You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PADA

ANAK: RETARDASI MENTAL

Kelompok 18
Contoh kasus
An. Andi umur 6 tahun sekarang duduk di sekolah dasar sudah
dua kali tidak naik kelas. Pasien dibawa ibunya ke rumah sakit
karena terdapat luka sayatan di tangannya. Ibunya berasal dari
keluarga dengan ekonomi rendah, ibunya mengatakan bahwa
anaknya sering bersikap aneh seperti melukai diri sendiri, sering
mengancam jiwa orang lain dan sering menolak ketika diajak
bermain oleh teman temannya. Ibunya mengatakan An. Andi
belum bisa menulis, membaca dan melakukan aktivitasnya
sendiri. Saat dikaji terdapat banyak luka sayatan di tangan An.
Andi. Saat diajak berinteraksi, respon An. Andi juga sangat
lambat dan jawaban An. Andi juga menyimpang dari pertanyaan
yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. Andi
terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada
umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat juga terlihat
kurang berminat.
Pengertian
Retardasi mental merupakan suatu gangguan
mental heterogen yang terdiri dari fungsi
intelektual dibawah rata-rata dan gangguan
keterampilan adaptif sebelum usia 18 tahun. Ini di
pengaruhi oleh faktor genetik (kromosom dan
bawaan), lingkungan (pemaparan prantal dengan
infeksi dan toksin), dan psikologis.
Klasifikasi
Menurut Somantri dalam Yusuf, Rizki dkk (2015):
a. Retardasi mental ringan (moron atau debil)
Anak dengan retardasi mental ringan memiliki
IQ antara 52-68 dan ditandai dengan
keterlambatan perkembangan motorik.
Individu dapat hidup sendiri namun,
memerlukan bantuan, dapat mempelajari
ketrampilan sosial, koordinasi sedikit
terganggu, ketrampilan akademik yang bisa di
pelajari sampai kelas enam.
b. Retardsi mental ringan (imbesil)
anank dengan retardasi mental sedang memiliki IQ
antara 36-51 dan ditandai dengan anak masih dapat
mencapai perkembangan kemampuan mental
hingga kurang lebih 7 tahun dapat mengurus
dirinya sendiri seperti melindungi dirinya sendiri
dari bahaya seperti kebakaran, berjalan di jalan raya
dan berteduh saat hujan dan pada perkembangan
motorik hanya terbatas pada motorik kasar,
ketrampilan akademik bisa dipelajari sampai kelas
dua. Keterbatasan bicara dan berinnteraksi.
c. Retardsi Mental Berat (idiot)
anak dengan retardsi mental berat
memiliki IQ antara 20-32 yang dimana
pada anak tersebut perlu pengawasan
yang penuh dan perlu dilakukan pelatihan
kebiasaan secara sistematis namun, tidak
memiliki kemampuan akademis.
Ketrampilan verbal minimal dan
perkembangan psikomotor buruk.
d. Retardasi Metal Sangat Berat
anak dengan retardasi mental sangat berat memiliki
IQ di bawah 19 dan anak ini perlu mendapatkan
perawatan yang total dalam hal berpakaian, mandi,
makan dan untuk perlindungan diri sepanjang
hidupnya (tidak bisa mandiri). Tidak memiliki
kemampuan untuk pelatihan akademik dan kurang
memiliki kemampuan untuk berbicara, sosialisasi,
motorik kasar dan motorik halus.
Tanda dan gejala
Lamban dalam mempelajari hal baru, mempunyai
kesulitan untuk mempelajari pengetahuan yang bersifat
rumit dan cepat lupa dengan apa yang dia pelajari.
Kesulitan dalam menggeneralisasikan atau mengartikan
dan mempelajari hal-hal baru.
Kemampuan bicara sangat kurang bagi RM berat.
Keterbatasan dalam gerak fisik.
Kemampuan merawat diri kurang.
Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim ditandai
dengan anak yang mengalami retardasi mental kesulitan
dalam memberikan perhatian terhadap lawan yang diajak
berinteraksi
Tingkah laku kurang wajar secara terus-menerus
psikopatologis
1. Faktor predisposisi
biologis
Psikologis
sosial budaya

2. Presipitasi
faktor biologi
sumber koping

3. Repon terhadap stressor


kognitif
Afektif
Fisiologis
Perilaku
Sosial
Diagnosa medis dan diagnosa
keperawatan
1. Diagnosa medis: Aksis II
F 70 retardasi mental ringan
F 71 retardasi mental sedang
F 72 retardasi mental berat
F 73 retardasi mental sangat berat
F 78 retardasi mental mental lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko cidera
Defisit pengetahuan
Hambatan komunikasi verbal
Gangguan tumbuh kembang
penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
.Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri
dapat digunakan naltrekson.
.Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai
antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin.
.Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan
penghambat beta seperti propranolol dan buspiron.
.Untuk gangguan hiperktivitas dapat digunakan
metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan
emosi dan fungsi kognitif.
.Untuk menaikkan kemampuan belajar pada umumnya
diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin,
asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).
2. Penatalaksaan Keperawatan
No Diagnosa Intervensi

1. Resiko cidera 1. Bina hubungan saling percya


2. Cipatakan lingkungan yang aman
3. Letakkan benda berbahaya di tempat
yang tidak mudah di jangkau
4. Lapisi pagar tempat tidur dan kepala
tempat tidur klien yang memiliki
riwayat kejang
5. Manajemen perilaku anak yang sulit
6. Batasi aktifitas yang berlebih
7. Berikan reinforcement postif atas
hasil yang dicapai anak
2 Defitit perawatan diri 1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi kesulitan dalam perawataan
diri, seperti keterbatasan gerak fisik,
penurunan kognitif
3. Idetifikasi aspek perawatan diri yang
dapat dilakukan klien
4. Berikan umpan balik positif pada hal
yang dilakukan

3. Hambatan komunikasi 1. Bina hubungan saling percaya


verbal 2. Kurangi stimulus yang berlebih terhadap
orang-orang dan lingkungan dan orang
orang/benda-benda disekitarnya
3. Berikan umpan balik yang positif dan
perilaku yang sesuai
4. Bantu anak menidentifikasi benda-benda
disekiratnya seperti, memberikan
permainan-permainan yang dapat
merangsang pusat konsentrasi
5. Identifikasi sikap atau bahasa yang
digunakan, apabila komunikasi verbal tidak
ada. latih ketrampilan tersebut secara terus
menerus.
6. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi
obat stimulan untuk anak dengan gangguan
pusat konsentrasi
TERIMAKASIH..

You might also like