You are on page 1of 165

PERENCANAAN TEKNIS

BANGUNAN IRIGASI

APRIL 2013
POKOK BAHASAN
PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN
1. BANGUNAN PENGUKUR DEBIT
2. BANGUNAN PENGATUR TINGGI MUKA AIR
3. BANGUNAN BAGI DAN SADAP
4. BANGUNAN PEMBAWA
(GORONG2, SIPON,TALANG &FLUM,
TERJUN, GOT MIRING)
I. BANGUNAN PENGUKUR DEBIT

KENAPA DIPERLUKAN
BANGUNAN PENGUKUR
DEBIT DIPERLUKAN
DALAM
SISTEM IRIGASI ?
KARENA PENGEMBANGAN DAN
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
DISELENGGARAKAN SECARA
PARTISIPATIF, TERPADU , BERWAWASAN
LINGKUNGAN, TRANSPARAN,
AKUNTABILITAS , BERKEADILAN ( PP
20/2006 PS 4 )
Bangunan pengukur debit ukur dibutuhkan
pada
lokasi-lokasi berikut :
pada ruas utama di saluran induk, di hilir
pengambilan utama
pada bangunan bagi untuk saluran saluran
sekunder
pada tiap-tiap sadap tersier yang mengairi
Iebih dari 10 ha.
Debit Rencana untuk Bangunan Ukur
Semua bangunan ukur akan dirancang untuk
berfungsi pada debit maksimum (Qp) dengan
kehilangan tinggi energi yang harus diperiksa
bahwa bangunan masih akan bekerja dengan
benar (yaitu, tidak tenggeIam) pada debit rendah.
Debit rendah yang dipakai adalah :
50% Qp untuk sadap sekunder dan tersier
25% Qp untuk bangunan ukur pada
bendung,
di awal saluran induk.
Jika pengecekan debit rendah menunjukkan bahwa
muka air saluran di hulu dan di hilir bangunan
akan menyebabkan aliran tenggelam, maka desain
bangunan harus diulangi (ditinjau kembaIi).
Tipe bangunan pengukur debit :
1. Ambang lebar
2. Orifice constant head
3. Throated flume
4. Romijn
5. Crump de Gruyter
6. Neyrpic Module
7. Pipa sadap sederhana
8. Cipoletti
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan tipe
alat ukur :
bangunan ukur yang sudah dibangun di
jaringan irigasi lama
fluktuasi muka air saluran
beda tinggi energi yang tersedia
banyaknya endapan
kemudahan eksploatasi dan
pemeliharaan
biaya pemasangan.
Pemilihan alat ukur Hal ini berhubungan
dengan
faktor di bawah ini :
Kecocokan bangunan untuk keperluan
pengukuran debit.
Ketelitian pengukuran di lapangan
Bangunan yang kokoh, sederhana dan
ekonomis
Rumus debit sederhana dan teliti
Eksploitasi dan pembacaan papan duga
mudah dilakukan
Pemeliharaan sederhana dan mudah
Cocok dengan kondisi setempat dan
dapat diterima oleh para petani.
I.1. AMBANG LEBAR
Alat Ukur Ambang Lebar
Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena bangunan itu
kokoh dan mudah dibuat, serta mempunyai bentuk mercu
yang bermacam-macam, bangunan ini juga punya kelebihan
karena mudah disesuaikan dengan bentuk saluran apa saja.
Karena hubungan tunggal antara tinggi air hulu dan debit,
maka besarnya debit dapat dibaca langsung pada papan duga.
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas
(overflow), untuk ini tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang
mercu. Karena pola aliran di atas, alat ukur ambang lebar
dapat ditangani teori hidrolika yang sudah ada sekarang,
maka bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-
beda. sementara debitnya tetap serupa. Kehilangan tinggi
tekan harus diperhitungkan di atas batas operasi sehingga Z
min = 0.30 - 0,50 h.
Alat Ukur Ambang Lebar "Drempel"
Alat ukur ini merupakan jenis alat ukur
ambang lebar yang telah disederhanakan
lagi.
Bangunan ini hanya digunakan untuk
sadap tersier dengan debit maksimum
1,00 m3 /det
dan lebar mercu maksimum 1,5 m.
Gambar alat ukur ambang lebar
I.2. Throated flume
I.3. Pintu Romijn
Pintu romijn adalah alat ukur ambang
lebar yang bisa digerakkan untuk
mengatur dan mengukur debit di dalam
jaringan saluran irigasi. Agar dapat
bergerak, mercunya dibuat dari plat baja
dan dipasang di atas pintu sorong. Pintu
ini dihubungkan dengan alat
pengangkat.
Kelebihan-kelebihan alat ukur Romijn :
Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur
sekaligus.
Dapat membilas endapan sedimen halus.
Kehilangan tinggi energi relatif kecil.
Ketelitian baik.
Kekurangan-kekurangan alat ukur Romijn :
Pembuatan rumit dan cukup mahal.
Bangunan itu membutuhkan muka air yang
tinggi di saluran.
Biaya pemeliharaan bangunan itu relatif
mahal.
Bangunan itu dapat disalahgunakan dengan
jalan membuka pintu bawah.
Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka
air di saluran pengarah.
Pintu Romijn
a. Pintu Romijn operasinya tidak semudah
tipe bangunan lain. Sebaiknya pintu
Romijn hanya digunakan pada jaringan
irigasi teknis yang besar di mana pintu
tersebut akan dioperasi kan dengan
benar dan mendapat pemeliharaan yang
teratur oleh Dinas Pengairan. Di daerah
irigasi perbukitan, dibutuhkan bangunan
yang lebih kuat.
Standar pintu Romijn
Pengalaman :
Ada beberapa pintu Romijn yang tidak
berfungsi diganti dengan tipe yang lain
(ambang lebar), namun pintu Romijn
difungsikan sebagai pintu sorong
I.4. Crump de Gruyter
I.5. CIPOLETTI
Keuntungan alat ukur cipoletty :
- Rumus hidrolis cukup sederhana dan cukup teliti
- Penyimpangan karena perbedaan tinggi air hulu kecil
- Pembuatan mudah dan teliti karena dikerjakan di
bengkel
- Lebar alat ukur bebas, jadi dapat dipakai untuk debit
besar
- Cukup murah harganya

Kekurangan alat ukur cipoletty :


Dibutuhkan kehilangan tinggi energi yang cukup besar
(elevasi
air hilir > 0,05 m di bawah elevasi mercu), tidak cocok
untuk daerah datar.
- Dibutuhkan kolam penenang di sebelah hulu yang
cukup dalam (P > 2 h1 , P > 0,30 m)
Alat Ukur Corongan (Pipa Sederhana)

Alat ukur corongan sebenarnya tidak dapat menjamin


ketelitian debit air yang diukur, karena sangat
terpengaruh oleh fluktuasi air di hulu dan hilir corongan.
Untuk mengurangi akibat dari fluktuasi air tersebut maka
dibuat aliran penuh dan air hilir tidak mempengaruhi
aliran (aliran mengucur).

Alat ukur corongan digunakan untuk petak-petak kecil,


luas maksimum 10 ha. Untuk petak-petak yang kurang
dari 2 ha, bangunan tidak memerlukan pintu, sedangkan
untuk petak-petak yang lebih dari 2 ha diperlukan pintu
angkat. Lebar pintu angkat yang digunakan maksimum
0,30 m. Diameter pipa minimum 0,05 m, maksimum 0,15
m.
II.BANGUNAN PENGATUR
TINGGI MUKA AIR
Jenis bangunan Pengatur Muka air :
1. Pintu skot balok
2. Pintu sorong
3. Pintu radial
4. Mercu tetap
5. Mercu type U
II.1. PINTU SKOT BALOK
Standar balok sekat
II.2. Pintu Sorong

Pintu sorong digunakan karena alasan-


alasan tertentu yaitu :
Mudah pengoperasiannya.
Debit yang dilewatkan bebas (besar /
kecil).
Ketelitian bukaan tidak terbatas.
Dapat melewatkan sedimen dengan baik.
Lebih awet dan tidak mudah hilang.
Jenis-jenis standar pintu baja
Jenis-jenis standar
pintu baja
II.3. PINTU RADIAL
II.4. MERCU TETAP
Mercu Tetap
Mercu tetap dengan bentuk bulat atau
ambang lebar adalah sering dipakai.
Pada mercu dengan ambang lebar jika
masih memenuhi H1/L < 1,0 maka dapat
dihitung seperti ketentuan pada
bangunan ukur dengan ambang lebar.
Potongan melintang mercu bulat
II.5. MERCU TYPE U
II.6. CELAH KONTROL TRAPESIUM
III. BANGUNAN BAGI DAN SADAP
Bangunan sadap
Sal sekunder Sal sekunder
Sal sekunder
IV. BANGUNAN PEMBAWA

Jenis bangunan pembawa :


1. Kelompok aliran subkritis ( gorong-gorong,
Flume, talang, sipon )
2. Kelompok aliran superkritis ( bangunan
terjun, got miring)
IV.1.GORONG-GORONG
Gorong-gorong difungsikan untuk bangunan
Persilangan ( saluran dengan jalan)
Gorong-Gorong
Ditinjau dari segi hidrulis dapat dibedakan
2 macam gorong - gorong, yaitu :
a. Gorong-gorong yang terisi penuh
(tenggelam).
b. Gorong-gorong yang tidak terisi penuh.
Sedang untuk penampang gorong-gorong
yang
sering digunakan ada 2 macam yaitu :
gorong-gorong bulat dan gorong-gorong
persegi.
TALANG DAN FLUME
IV.4. SIPON
Siphon
Perencanaan hidrolis pada bangunan
siphon air dalam keadaan tertekan harus
memperhitungkan kecepatan aliran,
kehilangan pada peralihan masuk,
kehilangan akibat gesekan, kehilangan
pada bagian siku siphon serta
kehilangan pada peralihan keluar.
Syarat-syarat umum pada perencanaan adalah :
- Diameter min 0,60 m unt memudahkan
pembersihan & inspeksi.
- Kecepatan aliran V = 1,5 - 3 m/detik.
- Bagian hulu dipasang kisi-kisi penyaring
(trashrack).
- Jika memungkinkan, pada bagian hulu dibuat
bangunan pelimpah
(spillway) dan, atau bangunan pembuang
(wasteway).
-Siphon yang lebih panjang dari 100 m, harus
dipasang
lubang periksa (man hole).
Di saluran-saluran yang besar, siphon dibuat
dengan pipa rangkap
(double barrels), guna menghindari kehilangan
sipon
Perencanaan hidrolis untuk menghitung
kehilangan tinggi energi pada siphon terdiri
dari :
a. Kehilangan masuk.
b. Kehilangan keluar.
c. Kehilangan pada sisi-kisi penyaring.
d. Kehilangan akibat gesekan.
e. Kehilangan pada bagian transisi.
IV.5. BANGUNAN TERJUN
Terjunan
Bangunan terjun dibedakan 2 bentuk
berdasarkan tinggi terjunnya :
a. Bangunan terjun tegak untuk tinggi
kurang dari 1,50 m
b. Bangunan terjun miring unt tinggi terjun
> 1,50 m
a. Bangunan Terjun Tegak
Perencanaan hidrolis bangunan
dipengaruhi oleh :
H1 = Tinggi energi di muka ambang (m)
H = Perubahan tinggi energi pada
bangunan (m)
Hd = Tinggi energi hilir pada kolam olak
b. Bangunan Terjun Miring
Persamaan yang digunakan untuk mendesain
bangunan terjun miring sama dengan
persamaan yang digunakan untuk mendesain
bangunan terjun tegak.
Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh
besaran-besaran berikut :
H1 = Tinggi energi di muka ambang (m)
H = Perubahan tinggi energi pada bangunan
(m)
Hd = Tinggi energi hilir pada kolam olak (m)
q = Debit persatuan ambang lebar (m3/det/m)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
n = Tinggi ambang pada ujung kolam olak (m)
IV.6. GOT MIRING
V. KOLAM OLAK
VI. BANGUNAN LINDUNG
CONTOH PERHITUNGAN
BANGUNAN SADAP
CONTOH REKAP PERHITUNGAN
BANGUNAN SADAP
CONTOH PERHITUNGAN
BANGUNAN TERJUN
GAMBAR TIPE
BANGUNAN TERJUN
CONTOH REKAP PERHITUNGAN
BANGUNAN TERJUN
CONTOH PERHITUNGAN
GORONG-GORONG
CONTOH REKAP PERHITUNGAN
GORONG-GORONG
TERIMA KASIH

You might also like