You are on page 1of 31

Oleh :

ASUHAN KEPERAWATAN Febriani Fitria


Rizky Miftaqul
PADA PASIEN FRAKTUR Jannah
DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah


terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa, trauma
yang menyebabkan tulang patah,
dapat berupa trauma langsung dan
dapat berupa trauma tidak langsung
(Hoppenfield dalam Reni, 2012)
ETIOLOGI
Etiologi fraktur (Wahid dalam Rohmat, 2015) :
o Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
o Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan
o Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.
KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara klinis fraktur dibagi
menjadi 2 (Greene dalam Indah, 2012) :
o Fraktur tertutup
Yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau
fragmen tulang tidak menembus kulit.
o Fraktur terbuka
Yaitu fraktur dengan luka pada kulit sehingga terdapat
hubungan antar fragmen tulang dengan dunia luar.
LANJUTAN.....
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat :
Derajat I : laserasi < 1 cm, kerusakan jaringan lunak
sedikit, tidak ada tanda luka remuk dan luka relatif
bersih.
Derajat II : laserasi > 1cm tetapi lebih kecil dari 10 cm,
tidak ada kerusakan dari periosteum dan kontaminasi
ringan.
Derajat III :
Derajat III A : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas >
10 cm, kontaminasi hebat, fraktur komunitif, segmental.
Derajat III B : terjadi kerusakan jaringan lunak, periosteum
sampai struktur otot.
Derajat III C : terjadi kerusakan neurovaskuler pada area
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari fraktur antara lain (Wahid dalam
Rohmat, 2015) :
o Deformitas
o Bengkak atau edema
o Echimosis (memar)
o Spasme otot
o Nyeri
o Kurang atau hilangnya sensasi
o Krepitasi
o Pergerakan abnormal
o Rontgen abnormal
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan fraktur ( Wahid dalam Rohmat, 2015)

Fraktur Terbuka

Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi


oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8
jam (Golden Period). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan
:
Pembersihan luka
Eksisi jaringan mati atau debridement
Hecting situasi
Antibiotik
LANJUTAN....
o Reduksi atau manipulasi atau reposisi

Reduksi tertutup, dilakukan dengan


mengembalikan fragmen tulang keposisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah
fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna
dalam membentuk pin, kawat, sekrup, plat
paku atau batangan logam digunakan untuk
mempertahankan fragme tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang.
LANJUTAN....
o Retensi atau imobilisasi
Upaya dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimal.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan
teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam
dapat digunakan untuk fiksasi interna yang
berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur
o Rehabilitasi
KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur ( Muttaqin dalam Rohmat 2015) :
1. Komplikasi awal
o. Kerusakan arteri
o. Sindrome kompartmen,
o. Fat Embolism Syndrome (FES)
o. Infeksi.
o. Nekrosis avaskuler
o. Syok
LANJUTAN...
2.Komplikasi lama
.Delayed union. Delayed union merupakan kegagalan
fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini terjadi
karena suplai darah ke tulang menurun.
.Non-union. Non-union adalah fraktur yang tidak
sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat infeksi, tetapi dapat juga
terjadi bersama-sama infeksi yang disebut infected
pseudoarthosis.
.Mal-union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh
pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
berbentuk angulasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Tn. B usia 18 tahun di bawa ke RS Pelita Harapan setelah
terjatuh dari sepeda, terlihat lengan bawah bagian kiri Tn. B
sedikit bengkak sehingga bentuknya jadi tidak simetris
dengan lengan bawah sebelah kanan , Tn. B terlihat
meringis menahan sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan :
Kesadaran : Apatis
TD : 130/90
RR : 24x/menit
Nadi : 97x/menit
Suhu : 37, 9oC
LANJUTAN...
CRT :

3 detik 2 detik
2 detik 2 detik

Skala Nyeri : 6
P : Nyeri terasa terus menerus, nyeri bertambah apabila
digunakan untuk bergerak dan juga ketika menerima sentuhan
dan sedikit berkurang apabila tidak digerakkan.
Q : Nyeri seperti di tusuk
R : Nyeri hanya pada area yang bengkak
S : rentang skala nyeri 6
T : Nyeri nyeri terus menerus
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 18 thn
Agama : Islam
Alamat : Jl Kamboja
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Waktu/tgl MRS : 13.00/17-04-2017
LANJUTAN....
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri hebat pada lengan bawah bagian kiri

Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn. B Sepulang sekolah pulang dengan mengendarai sepeda
roda duanya, ketika di jalan Tn. B tidak terlalu fokus
mengendarai sepedanya karena tangan sebelah kanannya
sedang memainkan smartphonenya, kemudian Tn. B tidak
sengaja tersandung oleh batu yang membuat Tn. B dan
sepedanya kehilangan keseimbangan yang mengakibatkan Tn. B
jatuh kesebelah kiri, beberapa orang yang melihat kejadian
tersebut menghampiri Tn. B, kemudian ia berusaha bangkit
tetapi tangan sebelah kirinya terasa sangat sakit, dan terlihat
mulai membengkak, Tn. B terlihat mulai cemas, kemudian orang
yang membantu Tn. B jatuh itu membawanya ke RS terdekat.
LANJUTAN....
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya Tn. B tidak pernah masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit keluarga


Klien mengatakan didalam keluarganya tidak terdapat
penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus,
atau asma serta tidak ada pula yang menderita penyakit
menular seperti hepatitis, tbc, dan lain-lain.
PENGKAJIAN PRIMER
Airway :
Tidak terdapat obstruksi jalan nafas.
Breathing :
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tidak ada penggunaan sternokleidomastoid
RR : 24x/menit
Circulation :
Pasien cemas, N : 97x/menit, Td : 130/90.
CRT

3 detik 2 detik
2 detik 2 detik
LANJUTAN...
Disability :
Kesadaran pasien komposmentis
GCS 3 4 5
Pada lengan kiri nyeri apabila di gerakan
Skala Nyeri : 6
Kekuatan otot :

3 5
5 5

Exposure
Terdapat bengkak pada lengan kiri bawah
Suhu 37,9o C
PENGKAJIAN SEKUNDER
Keadaan Umum :
Kesadaran : Apatis
TD : 130/90
RR : 24x/menit
Nadi : 97x/menit
Suhu : 37, 9oC
Skala Nyeri : 6
P : Nyeri terasa terus menerus, nyeri bertambah apabila digunakan
untuk bergerak dan juga ketika menerima sentuhan dan sedikit
berkurang apabila tidak digerakkan.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri hanya pada area yang bengkak
S : rentang skala nyeri 6
T : Nyeri nyeri terus menerus
LANJUTAN...
Pemeriksaan Head to toe
Kepala
Inspeksi : Penyebaran rambut merata, rambut rapi, tidak
terdapat luka
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi : Konjungtiva merah muda.
Hidung
Inspeksi : Tidak ada cuping hidung, tidak ada secret
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Mulut dan Bibir
Inspeksi : Tidak ada sianosis, membrane mukosa kering.
LANJUTAN...
Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen, kedua tlinga simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesar vena jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Pekak pada batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi nafas vesikuler, BJ1 BJ2 tunggal
LANJUTAN...
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pembesaran hepar (-)
Perkusi:

Timpani Pekak
Timpani Timpani
LANJUTAN....
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Bengkak pada lengan bawah bagian kiri
Palpasi : Akral hangat, nyeri pada saat diberi sentuhan
pada lengan bawah kiri
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak ada oedem
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, akral hangat.
NS. DIAGNOSIS :
Nyeri Akut
(NANDA-I)
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
DEFINITION: dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
dapat diprediksi dan berlangsung < 6 bulan
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi(mis.berjalan mondar mandir,mencari orang lain dan
atau aktivitas lain)
Mengekspresikan perilaku(mis.gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
Masker wajah(mis.mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
DEFINING
berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
CHARACTERISTICS
Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri
Fokus menyempit(mis.gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan intereaksi dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbal
RELATED Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologi)
FACTORS:
ASSESSM Subjective data entry Objective data entry
ENT
Pasien mengeluh nyeri Kesadaran : Apatis
pada lengan kiri bawah TD : 130/90
RR : 24x/menit
Nadi : 97x/menit
Suhu : 37, 9oC
Skala Nyeri : 6
P : Nyeri terasa terus menerus, nyeri bertambah
apabila digunakan untuk bergerak dan juga ketika
menerima sentuhan dan sedikit berkurang apabila
tidak digerakkan.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri hanya pada area yang bengkak
S : rentang skala nyeri 6
T : Nyeri nyeri terus menerus
GCS : 3 4 5
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi pernapasan
Masker wajah(mis.mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada
satu fokus, meringis)
DIAGNOSIS Ns. Diagnosis (Specify):
Client Nyeri Akut
Diagnostic
Statement:

Related to:
Nyeri Akut berhubungan dengan
cedera fisik
INTERVENSI
KRITERIA INTERVENSION REASON OUTCOME
HASIL
Posisi semi fowler Untuk Pernafasan lancar
A mempelancar
(Airway) penafasan

Pemasangan nasal Mensuport udara Pernafasan pasien adekuat
kanul 3 Liter/menit yang masuk ke
B dalam paru
(Breathing)
Pemantauan TTV Untuk memantau Pasien dapat menunjukkan
C tanda vital pasien keadaan volume cairan
(circulation) dalam batas normal dengan tanda
normal tekanan darah,nadi
,pernafasam dalam batas
normal.
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100 x/menit
RR : 12-20 x/menit
S : 36C
Pemantauan nadi Untuk memantau
dan juga perfusi perfusi pada area Tidak ada gangguan perfusi
(CRT) pada area fraktur
sekitar luka
LANJUTAN..
Pemeriksaan Untuk Pasien sadar penuh
D Kesadaran mengetahui
(Disability) kesadaran
Fiksasi/imobilisas pasien Mencegah kerusakan
i lengan kiri lebih lanjut
bawah Untuk
mempertahank
an/menahan
fragmen yang Nyeri berkurang
Pemberian fraktur
analgesik
Untuk Masalah pada bagian
mengatasi dalam diketahui
Lakukan nyeri pada
pemeriksaan pasien
radiologi
Untuk
mengetahui
apakah ada
IMPLEMENTASI
Tgl jam Tindakan Tanda tangan
17/04/17 13.15 WIB A (airway)
1. Pemberian posisi semifowler
17/04/17 13.20 B (breathing)
WIB 1. Memasang O2 Nasal kanul = 3 liter /mnt
17/04/17 13.30 C (circulation)
WIB 1. Melakukan observasi TTV :
TD : 130/90
RR : 24x/menit
Nadi : 97x/menit
Suhu : 37, 9oC
Skala Nyeri : 6
P : Nyeri terasa terus menerus, nyeri bertambah
apabila digunakan untuk bergerak dan juga
ketika menerima sentuhan dan sedikit berkurang
apabila tidak digerakkan.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri hanya pada area yang bengkak
S : rentang skala nyeri 6
T : Nyeri nyeri terus menerus

17/04/17 14.00 D (disability)


WIB 1. Memantau kesadaran pasien
2. Memfiksasi/mengimobilisasi area luka dengan
membalut bidai.
3. Memberikan analgesik (ketorolac)
4. Melakukan pemeriksaan radiologi pada area luka
EVALUASI
KRITERIA EVALUASI RENCANA
HASIL
A 1. Posisi semifowler 1. Tindakan
(airway) Dapat mengurangi sesak pasien dilanjutkan
B 1. Pemberian O2 nasal kanul 3 liter/mnt dapat 1. Pemberian
(breathing) mengurangi sesak nafas pasien. support O2
diteruskan
C 1. Pemantauan pada tanda-tanda vital klien setiap jam. 1. Tindakan
pemantauan
(circulation) TTV di teruskan

D 1. Kesadaran pasien dalam kondisi sadar penuh 1. Lanjutkan
(disability) 2. Setelah dilakukan imobilisasi keadaan pasien pemantauan
menjadi lebih aman. kesadaran
3. Pemberian analgesik (ketorolac) mampu membuat 2. Lanjutkan
nyeri berkurang, skala nyeri menjadi 5 imobilisasi
4. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan bahwa sampai akan
terjadi patah tulang pada tulang ulna dan mengalami dilakukan
dislokasi tindakan
selanjutnya.
3. Lanjutkan
pemberian
analgesik
4. Lakukan
kolaborasi
dengan Dokter
spesialis
TERIMAKASIH

You might also like