Professional Documents
Culture Documents
OTOTOKSIK
PENDAHULUAN
Ototoksisitas merupakan keadaan gangguan pada telinga yang
disebabkan oleh obat atau zat kimia yang merusak telinga bagian dalam
atau saraf vestibulocochlear, yang mengirim info keseimbangan dan
pendengaran dari telinga bagian dalam ke otak.
Obat apapun yang berpotensi menyebabkan reaksi toksik terhadap
struktur dalam telinga, yang mencakup koklea, vestibulum, kanalis
semisirkularis, dan otolit, dianggap sebagai obat ototoksik.
ANATOMI TELINGA
TELINGA LUAR
Telinga luar dari auricula, meatus acusticus externus sampai membran
timpani. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang
ditutupi kulit. Auricula memiliki otot instriksi dan ektrinsik, keduanya sisarafi
oleh N. Fascialis.
Meatus acusticus externus adalah berkelok berbentuk huruf S yang
menghubungkan auricula dengan membran timpani.
1/3 bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan 2/3 bagian dalam
adalah tulang, yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh
kulit, dan 1/3 bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan
glandula seruminosa.
TELINGA TENGAH
Membran timpani atau gendang telinga adalah membran fibrosa yang
berwarna kelabu mutiara. Membran timpani berbentuk bulat dengan
diameter lebih kurang 1 cm.
Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian luar,
lapisan fibrosa di bagian tengah dimana tangkai maleus dilekatkan
dan lapisan mukosa di bagian dalam. Tulang-tulang pendengaran
(ossicula auditus) terdiri dari malleus, incus dan stapes.
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. 1/3 bagian posteriornya adalah tulang dan 2/3 bagian
anteriornya adalah kartilago.
TELINGA DALAM
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis. Koklea
melingkar seperti rumah siput. Memiliki 3 skala yaitu: skala vestibuli,
media dan timpani. Ujung koklea disebut helikotrema, menghubungkan
perilimfe skala timpani dan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling
berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak
lengkap.
VASKULARISASI TELINGA
PATOFISIOLOGI
Efek ototoksik diuretik nampaknya berhubungan dengan stria vaskularis
yang dipengaruhi oleh perubahan gradien ion antara perilimfe dan
endolimfe edema pada epitel stria vaskularis terjadi perubahan
potensial pada endolimfe potensial endolimfe menurun.
Namun, ini biasnya tergantung dosis dan bersifat reversible
4. Obat Anti inflamasi
Salisilat termasuk aspirin dapat mengakibatkan tuli sensorineural berfrekuensi
tinggi dan tinitus. Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin
digunakan secara luas sebagai anti inflamasi, antipiretik, dan analgetik. Aspirin
adalah suatu penghambat agregasi platelet dan digunakan pada pasien dengan
riwayat stroke, angina atau infrak jantung
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan Penunjang:
Pemerisaan awal, jika memungkinkan, harus konprehensif. Pada ambang minimun
bilateral konduksi udara nada murni pada frekuensi audiometri standar 0,25-8 KHz
Grade Ototoksik menurut CTCAE (The National Cancer Institute Common
Terminology Criteria Adverse Event)
Grade 1 : Perubahan / kehilangan ambang batas dengar 15-25 dB
Grade 2 : Perubahan / kehilangan ambang batas dengar > 25-90 dB
Grade 3: Indikasi hearing aid (>20 dB bilateral HL pada speech
frequencies,>30 dB unilateral HL)
Grade 4: Indikasi implant koklea dan perlu latihan melihat bahasa bibir.
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk ototoksik, hal ini yang membuat
riwayat pasien terpapar obat ototoksik menjadi hal yang penting,. Pemeriksaan
audiometri nada tinggi memperlihatkan kehilangan nada tinggi
PENATALAKSANAAN
Tuli yang diakibatkan Apabila ketulian sudah
oleh obat-obat ototoksik tidak terjadi dapat dicoba melakukan
dapat diobati. Bila pada waktu rehabilitasi antara lain dengan alat
pemberian obat-obat ototoksik Bantu dengar (ABD), psikoterapi,
terjadi gangguan pada telinga auditory training, termasuk cara
dalam dapat diketahui secara menggunakan sisa pendengaran
audiometrik, maka pengobatan dengan alat bantu dengar, belajar
dengan obat-obatan tersebut komunikasi total dengan belajar
harus segera dihentikan. membaca bahasa isyarat.
PENCEGAHAN
Berhubung tidak ada pengobatan untuk tuli akibat obat ototoksik, maka pencegahan
menjadi lebih penting. Dalam melakukan pencegahan ini termasuk mempertimbangkan
penggunaan obat-obat ototoksik, menilai kerentanan pasien,monitoring ketat level obat dalam
serum dan fungsi ginjal harus baik sebelum, selama dan setelah terapi.
Pada pasien-pasien yang telah mulai menunjukkan gejala tersebut diatas harus dilakukan
evaluasi audiologik dan segera menghentikan pengobatan dan baiknya antibiotik yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran
PROGNOSIS