You are on page 1of 18

MANAJEMEN RISIKO K3 DI

LUAR GEDUNG RS
KELOMPOK 5:

Erlina Mega Candra


Exkiel Andri Tola
Pito
Tri Hartanti Rica Pratiwi
Viktoria Elisabeth Rau
Pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
Suatu keadaan yang menunjukan
kondisi yang aman atau selamat dari
risiko penderitanan, kerusakan atau
kerugian di tempat kerja.
Pengertian manajemen risiko dan
manajemen K3
1. Manajemen risiko
manajemen risiko adalah proses pengukuran atau
penilaian risiko serta pengembangan strategi
pengeloalaannya.
2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
manajemen sebagai suatau ilmu perilaku yang
mencakup aspek sosial dan spiritual yang tidak
terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja,baik dari segi perencanaan,
maupun pengambilan keputusan dan organisasi
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan
kerja
Asas manjemen Keselamatan dan
kesehatan kerja
Suatu asas yang rasional untuk manajemen
keselamatan dan kecelakaan kerja harus
mencakup kenyataan bahwa baik
perencanaan maupun keputusan-keputusan
manajerial dan organisasi keseluruhannya
tidak terlepas dari manusia dan lingkungan
kerjanya.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan operasional yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan.
Faktor Risiko K3 di luar gedung RS
1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan
halaman yang ada dalam batas pagar RS (bangunan fisik dan
kelengkapannya ) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika
berlokasi di daerah rawan banjir harus menyediakan
fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu,
tidak becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat
landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia
lubang penerima air masuk dan disesuiakan dengan luas
halaman
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang,
lingkungan bangunan RS harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup terutama pada
area dengan bayangan kuat dan yang menghadap
cahaya yang menyilaukan
6. Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan
kesehatan. Dengan menanam pohon (green belt),
meninggikan tembok dan meninggikan tanah (bukit
buatan) yang berfungsi untuk penyekatan/
penyerapan bising
7. Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimum untuk terjadinya infeksi silang, masalah
kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus
tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan
langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus
disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan,
sehingga tesedia tempat parkir yang memadai
dan dilengkapi dengan rambu parkir
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan
tempat-tempat tertentu yang menghasilkan
sampah harus disediakan tempat sampah
11. Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus
selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas
sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat berenang dan
berkembang biaknya serangga, binatang
pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
12. Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus
dipisahkan.
Jalur pejalan kaki :lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang
cacat, memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas penghalang
dan memiliki rel pemandu
Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur),marka
jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar maksimum,
memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan
penyebrangan bagi pejalan kaki

13. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act


1990 mendefenisikan :
Polutan : limbah padat dibuang ke tanah,limbah cair dibuang ke tanah
atau saluran air, dibuang ke atmosfir, bising dalam komunitas masyarakat
Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri, limbah usaha
komersial
Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahaya sehingga
membutuhkan prosedur pembuangan khusus
14. Kriteria limbah berbahaya
Dapat menyala/mudah menyala
Iritan
Berbahaya
Beracun
Karsinogenik
Korosif
Produk obat-obatan yang hanya
diresepkan
Alur Penanganan Limbah Berbahaya

pengirim pengangkut
penerima badan
Proses Manajemen
Resiko
Kelompok 2:
Alfensius Riskiandy
Anggela Wea
Anselmus Wendy
Margaretha Ima
Patarina Virginia Marpaung
Tasya Kurniasari
Pengertian
Manajemen resiko adalah budaya, proses dan
struktur yang diarahkan untuk mewujudkan
peluang-peluang sambil mengelola efek yang
tidak diharapkan.
Manajemen resiko adalah kegiatan
terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan
resiko.
Resiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang
akan mempunyai dampak pada pencapaian
tujuan.
Proses manajemen resiko
Proses manajemen resiko terdiri dari :
1. Identifikasi resiko
Identifikasi resiko adalah proses menemukan,
mengenal dan mendeskripsikan resiko. Identifikasi
resiko terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi resiko
proaktif dan identifikasi resiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi
yang dilakukan dengan cara proaktif mencari risiko
yang berpotensi menghalangi rumah sakit mencapai
tujuannya. Metode yang dapat dilakukan diantaranya:
pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit
lain, survey.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang
dilakukan setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam
bentuk insiden/gangguan. Metoda yang dipakai biasanya
adalah melalui pelaporan insiden.
Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk
melakukan identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit
diminta untuk mengidentifikasi risikonya masing-masing.
Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu
dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko
rumah sakit
2. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko. Analisa risiko dilakukan dengan
cara menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta
berat ringannya dampak yang ditimbulkan. Analisa peluang
dan dampak ini paling mudah jika dilakukan dengan cara
kuantitatif.
3. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses
membandingkan antara hasil analisa
risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan apakah risiko dan/atau
besarnya dapat diterima atau
ditoleransi. Dengan evaluasi risiko
ini, setiap risiko dikelola oleh orang
yang bertanggung jawab sesuai
dengan peringkatnya.
4. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi
risiko. Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya:
. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk
tidak memulai atau melanjutkan aktivitas yang
menimbulkan risiko;
Mengambil atau meningkatkan risikountuk
mendapat peluang (lebih baik, lebih
menguntungkan);
Menghilangkan sumber risiko; . Mengubah
kemungkinan; . Mengubah konsekuensi; Berbagi
risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan
pembiayaan risiko);Mempertahankan risiko dengan
informasi pilihan.
5. Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review)
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan
kegiatan yang umum dilakukan oleh organisasi
manapun. Alat bantu itu adalah Risk Register (daftar
risiko).Risk Register adalah alat manajemen yang
memungkinkan suatu organisasi memahami profil
resiko secara menyeluruh, ini merupakan sebuah
tempat penyimpanan untuk semua informasi resiko.

You might also like