You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KEGAWATAN


MUSCULOSKELETAL
Ns. EFENDI
Learning Objectives
Review Anfis muskuloskeletal
Mengidentifikasi tanda-tanda fraktur
Sprain
Strain
Melakukan penatalaksanaan pada klien
fraktur
REVIEW ANATOMI
MUSCULOSKELETAL
Muskuloskeletal terdiri dari kata:
Muskulo : otot
Skeletal : tulang
Muskulo atau muskular adalah jaringan
otot-otot tubuh (ilmu = Myologi).
Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka
tubuh (ilmu = Osteologi ).
Muskuloskeletal disebut juga Lokomotor
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang
bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan. Komponen utama
system musculoskeletal adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot,
tendon, ligament, bursae, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini.
Trauma Muskuloskeletal
(Sprain)
Menurut Sadoso (1995: 11-14) sprain adalah
cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling
sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.
Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain
adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya
robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena
stress berlebihan yang mendadak atau
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari
sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh
(1992: 195) membagi sprain menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma
dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan
rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa
sakit pada daerah tersebut.
Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari
ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh
serabut ligamentum yang utuh. Cedera
menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan,
pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar)
dan biasanya tidak dapat menggerakkan
persendian tersebut.
Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus,
sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian
yang bersangkutan merasa sangat sakit,
terdapat darah dalam persendian,
pembekakan, tidak dapat bergerak seperti
biasa, dan terdapat gerakangerakan yang
abnormal.
Trauma Muskuloskeletal
(Strain)
APA ITU STRAIN
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot
karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading) akibat teregang
melebihi batas normal atau robeknya otot dan
tendon (jaringan ikat/penghubungan yg kuat
yg menghubungkan otot dengan tulang atau
ekor otot) karena teregang melebihi batas
normal. Strain sering terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha), hamstrings
(otot paha bagian bawah), dan otot
quadriceps.
Derajat/Tingkat I : regangan serabut tendon dan
otot, dengan minimal. Strain pada tingkat ini tidak
ada robekan dan bersifat ringan. Misalnya strain
pada otot hamstring yang mengganggu atlit sprint.
Derajat/Tingkat II : regangan serabut tendon,
dengan robekan sebagian, bersamaan dengan
nyeri dan bengkak sehingga mempengaruhi
kekuatannya.
Derajat/Tingkat III : robekan serabut otot yang luas
dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang
putus.
PENANGANAN SEGERA
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan
yang dilakukan pada cedera tendon dan ligamentum
adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan
dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera
dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan
apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian
yang
cedera.
Trauma Muskuloskeletal
(Fraktur)
Sering terjadi, jarang
mengancam jiwa
Bisa merupakan bagian
dari multi trauma
Ingat ABC
Apa Itu Fraktur?
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
(Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari kekuatan tersebut,
keadaan tulang itu sendiri dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap (Anderson, 2005).
Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur. Empat
yang utama adalah :
1. Incomplit : Fraktur yang hanya melibatkan
bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit : Garis fraktur melibatkan seluruh
potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat
atau bergeser (bergeser dari aposisi normal).
3. Tertutup (simple) : Fraktur tidak meluas dan
tidak menyebabkan robekan pada kulit.
Mekanisme Cedera
Jatuh
KLL
Trauma olahraga
Perkelahian
Luka tusuk
Luka tembak
dll
4. Terbuka (compound) : Fragmen tulang meluas
melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang
terbagi menjadi 3 derajad :
.Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan
lunak sedikit, tidak ada tanda remuk, fraktur
sederhana atau kominutif ringan dan kontaminasi
minimal.
.Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan
lunak, tidak luas, fraktur kominutif sedang, dan
kontaminasi sedang.
.Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang
luas(struktur kulit, otot, dan neurovaskuler) serta
kontaminasi derajad tinggi (Mansjoer, 2000).
Mekanisme cedera
Mekanisme cedera
Manifestasi Klinik
Nyeri
Pembengkakan
Perubahan Warna
Deformitas
Pemendekan
Krepitus (pergeseran ujung fragmen tulang
yang fraktur)
Keterbatasan gerak sendi
Bone exspose
Perubahan posisi
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rontgen, menentukan luasnya
fraktur, trauma.
Scan tulang, juga dapat melihat kondisi
fraktur, serta dapat melihat jaringan lunak
Arteriogram, dilakukan bila dicurigai ada
kerusakan vaskuler.
Hitung darah lengkap

PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. PRIMER
. AIRWAY = JALAN NAFAS
. BREATHING = PERNAFSAN, KEMAMPUAN BERNAFAS, IRAMA
PERNAFASAN
. CIRCULATION = TAKIKARDI, BRADIKARDI, TD, MUKOSA
PUCAT, SIANOSIS PADA TAHAP LANJUT
2. SEKUNDER
. AKTIVITAS ISTIRAHAT
. SIRKULASI
. NEURO SENSORI
. KENYAMANAN
. KEAMANAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NYERI AKUT
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
GANGGUAN INTEGRITAS KULIT
RESIKO INFEKSI
RESIKO GANGGUAN PERFUSI JARINGAN
INTERVENSI UMUM
Penanganan bertujuan : mengurangi nyeri,
kecacatan, komplikasi
Penaganan pra hospital/UGD bertujuan
mengimobilisasi ekstremitas yang mengalami
cedera dengan menggunakan splint/bidal yang
sesuai
Tujuan pemasangan bidal : mencegah adanya
gerakan pada ujung tulang yang patah, serta
mencegah kerusakan lebih lanjut pada otot, saraf,
dan pembuluh darah.
NOTE : pemasangan bidal boleh dilakukan dengan
memperhatikan prinsip ABC
ALHAMDULILLAH

You might also like