Balai Pelayanan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prov NAD Tujuan Mengenal faktor-faktor Genetik biologik Temperamen psikologik perkembangan pendidikan sosial budaya Yang mempengaruhi pasien dan penyakitnya Menentukan diagnosis (Multi Aksial) yang tepat Agar bersama pasien dapat melakukan terapi (obat, manipulasi lingkungan atau psikoterapi) yang komprehensif dan efektif Caranya Terapis harus menunjukan : keprihatinan, respek, empati dan kompetensi
Agar terbina rapport dan kepercayaan
Supaya pasien dapat berbicara jujur dan intim/pribadi Terapis Harus Terampil dan menguasai tehnik wawancara, agar pasien dapat mendeskripsikan : gejala-gejala, sehingga dapat dikumpulkan menjadi sindrom dan dirumuskan menjadi diagnosis (Multi Aksial) Jenis dan Teknik Wawancara
Bersifat : Umum Spesifik Misal ; mendalami tiap aspek dari evaluasi Multi Aksial Beberapa Teknik Wawancara
1. Bina rapport sedini mungkin
2. Tanya keluhan utama 3. Pertimbangkan berbagai jenis DD/sesuai urutan Hirarki 4. Singkirkan berbagai DD/itu secara cermat dan pastikan diagnosis dengan pertanyaan yang terfokus dan detail 5. Bila jawaban kabur/samar, berikan pertanyaan lebih rinci dan persisten agar jawaban pasien menjadi lebih jelas Next.
Biarkan pasien berbicara bebas untuk
mengobservasi keterpaduan buah pikirannya Beri campuran pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup Jangan takut menanyakan topik yang sukar atau yang bersifat sensitif/ pribadi/ memalukan baik bagi terapis ataupun pasien Tanyakan tentang ide bunuh diri Next..
Beri kesempatan kepada pasien untuk
bertanya pada akhir wawancara Akhiri wawancara dengan menyampaikan rasa percaya dan bila mungkin harapan Urutan dalam Wawancara O : observasi Keluhan, pernyataan, penampilan dan cara menyatakan keluhan I : interview Menyoroti setiap DD/ berdasarkan urutan Hirarki A : Assesment/ Penilaian Merumuskan sindrom D : diagnosis Multi Aksial Lama Wawancara 30 menit 1 jam (tergantung situasi) bila pasien psikotik atau menderita penyakit medik, wawancara lebih singkat Syarat Penting untuk Wawancara
Menjadi pendengar aktif dan bersifat
fleksibel sewaktu mencari data tentang pasien Mampu berempati Tidak didorong oleh sesuatu keharusan untuk mendapat riwayat penyakit atau status mental secara berurutan Dapat mendeteksi tema yang tidak disadari oleh pasien Situasi tempat duduk Kursi terapis dan pasien harus sama tinggi Membuat catatan Perlu untuk alasan medik dan hukum Membantu ingatan terapis tentang pasien Jangan dilakukan denagn cara yang mengganggu kelancaran wawancara Wawancara Selanjutnya
Tanya kepada pasien apa kesan dan
reaksinya tentang wawancara awal/ sebelumnya Beri kesempatan kepada pasien untuk menambah atau mengoreksi informasi yang telah diberikannya Dengan makin terbinanya kepercayaan kepada terapis, pasien makin berani mengungkapkan hal-hal yang lebih intim dari kehidupannya BEBERAPA SITUASI SPESIFIK Pasien dipresi berpotensi bunuh diri
Ada retardasi psikomotor dan putus asa
Perlu berempati tentang penderitaan & rasa putus asanya Tanyakan secara spesifik tentang sindrom depresinya Berikan komitment unutuk menolong pasien agar merasa lebih baik, termasuk pemberian obat dan psikoterapi Next.
Tanyakan secara detail tentang ide bunuh
dirinya Bila potensi bunuh diri besar, perlu dirawat/ dilindungi Bila pasien tidak dapat dirawat, minta pasien berjanji untuk menghubungi terapis bila pikiran bunuh diri memuncak Beri jaminan kepada pasien bahwa terapis dapat dihubungi Pasien dengan perilaku kekerasan
Mirip dengan pasien dengan bunuh diri
Tunjukan bahwa terapis dapat membantu pasien untuk mengendalikan agresinya Beri jaminan pasien dan orang lain tidak akan dicederai Bila perilaku pasien disebabkan oleh RTA yang terganggu, pasien perlu diberi obat sebelum wawancara. Next..
Pasien dengan prilaku kekerasan jangan
diwawancaari sendiri Beri jaminan kepada pasien ia boleh bicara apa saja, tapi tidak boleh berperilaku kekerasan Jangan mengkonfrontasi/menantang pasien Tanya tentang faktor presipitasi, tindakan kekerasan dimasa lampau dan di masa kanak-kanak Terima Kasih !