You are on page 1of 17

Asuhan Keperawatan Post Partum Dan Mastitis

NAMA KELOMPOK
OCI SARAH SANAM
OKSA FRIANUS HIZKIA
OKTAVIANUS OTI
Latar belakang
- Post partum blues merupakan kesedihan atau
kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu, yakni sekitar dua hari
hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Tanda dan
gejalanya antara lain cemas tanpa sebab, menangis
tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif
atau mudah tersinggung, serta merasa kurang
menyayangi bayinya. Peningkatan dukungan mental
atau dukungan keluarga sangat di perlukan dalam
mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan
dengan masa nifas ini
- Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal
masih tinggi. Hasil survey demografi indonesia
( SDKI ) pada tahun 2003, AKI yaitu 307 / 100.000
kelahiran hidup ( Depkes, 2004 ).
Konsep Dasar Medik
Post Partum Blues adalah perasaan
sedih dan depresi segera setelah
persalinan, dengan gejala dimulai dua
atau tiga hari pasca persalinan dan
biasanyahilang dalam waktu satu atau
dua minggu (Gennaro, dalam Bobak
dkk., 2004). Periode Post Partum adalah
periode waktu yang muncul sesegera
setelah seorang wanita melahirkan
hingga 52 minggu (Registered
NursesAssociation of Ontario, 2005).
Klasifikasi
Depresi pasca persalinan
dibagi menjadi 3, yaitu :
postpartum blues,
Depresi pasca persalinan,
Psikosis pascapersalinan.
Etiologi
1.Perubahan Hormon
2. Stress
3.ASI tidak keluar
4.Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
5. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
6.Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan
istri maupun persoalan lainnya dengan suami.
7. Masalah dengan Orang tua dan Mertua.
8. Takut kehilangan bayi.
9. Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
10. Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan
terganggu.
11.Bayi sakit (Kuning, dll).
12.Rasa bosan si Ibu.
13.Problem dengan si Sulung.
Patofisiologi
Manifestasi klinis
1. Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang
bergantian dan sulit diprediksi seperti menangis,
kelelahan, mudah tersinggung, kadang-kadang
mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.
2. Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi
yang baru dilahirkannya, ketidaknyamanan karena
kelahiran anak, dan perasaan asing terhadap
lingkungan tempat bersalin.
3. Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri
sendiri karena suasana hati yang terus berubah-ubah.
Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena
ketergantungan bayi yang baru dilahirkannya.
Pemeriksaan diagnostic
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang
dapat mendiagnosa secara langsung post partu blues.
Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa
syntom yang tampak dapat disimpulkan sebagai
gangguan depresi post partum blues bila memenuhi
kriteria dan gejala yang ada. Kekurangan hormone
thyroid yang ditemukan pada individu yang
mengalami kelelahan luar biasa ( fatique ) ditemukan
juga pada ibu yang mengalami post partum blues
mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah
Penatalaksanaan medis
Post-partum blues dapat dikurangi dengan cara belajar
tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur
ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus
dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam
hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung
dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penangganan para
ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan
pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling, emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan
harapan-harapan mereka miungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual,
social dan psikologis secara bersama-sama dengan
melibatkan lingkungannya yaitu : suami, keluarga, dan juga
teman dekatnya.
Pencegahann

Post partum blues dapat dicegah dengan cara :


1. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan
pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu.
2. Menu makanan yang seimbang.
3. Olahraga secara teratur.
4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami
untuk merawat ibu dan bayinya.
5. Rencankan acara keluar bersama bayi berdua
dengan suami.
6. Rekreasi.
Konsep Dasar
Keparawatan
1. Pengkajian
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang
baru. Pengkajiannya meliputi :
2. dentitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medical record, dan lain-lain.
2. Dampak pengalaman melahirkan ;
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk
memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat
kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya
retropeksi diri ( Kondrat, 1987 ).
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting
mengenai konsep diri. Citra
tubuh dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru
tentang diri dan tubuhnya
selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan
adaptasinya dalam menjadi
orangtua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya
4. Interaksi Orang Tua Bayi :

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi


evvaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang
tua terhadap kelahiran anak
Komponen penting lain dalam pengkajian
pasa pasien post aprtum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga.
Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi
oleh hubungannya dengan pasangannya,
ibunya dengan keluarga lain, dan anak-
anak lain. Perawat/bidan dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan
pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit
Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien post partum blues
diantaranya adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan
trauma mekanis edema / pembesaran jaringan atau
distensi, efek-efek hormonal.
2. Resiko gangguan proses menyusui berhubungan
dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan,
struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
3. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua
berhubungan dengan pengaruh komplikasi fisik
dan emosional.
4. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada
ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu
5. pola tidur berhubungan dengan respon
hormonal dan psikologis ( sangat gembira,
ansietas, kegirangan ), nyeri /
ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.
6.Kurang pengetahuan mengenai
perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang paparan
informasi, kesalahan interprestasi, tidak
mengenal sumber- sumber.
7. Potensial terhadap pertumbuhan koping
keluarga berhubungan dengan kecukupan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
individu dan tugas-tugas adaptif
memungkinkan tujuan aktualisasi diri
muncul ke permukaan.
Rencana keperawatan.docx

Presentation3.pptx

You might also like