You are on page 1of 29

( ANALGESIK ANTIPIRETIK )

Oleh : Kelompok 6
1.2RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa itu obat analgetik dan antipiretik.


1.2.2 Seperti apa Golongan analgetik.
1.2.3 Apa Efek samping analgetik.
1.2.4 Apa Dampak penggunaan analgetik
pada kehamilan.
1.2.5 Studi kasus penggunaan analgetik dan
antipiretik pada anak dan ibu hamil.
1.3TUJUAN
1.3.1Memahami dengan benar apa itu obat
analgetik dan antipiretik.
1.3.2 Mengetahui golongan analgetik.
1.3.3 Mengetahui Efek samping analgetik.
1.3.4 Mengetahui Dampak penggunaan
analgetik pada kehamilan.
1.3.5 Mengetahui Studi kasus penggunaan
analgetikdan antipiretik
PENGERTIAN ANALGESIK
ANTIPIRETIK
Antipiretik merupakan kandungan obat yang
dapat menurunkanpanas atau mengurangi suhu
tubuh yang tinggi. Obat jenis ini hanya bekerja
menurunkan temperatur tubuh seseorang yang
sedang tinggi atau panas dan obat ini tidak akan
berfungsi bagi orang yang suhu tubuhnya normal
Analgetik merupakan zat kandungan obat yang
dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa
perih/nyeri maupun rasa sakit tanpa
menghilangkan kesadaran dan bisa memberikan
rasa tenang bagi orang yang menderita rasa
nyeri maupun sakit.
Penggolongan Analgesik

Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi


menjadi 2 golongan yaitu :
Analgesik Nonopioid/Perifer(Non-Opioid
Analgesics)
Secara farmakologis praktis OAINS dibedakan atas
kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non
salisilat.Sebagian besar sediaansediaan golongan
OAINS non salisilat ternmasuk derivat as.
Arylalkanoat(Gilang, 2010).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik :

Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu
hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya
tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis
lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering
dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan
efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik.Asam
mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma,
sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.
ANALGESIK OPIOID/ANALGESIK
NARKOTIKA
Analgesik opioidmerupakan kelompok obat
yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin.Golongan obat ini terutama digunakan
untuk meredakan atau menghilangkan rasa
nyeri.Tetap semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ketergantungan.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
Obat yang berasal dari opium-morfin,
Senyawa semisintetik morfin, dan
Senyawa sintetik yang berefek seperti
morfin(Anonim B, 2006).
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
Metadon.
Mekanisme kerja : Kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
Indikasi : Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.
Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan, konstipasi, gangguan SSP, hipotensi ortostatik,
mual dam muntah pada dosis awal

Fentanil

Mekanisme kerja : Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.
Indikasi : Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
Efek tak diinginkan : Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.

Kodein

Mekanisme kerja : Sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin.


Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
Indikasi : Penghilang rasa nyeri minor
Efek tak diinginkan : Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.
Biasanya analgesik di golongkan menjadi beberapa
kelompok, antara lain:
Analgesik Antipiretik Contoh parasetamol,
fenasetin
Analgesik AntiInflamasi contoh ibuprofen, asam
mefenamat
Analgesik Antiinflamasi kuat contoh Aspirin,
Natrium Salisilat
Selain digolongkan berdasarkan efeknya, analgesik
juga di golongkan berdasar tempat kerjanya.
Penggolongan ini membedakan analgesik menjadi:
Analgesik Sentral yaitu analgesik yang menduduki
reseptor miu contohnya tramadol, morphine
Analgesik Perifer yaitu analgesik yang bekerja pada
saraf perifer contohnya parasetamol
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu:
Analgetik Perifer (non narkotik) Terdiri dari obat-
obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral.
Analgetik Narkotik Khusus digunakan untuk
menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker.
Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa
kelompok, yaitu: parasetamol, salisilat, (asetasol,
salisilamida, dan benorilat), penghambat
Prostaglandin (NSAID) ibuprofen, derivate-derivat
antranilat ( mefenamilat, asam niflumat glafenin,
floktafenin, derivate-derivat pirazolinon
(aminofenazon, isoprofilpenazon,
isoprofilaminofenazon), lainnya benzidamin. Obat
golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen
dan fenasetin.
Mekanisme Kerja Obat-Obat Analgesik Dan
Antipiretik
Mekanisme Kerja Obat Analgesik

Analgesik Nonopioid/Perifer(Non-Opioid Analgesics)


Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada
enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam
sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin.
Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim
COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi
pembentukan mediator nyeri .Mekanismenya tidak berbeda
dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.Efek samping yang paling
umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi
di kulit.Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan
dalam jangka waktu lama dan dosis besar(Anchy, 2011).
ANALGESIK OPIOID/ANALGESIK
NARKOTIKA
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan
dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan
analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya
telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral.
Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu
satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul
berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar
puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam
setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi
oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2
L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi
biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat
arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin
sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya,
sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45
jam)(Gilang, 2010).
2.3.2 MEKANISME KERJA OBAT
ANTIPIRETIK
Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi
non steroid (OAINS) lainnya adalah
antipiretik yang efektif. Bekerja dengan cara
menghambat produksi prostaglandin E2 di
hipotalamus anterior (yang meningkat
sebagai respon adanya pirogen
endogen)(Jumiarti, 2007).
Efek Samping Analgetik
a.Efek samping analgetik narkotik
Contohnya:
Kodein,Efek tak diinginkan: Serupa dengan
morfin, tetapi urang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis
tinggi, toksisitas seberat morfin.
Metadon,Efek tak diinginkan:Depresi
pernapasan,Konstipasi,Gangguan
SSP,Hipotensi ortostatik,Mual dam muntah
pada dosis awal
b. Efek samping analgetik non-narkotik

Ibuprofen, efek samping :Gangguan saluran cerna : dispepsia,


heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia dll,gangguan
sistem saraf : sakit kepala, pusing,gangguan pendengaran &
penglihatan : tinitus, penurunan pendengaran, gangguan penglihatan
sakit kuning, kenaikan SGOT & SGPT.Lain-lain : retensi cairan, gagal
jantung kongestif, tekanan darah meningkat, hipotensi, aritmia, reaksi
hipersenstivitas, mulut kering.

Asam mefenamat,Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul


misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-
gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal
dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama
terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya
janganlah menggunakan analgetika ini secara terus-menerus.
Morfin,efek tak diinginkan : gangguan-gangguan lambung, usus (mual,
muntah, obstipasi), juga efek-efek pusat lainnya seperti kegelisahan, sedasi,
rasa kantuk, dan perubahan suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang
lebih tinggi terjadi efek-efek yang lebih berbahaya yaitu depresi pernafasan,
tekanan darah turun, dan sirkulasi darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi
koma dan pernafasan terhenti. Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat
berupa analgesia dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah
timbul sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai
tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg) menimbulkan euforia pada penderita yang
sedang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada
orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau
takut disertai dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa
kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik
berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, ektremitas tersa berat, badan
terasa panas, muka gatal dan mulut terasa kering, depresi nafas dan miosis.
Rasa lapar hilang dan dapat muntah yang tidak selalu disertai rasa mual.
Dalam lingkungan yang tenang orang yang diberikan dosis terapi (15-20 mg)
morfin akan tertidur cepat dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat dan
miosis.

Dampak penggunaan analgetik pada kehamilan .


Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu
hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara
sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat
yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk
ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir
sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan
membahayakan bayi. Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara
umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun letal tergantung
pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh
toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin
yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat
setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika
menyebabkan terjadinya malformasi togenik ini biasanya terjadi pada
dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah
yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat
beragam sesuai dengan fase-fase berikut:

Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang


dari 3 minggu.Pada fase ini obat dapat memberi
pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika
terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan
kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan(abortus).
Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-
8 minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk
pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling
peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik).
Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan
terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula
mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula
yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal
maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya
jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase
deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah) Berbagai pengaruh
buruk yang terjadi pada fase ini antara lain: -Gangguan fungsional atau
metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian, jadi
tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan, Pengaruh letal
berupa kematian janin atau terjadinya abortus, Pengaruh sub-letal:
tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik
(struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata
teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut
dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam fase
ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-
fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.

Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini


berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya
karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan
maupun sebab-sebab yang lain.
Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang,
pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam
jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan
proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu
tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu
dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling
tepat.
STUDI KASUS PENGGUNAAN ANALGETIK DAN
ANTIPIRETIK PADA ANAK DAN IBU HAMIL
a)Pada ibu hamilmisalnya ibu mengkonsumsi Paracetamol

Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-


inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik
(menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam),
dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan.
Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian
yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada
ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik.
Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik
ringan.Parasetamol merupakan contoh obat dalam golongan
ini.Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol
(obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisa
diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex.
b)ibu hamil mengkonsumsi Antalgin

Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan
NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih
banyak bersifat analgetik. Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6
minggu terakhir.

c) Analgesik opiate

Pemakaian obat-obatan analgetika narkotik pada kelahiran kemungkinan


dapat menyebabkan terjadinya depresi respirasi pada janin yang
manifest sebagai asfiksia pada waktu lahir. Namun demikian ternyata
berdasar penelitian, morfin sendiri tanpa disertai dengan faktor-faktor
pendorong lain, baik yang berasal dari ibu atau janin, tidak secara
langsung menyebabkan asfiksia. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa obat-
obat opiate dapat dipakai begitu saja.dalam proses kelahiran. Risiko
terjadinya depresi kardiorespirasi harus selalu diperhitungkan pada
pemakaian obat-obat analgetika narkotik paada kelahiran.
d)Ibu hamil mengkonsumsi Aspirin
Aspirin menghambat sintesis prostaglandin. Ketika diberikan kepada wanita
hamil dapat menyebabkan penutupan prematur ductus arteriousus janin,
persalinan dan kelahiran tertunda, meningkatkan waktu perdarahan pada
janin maupun ibu karena efek anti plateletnya.Penggunaan aspirin yang
kronik di awal kehamilan berhubungan dengan anemia pada wanita hamil.
Aspirin terbukti menimbulkan gangguan proses tumbuh kembang janin.
Selain itu, aspirin memicu komplikasi selama kehamilan. Bahkan, kandungan
aspirin masih ditemukan dalam ASI. Tubuh bayi akan menerima 4-8% dosis
aspirin yang dikonsumsi oleh ibu. Penelitina mengatakan bahwa bayi
memilim ASI dari ibu yang mengkonsumsi aspirin berisiko untuk menderita
Reyes Syndrome yang merupakan suatu penyakit gangguan fungsi otak dan
hati. Karenanya, hindari pemakaian aspirin, terutama selama trimester tiga.

e)ibu hamil mengkonsumsi Ibuprofen


Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak
dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Kesimpulan
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri
dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.Penggunaan
obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil
harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara
sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian
obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta
sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam
sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang
dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.Antipiretik
adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi
analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.Penggunaan obat
Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara
sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin.
Saran
Untuk obat analgesik-antipiretik , dianjurkan
jangan terlalu mengkonsumsi obat ini secara
berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan
ketergantungan bagi pemakainya.
TERIMA KASIH

You might also like