You are on page 1of 55

COMPOUNDING AND DISPENSING

PENGOBATAN RASIONAL

SUGIYONO, M.SC., APT


LANGKAH PENGOBATAN RASIONAL

1.
Fakta yang harus diingat:
KATEGORI PENYAKIT BERDASAR TINGKATANNYA

1. Self limiting:
FENOMENA

Dokter/apotek obat kecewa

Kenapa kecewa??
Jawabnya: iklan obat sangat gencar, sehingga
membuat asumsi masyarakat semua penyakit harus
diobati dengan obat
Selain itu industri juga pnya moto a pill for everi ill
yg artinya setiap penyakit ada pilnya/obatnya.
BENTUK INTERVENSI YANG DAPAT DIBERIKAN:

1.
THERAPEUTIC TRIAL

1. Pemberian antibiotik ketika masuk rumah sakit


2. Pemberian double AB
3. Pemberian resep antimalaria pada pasien yg
mengalami panas tinggi dan kejang di daerah
endemi malaria

RASIONALKAH???
KONSULTASI MEDIS

Perundingan antara pemberi dan penerima layanan kesehatan untuk


mencari penyebab terjadinya penyakit dan untuk menentukan cara-
cara pengobatannya.

sarana komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dimana tidak selalu


KIE mengenai penyakit tersebut membutuhkan obat (tergantung
penyakitnya) untuk sarana penyembuhan.
PENGOBATAN TIDAK RASIONAL

DISELURUH
DUNIA

50% obat yang diresepkan, dibagikan, dan dijual


tidaklah tepat. Dan sekitar 50% pasien tidak
mengonsumsi obat dalam aturan yang benar.
MENURUT WHO:

penggunaan obat berlebih kurangnya dosis pengobatan

pemberian obat tidak pada tempatnya

AKIBAT:
1. pemborosan sumber daya kesehatan,
2. peningkatan resistensi kuman
terhadap obat (untuk jenis antibiotika),
3. meningkatkan gangguan kesehatan
akibat dari efek samping obat.
Tujuan penggunaan obat di dalam klinis:

Aplikasi Penyakit/kondisi Obat


Menyembuhkan penyakit Meningitis Ampicillin
Malaria Chloroquin
Infeksi cacing Pyrantel pamoat
Mengurangi gejala penyakit Demam Paracetamol
schizophrenia Chlorpromazin
Sakit/nyeri Morphin
Mencegah penyakit/gejala Smallpox Vaksin
Caries gigi Fluoride
Memperlambat perkembangan penyakit Kanker paru Doxorubicin
Mendukung terapi utama Mengurangi Diazepam
kecemasan sebelum
operasi
Mendiagnosa suatu penyakit Kelainan thyroid Radioaktif iodin
Memperoleh efek yang lain Kontrasepsi Levonogestrol
PENYEBAB TERJADINYA PROBLEMA TERAPI OBAT

1. Terapi obat yang tidak diperlukan


a. tidak ada indikasi medis
b. kecanduan/adiktif
c. terapi non obat lebih sesuai
d. duplikasi obat
e. terapi ADR
2. Pemiliha obat yang tidak tepat
a. sediaan obat tidak sesuai
b. adanya kontraindikasi
c. obat tidak diindikasikan untuk kondisi tertentu pasien
d. adanya obat yang lebih efektif
3. Dosis subterapi/terlalu rendah
a. dosis keliru
b. frekuensi pemakaian tidak tepat
c. lama pemakaian yang tidak tepat
d. penyimpanan obat yang tidak tepat
e. rute/cara penggunaan obat yang tidak tepat
4. Interaksi obat
5. Terjadi ADR/reaksi obat yang tidak dkehendaki
a. obat tidak aman untuk pasien
b. reaksi alergi
c. pemakaian obat tidak benar
d. efek yang tidak dkehendaki
6. Dosis terlalu besar
7. Complience yang tidak terpenuhi
a. produk obat tidak tersedia
b. tidak mampu menebus obat
c. tidak dapat memakai obat
d. tidak mengerti aturan pemakaian obat
e. pasien memilih tidak memakai obat
8. Memerlukan tambahan terapi obat
a. terapi profilaktik
b. terapi sinergistik
c. kondisi pasien yang belum ditangani
Pemakaian obat yg aman efektif dan efisien serta pas dengan
kebutuhan pasien

TUJUAN : Keselamatan pasien (patient safety)


dlm proses pengobatan penyembuhan

KRITERIA : 4 T 1 W

1. Tepat indikasi,
2. Tepat pasien.
3. Tepat obat
4. Tepat Cara Pakai
WASPADA ESO
Pengambilan keputusan untuk pengobatan dipengaruhi beberapa hal
seperti yang tertera pada bagan di bawah ini :
KETERANGAN:

1. Pasien dan permasalahannya.


Dokter harus mengumpulkan data perihal perjalanan
penyakit dan pengobatan yang pernah diperoleh pasien.

2.Diagnosis:
diagnosis tepat atau akurasi tinggi. Bila tidak memungkinkan,
setidaknya ada diagnosis perkiraan untuk selanjutnya dikonfirmasi
dengan pemeriksaan penunjang (laboratorium, pemeriksaan
radiologis, dan sebagainya)
Tujuan terapi:
dipengaruhi jenis penyakit dan keparahannya. Secara garis
besar tujuan adalah kesembuhan atau berkurangnya/hilangnya
gejala/keluhan.

4. Pemilihan obat. Dilakukan dalam dua tahapan berikut:

a. Menetapkan obat yang akan dipilih dengan catatan,


hanya sebagian gangguan kesehatan yang memang
membutuhkan obat. Nasehat yang profesional juga
obat.Tidak jarang, ketika pasien tidak membutuhkan
obat, dokter tetap memberikan resep misalnya
suplemen atau imunomodulator.
b. Dari berbagai obat yang tersedia di tahap pertama di atas,
dilakukan kajian dari berbagai aspek yaitu efektivitas,
keamanan, suitability, biaya, kemudahan pemberiannya, serta
persyaratan penyimpanannya. Pada anak misalnya, sirup
tentunya lebih suitable ketimbang puyer (belum lagi bicara soal
stabilitas obat di udara tropis). Dari sisi efektivitas versus biaya,
obat generik tentunya menjadi pilihan ketimbang obat
bermerek. Ketika membutuhkan antibiotik, tentunya dipilih
yang sesuai target yang dibidik.

5. Terapi dimulai:
Dokter meresepkan obat; memberi penjelasan manfaat dan
efek samping obat serta tindakan seandainya terjadi reaksi
efek samping obat.
6. Hasil terapi:
Dokter melakukan penilaian terhadap terapi yang sudah
dilakukan agar dapat menyimpulkan hasilnya.

7. Kesimpulan terapi:
Dokter menilai tercapai tidaknya tujuan terapi. Bila tujuan
tidak/belum tercapai, dokter meninjau kembali akurasi diagnosis
serta mengevaluasikepatuhan pasien dalam menjalankan terapi.
RESEP

Pengertian Resep (Kepmenkes No.1332 th 2002)


RESEP adl permintaan tertulis dr dokter, dokter gigi atau
dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai PP
yang berlaku.
RESEP merupakan perwujudan hubungan profesi antara
dokter, apoteker dan penderita.
Menurut Permenkes No. 922 th 1993 Apotek wajib melayani
resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan.
Kertas resep

Resep dituliskan diatas suatu kertas resep. Ukuran kertas


yang ideal adalah lebar 10 12 cm dan panjang 15 18 cm.
Menurut PP kertas resep harus disimpan:
-Diatur menurut tanggal dan nomor pembuatan
-Disimpan sekurang kurangnya selama 3 tahun
Pengelolaan resep

Menurut Permenkes No.26 th 1981 Resep harus ditulis dengan


jelas dan lengkap.
Menurut Kepmenkes No. 280 th 1981 Resep harus memuat
a. Nama, alamat, dan no izin praktek dokter, dokter gigi , dan
dokter hewan dan Tanggal penulisan resep (Inscriptio)
b. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (Invocatio)
c. Nama setiap obat atau komposisi obat dan cara pembuatan
sediaan (Praescriptio)
d. Aturan pakai obat (Signatura)
e. Paraf dokter (Subscriptio)
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk
resep dokter hewan
g. Nama pasien, umur dan alamat pasien.
Keterangan lain:
resep dokter hewan hanya untuk penggunaan
hewan
Resep yang mengandung narkotik ditulis
tersendiri sesuai UU
Tanda cito, urgent, statim atau PIM (periculum
in mora) pada resep
Resep dengan tanda n.i (ne iteratur)
Tanda lain seperti prn (pro renata) dll.
Tanda iter
Skrining resep

1.
Penyiapan resep (Permenkes No.1027 th 2004)

1.
Salinan Resep/copy resep/exemplum/apograph.

Menuru KepMenkes No.280 th 1981, salinan resep adl


salinan yang dbuat oleh apotek yang selain memuat
semua keterangan yang tertulis dlm resep asli juga
harus memuat;
a.Nama dan alamat apotek
b.Nama dan SIP APA
c.paraf/tanda tangan APA
d.Tanda detur dan ne detur
e.Nomor dan tanggal pembuatan resep serta tanggal
pengambilan.
f.Nama pasien dan umur
g.Tanda PCC (pro copy conform) dan stempel apotek.
APOTEK MAWAR
SIA : 123/DKK/2004
Jl. Melati No.1 Yogyakarta
Telp. (0274)

Apoteker Pengelola Apotek : Mawar, S.F, Apt.


SP : Kp. 1.3.1234
Yogyakarta, ...........................................

SALINAN RESEP

Dari dokter : ...................................


Untuk : ...................................
Tanggal : .................................. No. :................

R/

PCC
RESEP/COPY RESEP NARKOTIK???

Dalam peraturan pelaksanaan UU No.9 tahun


1976 tentang narkotik, berlaku:
1. Resep dari luar propinsi harus mendapatkan
persetujuan dari dokter setempat
2. Copi resep yg baru diambil sebagian tdk boleh
dilayani oleh apotek lain
3. Resep tidak boleh di iterasi
Surat edaran Dirjen POM 336/E/SE/1977 tgl 4 mei
1997:
1. Apotek dilarang melayani salinan resep yg
mengandung narkotika walaupun baru dilayani
sebagian atau blm sama sekali
2. Utk resep yg baru dilayani sebagian atau blm dilayani
sama sekali, apotek bolem membuat salinan resep
tetapi salinan resep trsbt hanya boleh dilayani di
apotek yg menyimpan resep asli
3. Salinan resep/resep narkotik dengan tulisan ITER
tdk boleh dilayani sama sekali
Bahasa Latin dalam Resep

Penggunaan bahasa latin dlm resep dmaksudkan


untuk:
-penulisan nama obat
-pembuatan obat dan bentuk obat
-petunjuk dan aturan pemakaian obat, yang ditulis
dlm bentuk singkatan.
Penulisan singkatan dlm bhs indonesia sebaiknya
dihindarkan karena bs salah interpretasi.
PENYIMPANAN DAN
PEMUSNAHAN RESEP
Pasal 7, kepmenkes No.280 tahun 1981 menyebutkan:
1. APA mengatur resep yg telah dikerjakan menurut
urutan tanggal dan nomor resep dan disimpan
sekurang-kurangnya 3 tahun
2. Resep yang mengandung narkotika dipisahkan dari
resep lainny
3. Resep yang disimpan melebihi waktu yang dimaksud
dpt dimusnahkan
4. Pemusnahan resep dilakukan dgn cara dibakar atau
cara lain yg memadai oleh APA bersama petugas apotek
5. Dibuat berita acara sesuai dengan bentuk yang telah
dilakukan (rangkap 4).
Alasan penggunaan bahasa latin:

1.Bahasa latin merupakan bahasa yang mati, artinya


bahasa latin tidak dipakai lagi dlm percakan sehari-
hari. Dengan demikian bhs latin tdk tumbuh dengan
pembentukan kosakata baru.
2.Bahasa latin merupakan bhs international dalam
dunia/profesi kedokteran dan kefarmasian.
3.Dengan menggunakan bhs latin tidak akan terjadi
dualisme tentang zat/bahan apa yang dimaksud dlm
resep.
4.Dlam hal-hal tertentu, karena faktor psikologis, ada
baiknya penderita tdk perlumengetahui bahan obat
apa yang diberikan kepadanya.
Aspek Legal dan Etika mengenai Resep dan Obat

Aspek Legal
Aspek legal dlm menangani resp dan obat yang
diberikan dlm resep trcantum dlm UU dan PP.
Penekanan adl pada menjalankan praktek profesi baik
bagi dokter ataupun apoteker dlm melaksanakan
kesehatan bagi masyarakat maupun individu2.

Aspek Etika
Etika farmasi kedokteran mencakup etika kedokteran
dan etika kefarmasian yang tercantum dlm kode etik
kedokteran dan kode etik kefarmasian.
Standar etika dlm melaksanakan tugas profesi artinya
adl segala tindakan yang dilakukan adl demi
kebaikan dan kepentingan penderita dan masyarakat.
Perlu mendapatkan perhatian:
1.Etika intra-profesi: antar dokter-dokter, apoteker-
apoteker, antara sesama profesi lainnya.

2.Etika inter-profesi: antar dokter-apoteker-tenaga


profesi kesehatan lainnya.
Beberapa ilustrasi hubungan intra dan inter profesional
di dunia kedokteran dan kefarmasian adl sbb:
1.Rahasia resep
2.Dokter tidak menjual obat kepada penderita
3.Dokter tidak menyuruh penderita mengambil obatnya
ke apotek tertentu.
4.Dokter tidak menjual sampel obat kepada apotek.
5.Catatan status penderita
6.Imbalan.
7.Penulisan resep yang tidak rasional.
Ketentuan dalam menulis resep

1. Dokter bertanggungjawab terhadap resep yang ditulis


2. Resep ditulis dengan jelas dan dapat dibaca sekurang2nya oleh
petugas apotek
3. Resep ditulis dengan tinta
4. Tanggal penulisan resep ditulis dengan jelas
5. Cantumkan identitas (Anak, Nyonya, Tuan, Saudara)
6. Alamat pasien
7. Hindari penulisan angaka dalam bentuk desimal ( 500mg tidak
0,5 gram atau 100 microgram tidak 0,1 mg)
8. Obat dengan satuan unit jgn disingkat U
9. Obat dlm bentuk cairan diberikan dalam satuan ml
Problem peresepan yang irrasional

Pola pengobatan tidak rasional adalah pola pengobatan yang tidak


mengikuti kaidah pengobatan rasional.
Contoh dari penggunaan obat irasional adalah :
Polifarmasi atau pemberian obat terlalu banyak untuk jenis
penyakit ringan
Penggunaan antimikroba atau antibiotik tidak sesuai dengan
tempatnya, tidak sesuai dosisnya, dan penggunaan antibiotik untuk
infeksi non-bakteri (contoh penyakit karena virus yang sebenarnya
adalah self limiting disease atau dapat sembuh sendiri)
Penggunaan pengobatan suntikan berlebih dimana sebenarnya
pengobatan secara oral (diminum) dapat digunakan
Tidak mengikuti terapi pengobatan sesuai dengan panduan

klinis (guidelines)
Pengobatan sendiri yang tidak tepat, umumnya untuk obat
yang seharusnya dibeli dengan resep dokter, dan dikonsumsi
dengan dosis yang tidak sesuai
Pendekatan terapi obat yang rasional

Peresepan yang rasioanal meliputi: seleksi obat yang tepat


untuk pasien yang tepat, dalam jumlah yang tepat dan
diberikan pada waktu yang tepat
Pilihlah terapi yang aman, efektif, dan cost-effectivene
Beberapa hal yang yang juga perlu diperhatikan:
1. bentuk sediaan yang cocok utk pasien
2. durasi atau lama terapi harus tepat
3. monitor kemungkinan terjadinya ESO
4. hasil terapi
Pertimbangkan kembali sebelum mengambil keputusan apakah
terapi dengan obat benar2 dperlukan
Peresepan yang rasioanal: peresepan yang
mempertimbangkan keamanan, kemanjuran, kecocokan
dengan pasien dan ekonomis
1. Safety/ keamanan
setia obat mempunyai ESO. Obat dengan sedikit/kecil
ESO lebih aman.
2. Efficacy/ kemanjuran
obat yang diberikan harus dapat memberikan efek yang
maksimal dengan dosis yang dapat diterima/ layak
digunakan.
3. Appropriateness/ kesesuaian dengan pasien
obat yang digunakan oleh pasien seharusnya:
a. tidak mengganggu aktivitas pasien
b. terjangkau oleh pasien
c. memiliki BSO yang sesuai dan mudah diberikan
4. Cost-effectiveness/keefektifan biaya
Peresepan yang rasioanal harus mempertimbangkan
biaya pengobatan.
Kesan bahwa pengobatan yang mahal lebih efektif dan
banyak dipilih padahal ini tidak rasioanal.
Tetapi perlu ditegaskan juga bahwa peresepan yang cost-
effective tidak selalu peresepan yang murah dan obat
yang murah belum tentu cost-effective.
Pertimbangan dasar dalam terapi yang cost-effective
adalah memillih obat yang paling cocok dengan pasien
dan tidak berusaha mengalihkan pasien untuk
memperoleh obat yang tidak perlu atau lebih mahal.
KASUS

Sebagai contoh, rina terburu-buru membawa andi


anaknya yang berumur 1 tahun karena batuk-pilek sejak
kemarin. Ibu rina yang menemaninya sudah ribut
menuntut anaknya untuk membawa andi ke dokter.
Setelah mengantri cukup lama, akhirnya rina bertemu
dengan Dokter Spesialis Anak (DSA) andi. Rina
menjelaskan bahwa andi mengalami batuk pilek, sedikit
demam, dan tidak nafsu makan sejak kemarin. Rina
meminta obat yang paling bagus agar anaknya cepat
sembuh. Selesai memeriksa, DSA akhirnya memberikan 4
macam obat untuk andi, puyer campuran obat batuk-pilek
dan alergi, obat demam, vitamin penambah nafsu makan,
dan antibiotik, semua paten. Rina dan ibunya keluar dari
kamar periksa dengan puas.
PERLUKAH OBAT??????

Batuk, pilek, demam, diare adalah keluhan sehari-


hari yang membawa seorang pasien berobat ke
dokter. Keluhan yang sebenarnya banyak disebakan
oleh virus dan akan sembuh sendiri dalam beberapa
hari tanpa obat ini merupakan gejala yang paling
banyak mengalami polifarmasi dan penggunaan
antibiotik tidak pada tempatnya.
American Academy of Pediatrics (AAP) tidak
menyarankan pemberian obat batuk pilek pada anak
di bawah usia 2 tahun karena besarnya efek samping
yang mungkin terjadi. Obat anti batuk tidak
dianjurkan karena batuk adalah mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing
dari saluran pernapasan, termasuk diantaranya
adalah dahak atau lendir. Kenyataannya, obat batuk-
pilek belum terbukti sepenuhnya efektif untuk anak.
Lebih berbahaya lagi, risiko terjadinya overdosis obat
pada anak.
The Food and Drug Administration (FDA) menyarankan
untuk tidak mengonsumsi obat batuk-pilek pada anak
dengan usia kurang dari 2 tahun. Pemberian antibiotik
pun umumnya tidak perlu karena batuk-pilek pada anak
kebanyakan disebabkan oleh virus yang akan sembuh
sendiri. Demam pada anak memiliki arti bahwa
mekanisme tubuh anak sedang bekerja melawan kuman,
apabila tidak terlalu tinggi, tidak perlu diberikan obat
demam. Suplemen vitamin pun harus digunakan secara
hati-hati karena vitamin tersebut dapat membebani kerja
ginjal dan hati sehingga dapat mengganggu fungsi organ,
menimbulkan gangguan pembekuan darah, dan
keracunan vitamin. Suplemen pun belum tentu terbukti
efektif meningkatkan nafsu makan.
LALU APA OBATNYA?????

Penanganan untuk keluhan karena virus adalah makan


makanan bergizi, banyak minum, dan istirahat. Tubuh
sebagai ciptaan mahasempurna dari Yang Kuasa memiliki
mekanisme luar biasa untuk menghalau penyakit yang
datang ke badan. Kekebalan tubuh yang ditunjang
makanan bergizi dari luar pun membutuhkan waktu
untuk bekerja sehingga tentunya kesabaran diperlukan
sampai keluhannya membaik. Penyakit ringan memang
akan terus terjadi karena itu adalah cara alami untuk
melawan bakteri atau virus di dalam tubuh. Jadi
janganlah cepat panik dan terburu-buru mengonsumsi
obat apabila anda sakit. Meskipun obat berguna untuk
kesehatan, namun apabila digunakan sembarangan maka
akan merugikan kesehatan itu sendiri.
Dibawah ini terdapat beberapa tips untuk
menghindari resep obat irasional:

1.Pelajari penyakit-penyakit harian seperti demam, batuk


pilek, diare, dan sakit kepala. Biasakan browsing di
internet dari situs yang tepercaya, seperti Mayoclinic,
AAP, RCH, Kidshealth, CDC, WHO, BMJ, dan NEJM
2.Ketika ke dokter, pahami, tujuannya adalah
berkonsultasi, bukan sekadar meminta secarik resep.
Berdiskusilah, mintalah diagnosis dalam bahasa medis
sehingga bisa digunakan saat mencari informasi
tambahan di internet atau sumber lain, mintalah
penjelasan penyebab timbulnya masalah, diagnosis, dan
rencana penanganannya
3. Ketika diberi resep, hitung jumlah barisnya. Jika lebih
dari dua, berhati-hatilah bahwa terdapat polifarmasi
4.Tanyakan baris per baris obat ke dokter (dan farmasis),
meliputi kandungan aktifnya, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan risiko efek samping
5.Resep jangan langsung dibeli, cari informasi tambahan
mengenai obat obatan yang diresepkan. Tidak perlu
khawatir kondisi akan memburuk sebab apabila kita
berada dalam kondisi gawat darurat, tentu akan
langsung dirujuk rawat inap dengan berbagai intervensi
segera
6. Mintalah resep obat generik karena obat paten dengan
harga mahal meskipun memiliki bahan dasar yang sama
bukanlah jaminan bahwa obat tersebut lebih baik.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

You might also like