You are on page 1of 59

Penyakit Akibat Kerja

(PAK)
(Occupational Diseases)
Oleh:
DR.dr. Sumamur PK,MSc.,SpOk

. 1
. 2
. 3
. 4
Kecelakaan Kerja
(Pasal 1, UU No. 3 Th. 1992).

Kecelakaan yang terjadi


berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk
penyakit akibat kerja
5
DATA
KECELAKAAN KERJA
- 100.000 kecelakaan kerja per tahun (bisa naik atau
turun per tahunnya )
- Kerugian rata-rata Rp. 100 200 milyar per tahun
- Korban meninggal per tahun rata-rata seribu-lima
ratus sampai sekitar 2000 orang setahunnya
- 70 juta hari kerja hilang; 500 juta jam kerja hilang
(khusus tahun 2000 )

PAK SANGAT MINIM 6


TEMUAN PENELITIAN
Tahun Peneliti Jumlah sampel dan populasi Temuan
1964 Sumamur & Diperiksa 111 dari 1082 1% bisinosis dan 40%
Karimuddin tenaga kerja pemintalan keluhan pernafasan
Karimuddin & 976 tenaga kerja pertam- 0.5% silikosis (murni
Sumamur bangan atau campuran TBC paru)
1968 Sumamur 48 dari 167 penenun 8,3% mill fever
1971 Sumamur 20 tenaga kerja blowers 10% bronkhitis kronis;
dan carders 15% kelainan paru lain

1974 Sumamur 1559 tenaga kerja pabrik 4,7% bronkhitis kronis


rokok

457 tenaga kerja pabrik 5% bronkhitis kronis


beras

1978/ Sumamur & 54 pekerja pompa bensin 16,7% dermatosis akibat


1979 Susianti Wenas kerja
36 pengecer kerosen 16,7% dermatosis akibat
7
kerja; 47,2% iritasi kulit;
38,9% kerusakan lapisan
Tahun Peneliti Jumlah sampel dan populasi Temuan
1984 Sumamur 518 dari 982 tenaga kerja 7,9% timah hitam darah
pabrik aki 800 mikrogram/L atau lebih

1984/ Sumamur, 113 penyemprot hama 48,7%% kadar kolin-esterase


1985 Tjepi Aleuwi & industri perkayuan 62,5% atau kurang
Tjipto Pranowo
1984/ Sumamur, 99 petani penyemprot 6% penurunan kolin-esterase
1985 Bunandir & hama darah
Tjipto Pranowo
1986 Sugeng Budiono 347 tenaga kerja terpapar 35,7% keracunan ringan;
pestisida 20,2% keracunan sedang;
3,4% keracunan berat
1989/ Karnen Garna 250 tenaga kerja pabrik 2,8% obstruksi paru akut;
1990 Baratawidjaja tekstil; 3,2% obstruksi paru kronis

1375 tenaga kerja pabrik 24,8% bisinosis; obstruksi


tekstil paru akut 1,7% dan 0,2% kronis
1989/ Retno Widowati 230 tenaga kerja pabrik cat 0,9% dermatosis akibat kerja
1990 Subaryo 80 tenaga kerja bengkel
pengecatan mobil 2,5% dermatosis akibat kerja

4000 tenaga kerja pabrik


semen 0,2% dermatosis akibat kerja
200 tenaga kerja bangunan 3% dermatosis akibat kerja
1992/ Eddy Charles 425 tenaga kerja terpapar 10,8% restriksi paru; 2%8
Peristilahan:
(Ketiga-tiganya sama artinya)
-Penyakit yang disebabkan
karena pekerjaan atau
lingkungan kerja
-Penyakit yang timbul karena
hubungan kerja
-Penyakit akibat kerja
.

9
Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja:

Penyakit yang disebabkan


oleh pekerjaan atau ling-
kungan kerja
10
Penyakit akibat kerja:
Penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja

(PerMenakertrans No. PER.01/MEN/1981)


(KepMenaker No. KEPTS 333/MEN/1989)11
Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja

sama=dengan
Penyakit akibat kerja
12
Penyakit akibat kerja:
Occupational disease
Maladie professionelle
Work-related disease
tidak termasuk/bukan
Kecelakaan Kerja 13
Work Related Disease
1. Penyebabnya multifaktor; peker-
jaan hanya salah satu faktor saja
2. Pekerjaan atau lingkungan kerja
bukan satu-satunya penyebab atau
penyebab utama
3. Penyakit dimaksud biasa terdapat
di masyarakat umum
4. Contoh: Hipertensi, rematik, diabe-
tes mellitus, penyakit jantung, dll. 14
PENYEBAB
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
1. Faktor fisik
2. Faktor kimiawi
3. Faktor biologis
4. Faktor fisiologis/faal kerja
5. Faktor mental/psikologis
15
. 16
E fek pekerjaan atau lingkungan
kerja:
I. Efek tak terdeteksi;
II. Terdeteksi, tetapi tidak
berefek buruk terhadap
kesehatan;
III. Berefek buruk terhadap
kesehatan:
-Perubahan indikator biologis;
-Penyakit tingkat dini;
-Penyakit lanjut tanpa atau17
dengan kecacatan.
EFEK BURUK
TERHADAP KESEHATAN
1. Efek yang menunjukkan penyakit secara klinis
(penyakit dini sampai dengan kecacatan berat);
2. Efek yang tidak cepat pulih dan menunjukkan
penurunan kemampuan tubuh dalam memperta-
hankan homeostasis;
3. Efek yang memudahkan kerentanan individu terha-
dap efek buruk pengaruh lingkungan pada umum-
nya;
4. Efek yang menyebabkan hasil pengukuran yang
bersangkutan berada di luar variasi normal,jika
ukuran-ukuran tsb. dipandang sebagai indikasi
dini penurunan kemampuan fungsi;
5. Efek yang menunjukkan perubahan metabolisme
dan biokimiawi. 18
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
TEGAK TIDAKNYA DIAGNOSIS
SANGAT DITENTUKAN OLEH

Metodologi Diagnosis
19
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
(Dasar untuk mempunyai hak atas Jaminan)
-Biaya pengangkutan;
-Biaya pemeriksaan, pengobatan,
dan / atau perawatan;
-Biaya rehabilitasi;
-Santunan berupa uang:santunan sementara
tidak mampu bekerja; santunan cacat sebagian untuk
selama-lamanya; santunan cacat total untuk selama-
lamanya baik fisik maupun mental; dan santunan 20
Penyakit bukan akibat kerja
tidak boleh didiagnosis sebagai
penyakit akibat kerja

SEBALIKNYA
Penyakit akibat kerja
tidak boleh didiagnosis sebagai
21
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
METODA DIAGNOSIS:
-Anamnesis tentang riwayat penyakit
dan riwayat pekerjaan;
-Pemeriksaan klinis;
-Pemeriksaan laboratoris;
-Pemeriksaan pendukung misalnya
pemeriksaan sinar tembus; 22
-Pemeriksaan tempat / ruang kerja.
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis dan Pelaporan
-Identitas;
-Anamnesis;
-Hasil pemeriksaan mental dan fisik
(status present);
-Hasil pemeriksaan lingkungan kerja
dan cara kerja;
-Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja;
-Resume;
-Kesimpulan. 23
Penyakit akibat kerja:
Diagnosis
-Tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban dokter;
-Atas dasar landasan legal, sosial
dan kultural;
-Profesi;
-Etika profesi.
24
Kode Etik Dokter
(Khusus bagi dokter yang praktek di perusahaan
melayani kesehatan tenaga kerja)

Diagnosis atas dasar hasil pengamatan


dan pandangan yang jujur

25
PENYAKIT AKIBAT
KERJA

JENIS:
-KEPPRES No. 22 Th. 1993
-MENAKER MELALUI MEKANIS-
ME DOKTER PENASEHAT
(PERMEN No. PER/MEN/1998)
26
KEPRES. No. 22 Th.1993
(BERDASARKAN UU No. 3 TH. 1992)

- 31 JENIS PENYAKIT AKI-


BAT KERJA (FAKTOR KIMIA; FISIK;
BIOLOGIS; ERGONOMIS)
-TIAP JENIS ADALAH
KELOMPOK PENYAKIT
-JENIS KE 31 (SEMUA BAHAN KIMIA)

27
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
(Keppres No. 22 Tahun 1993)
(Jamsostek)
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk
jaringan
parut(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis
yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat dan
ke-
matian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan(bronkhopulmoner) yang di-
sebabkan oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan(bronkhopulmoner) yang di-
sebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal(bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan
zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai
akibat penghirupan debu organik.
28
. 29
. 30
PENYAKIT AKIBAT
KERJA (Lanjutan)
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau
yang beracun.
persenyawaannya

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya


yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang be-
racun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya
yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang
beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya
yang
beracun. 31
PENYAKIT AKIBAT
yang beracun. KERJA
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya
(Lanjutan)

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang


beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawa-
an hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang
beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari
benzena dan hoimolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam ni-
trat lainnya.
32
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol,(Lanjutan)
glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia
atau beracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida,
hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng,
braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanis (kelainan-kelain-
an otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf
tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang
bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetis dan radi-
asi yang mengion.
33
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
26. Penyakit kulit(dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,
kimiawi atau biologis. (Lanjutan)

27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,
bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk
atau residu dari zat tsb.
28. Kangker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau para-
sit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko
kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau
panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan


obat. 34
. 35
ICD
-KLASIFIKASI INTERNASI-
ONAL PENYAKIT

-INTERNATIONAL CLASSI-
FICATION OF DISEASE

36
ICD
CONTOH
Keppres No. 22 ICD
JENIS No. 1; PNEUMOKONIOSIS PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN;
J60-65
JENIS No. 6,7,9,10,12, 13 KERACUNAN LOGAM; T56-
JENIS No. 16 KERACUNAN AKIBAT PEMAPARAN
PELARUT ORGANIK DAN HALOGE-
NASI HIDROKARBON

JENIS No. 22 PEMAPARAN BISING; W42-


JENIS No. 26 DERMATOSIS AKIBAT KERJA; L23-24
JENIS No. 29 INFEKSI VIRUS; MIKOSIS;PENYAKIT
YANG BERKAITAN DENGAN PROTO-
ZOA DAN PARASIT

37
PENYAKIT AKIBAT KERJA:
T ermasuk kecelakaan kerja
(UU No. 3 Th. 1992) JAMSOSTEK

D iatur juga oleh UU No. 1


Th.1970 dan peraturan pelak-
sanaannya KESELAMATAN DAN KESE-

Data kesehatan umum


HATAN KERJA (K3)

KESMAS

38
PENYAKIT AKIBAT KERJA:
(DUA ASPEK)
Jaminan Kecelakaan Kerja
(UU No. 3 Th. 1992)

Pencegahan Penyakit Akibat


Kerja
(UU No. 1 Th. 1970 dan pera-
39
DETEKSI DINI
(PENYAKIT AKIBAT KERJA)

Sangat berguna baik


untuk pelaksanaan Jaminan
Kecelakaan Kerja maupun
untuk keperluan pencegahan
penyakit akibat kerja. 40
Agar terlaksana
dengan baik:
-Perlu terwujud kesepahaman dan pema-
haman secara benar ketentuan normatif;
-Kesamaan pengertian penyakit akibat
kerja dan cacat karena kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja;
-Penguasaan metoda diagnosis;
-Penguasaan tentang jenis penyakit akibat
kerja dan kecacatannya;
-Penguasaan penilaian kecacatan;
41
-Urgensi sosialisasi dan pendidikan/penyu-
Conditio sine qua non:
Kesatuan bahasa dan
kesamaan & konsistensi
tindakan:
-Dokter dan tenaga kesehatan pada
umumnya
-Dokter pemeriksa;
-Dokter yang merawat;
-Dokter penasehat;
-Pegawai pengawas ketenagakerjaan
-Pengusaha / pengurus 42
JKK: ANEKA
KETENTUAN
NORMATIF:
-Penyakit akibat kerja adalah
kecelakaan kerja (Pasal 1, UU
No. 3 Th. 1992).
-Hak menerima jaminan
(Pasal 8, UU No. 3 Th. 1992)
-Bentuk jaminan (Pasal 2,
43
JKK: ANEKA
KETENTUAN
NORMATIF:
-Cakupan jaminan (Pasal 9,
UU. No. 3 Th. 1992).
-Kewajiban melaporkan dan
melakukan pengurusan(Pasal
9, ayat 1-3,UU. No. 3 Th.1992).
-Tata cara dan bentuk laporan
(PerMen No. PER. 05/MEN/44
JKK: ANEKA
KETENTUAN
NORMATIF:
-Laporan tahap I dan tahap II;
formulir 3 dan 3a serta 3c;
dokter pemeriksa(Pasal 7, Per-
Men No. PER.05/MEN/1993).
-Penyakit akibat kerja(Keppres
No. 22 Th. 1993; PerMenaker-
trans No. Per.01/MEN/1981). 45
JKK: ANEKA
KETENTUAN
NORMATIF:
-Pegawai pengawas ketenaga-
kerjaan(Pasal 1, UU No. 3 Th.
1992).
-Dokter penasehat(PerMen No.
PER./MEN/1998).
-Perbedaan pendapat(PerMen
No. PER.05/MEN/1993). 46
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
-
(PAK)
DETEKSI
-
DINI
MANAJEMEN
PREVENTIF
47
TERAPI
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
-Pencegahan selalu lebih baik dari
pada pengobatan
-Umumnya mengurangi tingkat
pemaparan sangat menolong
-Bagi penyebab kimiawi terdapat
terapi kausal, tetapi tidak untuk
semuanya 48
PENCEGAHAN PAK:
ANEKA KETENTUAN
NORMATIF:
-Pelayanan kesehatan kerja;
-Pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, berkala dan khusus;
-Kewajiban melaporkan penyakit
akibat kerja;
-Nilai Ambang Batas faktor ling-
kungan kerja; 49
DETEKSI DINI
(PENYAKIT AKIBAT KERJA)

DETEKSI GANGGUAN MEKANISME


HOMOEOSTASI DAN KOMPENSASI
PADA WAKTU PERUBAHAN BIOKI-
MIAWI, MORFOLOGIS DAN FUNGSI-
ONAL MASIH DAPAT PULIH

SEBELUM TIMBULNYA GEJALA DAN


TANDA PENYAKIT
50
DETEKSI DINI
(PENYAKIT AKIBAT KERJA)
Contoh:
1. Aktivitas kolinesterase untuk senyawa organofosfat
2. Uji kapasitas ventilasi paru untuk bissinosis
3. Kadar timah darah pada keracunan timbal
4. Asam triklor-asetat urin bagi pemaparan triklor-etilen
5. Fenol urin untuk pemaparan benzen
6. Pemeriksaan darah untuk pengaruh bahan yang berefek
hematopoitis
7. Pemeriksaan audiometris untuk kebisingan
51
PENCEGAHAN PAK:
MONITORING
-Lingkungan
-Biologis
52
PENCEGAHAN PAK:

1. Administratif
2. Teknis
53
PENCEGAHAN PAK
Teknis:
1. Pengenalan, pengukuran, penilaian dan
koreksi terhadap faktor bahaya
2. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pra-penempatan, periodik dan khusus
3. Substitusi bahan berbahaya
4. Isolasi operasi atau proses produksi
5. Penyelenggaraan ventilasi udara ruang kerja
6. Pemakaiam alat pelindung diri
54
Manajemen
Penyakit Akibat Kerja
-Dalam rangka jaminan sosial tenaga kerja
-Sebagai komponen dari keselamatan dan
kesehatan kerja
-Penatalaksanaan medis terhadap kasus
-Sebagai bagian pelayanan kesehatan
55
KESIMPULAN:
1. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau limgkungan kerja
2. Penyakit akibat kerja sama dengan penyakit yang tim-
bul karena hubungan kerja
3. Terdapat kekhususan tertentu dalam membuat diagno-
sis penyakit akibat kerja
4. Jenis dan macam penyakit akibat kerja ditetapkan oleh
ketentuan perundang-undangan
5. Work related disease tidak termasuk penyakit akibat;
penyebabnya multifaktor; pekerjaan atau lingkungan
bukan penyebab utama
6. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat kerja
56
lebih baik dari pada upaya kuratif terhadapnya
57
Terima
Kasih!

58
Manajemen Keracunan Pb:
-Kadar normal: 100 250 mikrog./L
-Kadar < 400 mikrog./L tidak ada gejala
dan tanda keracunan
-Antara 400 dan 800 mikrog./L gejala
dan tanda keracunan ringan
-> 800 mikrog./L gejala dan tanda kera-
cunan berat;1000 mikrog./L ensefalopati
-> 600 mikrog./L hentikan pemaparan
-Pemeriksaan kesehatan 6 bulan sekali,
untuk kadar 400 mikrog./L; 2 bulan
untuk kadar > 400 mikrog./L
-Kembali ke pekerjaan kadar 400 mikrog./
59
L. Kadar udara 30 mikrog./M3

You might also like