasenta, atau ketuban pecah
Janin ada fetal distress, IUGR,
oligohidramnion
Laboratorik ada tanda Sindrom
HELLP
..PENCEGAHAN..

- Jika ada faktor resiko,


harus rutin periksa ke
dokter kandungan.
- Penyuluhan akan
pentingnya mencukupi
kebutuhan gizi, minum
suplementasi & vitamin
-Istirahat yang secukupnya
- Jangan bekerja terlalu
berat
-EKLAMSIA-

Terjadinya kejang pada wanita


dengan preeklamsia yang tidak
dapat dikaitkan dengan penyebab
lain disebut eklamsia
Adanya sakit kepala atau gangguan
visual dapat merupakan petanda
gejala dari eklamsia.
TERAPI EKLAMSIA

a. Terapi suportif untuk stabilisasi ibu


b. Selalu di ingat ABC
c. Mengatasi & mencegah kejang berulang
d. Koreksi hipoksemia & acidemia
e. Terapi medika mentosa = terapi pada
PEB
f. Mencegah penyulit yang dapat timbul
g. Melahirkan janin (harus diterminasi)
h. Perawatan kejang
I . Perawatan jika sudah terjadi koma
J. Konsultasi ke bagian lain
@~ Sindroma HELLP ~@
Preeklamsia/eklamsia yg
memiliki gejala berikut:

H : Hemolysis
EL : Elevated liver enzym
LP : Low platelets count

Cek Laboratorium : Hemolisis (LDH,


retikulosit), peningkatan AST/ALT,
Trombositopenia
@~ Sindroma HELLP ~@
Trombositopenia disebabkan
adanya aktivasi platelet & agregasi
Hemolisis mikroangiopatik oleh
vasospasme
Peningkatan serum transaminase
hati nekrosis hepatoseluler
.. Klasifikasi Sindroma
Klasifkasi Sindrom HELLP
HELLP ..
Klasifikasi Missisippi
Kelas I : Trombosit 50.000 /ml
Serum LDH 600.000 IU/l
AST &/ ALT > 40 IU /l
Kelas II : Trombosit 50.000 /ml sampai 100.000 / ml
Serum LDH 600.000 IU/l
AST &/ ALT 40 IU /l
Kelas III: Trombosit > 100.000 /ml sampai
150.000 / ml
Serum LDH 600.000 IU /l
AST &/ ALT 40 IU /l
^^ Terapi Sindroma
TERAPI SINDROM HELLP
HELLP ^^
1. Terapi medikamentosa = terapi pada
preeklamsia-eklamsia
2. Periksa trombosit & LDH tiap 12 jam
3. Pemberian Dexamethasone rescue, baik ante
(10 mg IV/12 jam) atau post partum (10 mg IV
tiap 12 jam 2 kali)
4. Dipertimbangkan pemberian tranfusi trombosit
jika trombosit < 50.000/ ml.
5. Sikap terhadap kehamilan aktif terminasi
kehamilan tanpa memandang umur kehamilan
(pervaginam/SC)
HIPERTENSI KRONIK

Hipertensi berat
Desakan sistolik 160 mm Hg atau
Desakan diastolik 110 mm Hg (terjadi <
20 minggu)
Hipertensi ringan < 20 minggu
kehamilan dg kondisi :
Sudah pernah mengalami preeklamsia
sebelumnya, umur ibu > 40 tahun, riwayat
hipertensi 4 tahun, ada kelainan
ginjal/DM/kardiomiopati
> TERAPI HIPERTENSI
TERAPI HIPERTENSI
KRONIK <KRONIK
1. Rawat jalan jika TD masih terkontrol
dan kontrol rutin ke dokter
kandungan (pantau gejala klinik
superimposed preeklamsi & cek
laboratorium)
2. Sikap terhadap kehamilannya
3. Medika mentosa (jika TD 140/90
mmHg) dg Nifedipin atau metildopa

You might also like