You are on page 1of 29

BAGIAN BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2016


UNIVERSITAS
PATTIMURA

ATRESIA INTESTINUM

Oleh
Vito Oeibisono
2010-83-023

Pembimbing
dr. Ubaidillah.Sp.B
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DR.M. HAULUSSY AMBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
1 AMBON
2016
ANATOMI DUODENUM
Merupakan bagian terpendek
dari usus halus, berbentuk
huruf C yang melingkari
caput pankreas
Berawal dari bulboduodenale
dan berakhir pada
duodenojejunal junction
(ligamentum Treitz)
Merupakan organ retro
peritoneal, tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput
peritoneum
2
Vaskularisasi pada duodenum diperdarahi
oleh arteria pancreaticoduodenalis
superior (cabang dari arteri
gastroduodenalis) pada setengah bagian
atas duodenum.
Sedangkan setengah bagian bawah
diperdarahi oleh arteria
pancreaticoduodenalis inferior, cabang
arteri mesenterica superior.
Adapun persarafan pada duodenum berasal
dari saraf simpatis dan parasimpatis
(vagus) dari plexus coeliacus dan plexus
3
mesentericus superior.
ATRESIA DUODENUM

4
DEFINISI
Atresia duodenum adalah kondisi dimana
duodenum tidak berkembang baik. Pada
kondisi ini deodenum bisa mengalami
penyempitan secara komplit sehingga
menghalangi jalannya makanan dari
lambung menuju usus untuk mengalami
proses absorbsi. Apabila penyempitan usus
terjadi secara parsial, maka kondisi ini
disebut dengan doudenal stenosis

5
EPIDEMIOLOGI
Insiden atresia duodenum adalah 1 per
500010.000 kelahiran. Obstruksi
duodenum kongenital intrinsik merupakan
dua pertiga dari keseluruhan obstruksi
duodenal kongenital (atresia duodenal
4060%, duodenal web 3545%, pankreas
anular 1030%, stenosis duodenum
720%).

6
ETIOLOGI
Kelainan bawaan yang penyebabnya belum
diketahui secara jelas
Kelainan pengembangan embrionik saat masih
dalam kehamilan.
Kerusakan usus halus terjadi karena suplai darah
yang rendah pada masa kehamilan sehingga
menyempit dan obstruksi.

7
PATOFISIOLOGI
Ada faktor intrinsik serta ekstrinsik yang
diduga menyebabkan terjadinya atresia
duodenal.
Faktor intrinsik
yang diduga menyebabkan terjadinya
anomali ini karena kegagalan rekanalisasi
lumen usus.
Diameter lumen dpt kecil sekali atau besar,
mendekati diameter lumen normal.

8
Faktor ekstrinsik
Kondisi ini disebabkan karena gangguan
perkembangan struktur sekitarnya, seperti
pankreas. Atresia duodenum berkaitan
dengan pankreas anular.

9
Tipe atresia duodenum
Jaringan mukosa utuh atau intak yg
terbentuk dari mukosa dan submukosa.
Dari luar tampak perbedaan diameter
proksimal dan distal. Lambung dan
duodenum proksimal atresia mengalami
dilatasi

10
Tipe atresia duodenum
Ujung buntu duodenum dihubungkan oleh pita
jar ikat

11
Tipe atresia duodenum
Dua ujung buntu duodenum terpisah tanpa
hubungan pita jaringan ikat

12
MANIFESTASI KLINIS
Tanda obstruksi intestinal letak tinggi.
Atresia duodenum ditandai dengan onset
muntah dalam beberapa jam pertama
setelah lahir.
Muntah terus-menerus meskipun bayi
dipuasakan selama beberapa jam
muntahan tampak biliosa atau non biliosa.
abdomen scaphoid.

13
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. FOTO POLOS ABDOMEN
2. USG
3. CT SCAN
4. MRI

14
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos abdomen posisi AP dan lateral


15
yang memperlihatkan gambaran the double-
bubble sign pada atresia duodenum
Pada pemeriksaan
USG pada janin
tampak gaster (S)
dan duodenum ( D )
terisi cairan

16
17
Pictured (right) is a
MRI of a fetus with
duodenal atresia.
The "double
bubble" sign is
indicated with
arrows. Increased
amniotic fluid also
is seen, and it is
consistent with
polyhydramnios
and intestinal
18 obstruction.
Duodenal atresia in a 35-week-old fetus. Coronal
single-shot fast spin-echo MR image shows
dilatation of the stomach (top arrow) and the
proximal portion of the duodenum (bottom arrow),
19 producing a double bubble appearance
PENATALAKSANAAN

20
Penatalaksanaan Preoperatif
Dekomresi dgn NGT,
Isap udara cairan, mencegah muntah dan
aspirasi.
Resusitasi cairan dan elektrolit, koreksi
asam basa, hiponatremia dan hipokalemia.
Pembedahan elektif pada pagi hari
berikutnya.

21
Penatalaksanaan Intraoperatif
Tipe I
Dilakukan insisi pada dinding duodenum dan
melakukan eksisi pada jaringan lalu
melakukan penjahitan pada bekas insisi

22
Tipe II
Dilakukan duodenoduodenostomy.

The atretic segment of duodenum is removed and


the two ends sutured together

23
Tipe III
Dilakukan A duodenoduodenostomy atau
gastrojejunostomy

The atretic segment is


bypassed by creating an
opening between the
stomach and jejunum

24
Tidak dilakukan reseksi bagian atresia, krn
dapat terjadi pemotongan ampula vateri
dan saluran Wirsungi.

25
Penatalaksanaan Postoperatif
Observasi NICU
Pemberian nutrisi parenteral via
anastomotic tube dan iv
Antibioik
Analgesic

26
27
komplikasi
Dehidrasi
Refluks gastroesofageal
Perforasi
Megaduodenum

28
TERIMA KASIH

29

You might also like