Professional Documents
Culture Documents
(PAK)
(Occupational Diseases)
Oleh:
DR.dr. Sumamur PK,MSc.,SpOk
. 1
. 2
. 3
. 4
Kecelakaan Kerja
(Pasal 1, UU No. 3 Th. 1992).
9
Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja:
sama=dengan
Penyakit akibat kerja
12
Penyakit akibat kerja:
Occupational disease
Maladie professionelle
Work-related disease
tidak termasuk/bukan
Kecelakaan Kerja 13
Work Related Disease
1. Penyebabnya multifaktor; peker-
jaan hanya salah satu faktor saja
2. Pekerjaan atau lingkungan kerja
bukan satu-satunya penyebab atau
penyebab utama
3. Penyakit dimaksud biasa terdapat
di masyarakat umum
4. Contoh: Hipertensi, rematik, diabe-
tes mellitus, penyakit jantung, dll. 14
PENYEBAB
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
1. Faktor fisik
2. Faktor kimiawi
3. Faktor biologis
4. Faktor fisiologis/faal kerja
5. Faktor mental/psikologis
15
. 16
E fek pekerjaan atau lingkungan
kerja:
I. Efek tak terdeteksi;
II. Terdeteksi, tetapi tidak
berefek buruk terhadap
kesehatan;
III. Berefek buruk terhadap
kesehatan:
-Perubahan indikator biologis;
-Penyakit tingkat dini;
-Penyakit lanjut tanpa atau17
dengan kecacatan.
EFEK BURUK
TERHADAP KESEHATAN
1. Efek yang menunjukkan penyakit secara klinis
(penyakit dini sampai dengan kecacatan berat);
2. Efek yang tidak cepat pulih dan menunjukkan
penurunan kemampuan tubuh dalam memperta-
hankan homeostasis;
3. Efek yang memudahkan kerentanan individu terha-
dap efek buruk pengaruh lingkungan pada umum-
nya;
4. Efek yang menyebabkan hasil pengukuran yang
bersangkutan berada di luar variasi normal,jika
ukuran-ukuran tsb. dipandang sebagai indikasi
dini penurunan kemampuan fungsi;
5. Efek yang menunjukkan perubahan metabolisme
dan biokimiawi. 18
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
TEGAK TIDAKNYA DIAGNOSIS
SANGAT DITENTUKAN OLEH
Metodologi Diagnosis
19
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
(Dasar untuk mempunyai hak atas Jaminan)
-Biaya pengangkutan;
-Biaya pemeriksaan, pengobatan,
dan / atau perawatan;
-Biaya rehabilitasi;
-Santunan berupa uang:santunan sementara
tidak mampu bekerja; santunan cacat sebagian untuk
selama-lamanya; santunan cacat total untuk selama-
lamanya baik fisik maupun mental; dan santunan 20
Penyakit bukan akibat kerja
tidak boleh didiagnosis sebagai
penyakit akibat kerja
SEBALIKNYA
Penyakit akibat kerja
tidak boleh didiagnosis sebagai
21
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
METODA DIAGNOSIS:
-Anamnesis tentang riwayat penyakit
dan riwayat pekerjaan;
-Pemeriksaan klinis;
-Pemeriksaan laboratoris;
-Pemeriksaan pendukung misalnya
pemeriksaan sinar tembus; 22
-Pemeriksaan tempat / ruang kerja.
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis dan Pelaporan
-Identitas;
-Anamnesis;
-Hasil pemeriksaan mental dan fisik
(status present);
-Hasil pemeriksaan lingkungan kerja
dan cara kerja;
-Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja;
-Resume;
-Kesimpulan. 23
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
-Tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban dokter;
-Atas dasar landasan legal, sosial
dan kultural;
-Profesi;
-Etika profesi.
24
Kode Etik Dokter
(Khusus bagi dokter yang praktek di perusahaan
melayani kesehatan tenaga kerja)
25
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
JENIS:
-KEPPRES No. 22 Th. 1993
-MENAKER MELALUI MEKANIS-
ME DOKTER PENASEHAT
(PERMEN No. PER/MEN/1998)
26
KEPRES. No. 22 Th.1993
(BERDASARKAN UU No. 3 TH. 1992)
27
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
(Keppres No. 22 Tahun 1993)
(Jamsostek)
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk
jaringan
parut(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis
yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat dan
ke-
matian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan(bronkhopulmoner) yang di-
sebabkan oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan(bronkhopulmoner) yang di-
sebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal(bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan
zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai
akibat penghirupan debu organik.
28
. 29
. 30
PENYAKIT AKIBAT
KERJA (Lanjutan)
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau
yang beracun.
persenyawaannya
27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,
bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk
atau residu dari zat tsb.
28. Kangker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau para-
sit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko
kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau
panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.
-INTERNATIONAL CLASSI-
FICATION OF DISEASE
36
ICD
CONTOH
Keppres No. 22 ICD
JENIS No. 1; PNEUMOKONIOSIS PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN;
J60-65
JENIS No. 6,7,9,10,12, 13 KERACUNAN LOGAM; T56-
JENIS No. 16 KERACUNAN AKIBAT PEMAPARAN
PELARUT ORGANIK DAN HALOGE-
NASI HIDROKARBON
37
PENYAKIT AKIBAT KERJA:
T ermasuk kecelakaan kerja
(UU No. 3 Th. 1992) JAMSOSTEK
KESMAS
38
PENYAKIT AKIBAT KERJA:
(DUA ASPEK)
Jaminan Kecelakaan Kerja
(UU No. 3 Th. 1992)
1. Administratif
2. Teknis
53
PENCEGAHAN PAK
Teknis:
1. Pengenalan, pengukuran, penilaian dan
koreksi terhadap faktor bahaya
2. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pra-penempatan, periodik dan khusus
3. Substitusi bahan berbahaya
4. Isolasi operasi atau proses produksi
5. Penyelenggaraan ventilasi udara ruang kerja
6. Pemakaiam alat pelindung diri
54
Manajemen
Penyakit Akibat Kerja
-Dalam rangka jaminan sosial tenaga kerja
-Sebagai komponen dari keselamatan dan
kesehatan kerja
-Penatalaksanaan medis terhadap kasus
-Sebagai bagian pelayanan kesehatan
55
KESIMPULAN:
1. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau limgkungan kerja
2. Penyakit akibat kerja sama dengan penyakit yang tim-
bul karena hubungan kerja
3. Terdapat kekhususan tertentu dalam membuat diagno-
sis penyakit akibat kerja
4. Jenis dan macam penyakit akibat kerja ditetapkan oleh
ketentuan perundang-undangan
5. Work related disease tidak termasuk penyakit akibat;
penyebabnya multifaktor; pekerjaan atau lingkungan
bukan penyebab utama
6. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat kerja
56
lebih baik dari pada upaya kuratif terhadapnya
57
Terima
Kasih!
58
Manajemen Keracunan Pb:
-Kadar normal: 100 250 mikrog./L
-Kadar < 400 mikrog./L tidak ada gejala
dan tanda keracunan
-Antara 400 dan 800 mikrog./L gejala
dan tanda keracunan ringan
-> 800 mikrog./L gejala dan tanda kera-
cunan berat;1000 mikrog./L ensefalopati
-> 600 mikrog./L hentikan pemaparan
-Pemeriksaan kesehatan 6 bulan sekali,
untuk kadar 400 mikrog./L; 2 bulan
untuk kadar > 400 mikrog./L
-Kembali ke pekerjaan kadar 400 mikrog./
59
L. Kadar udara 30 mikrog./M3