You are on page 1of 41

FORMULASI DAN EVALUASI

SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI


HIJAU (Abelmoschus manihot
DENGAN METODE GRANULASI BASAH

WONG YI SHAN 260110152008


CHU YUAN SHAN 260110152009
NURAIN BALQIS 260110152011
LOLINDAH CHIN 260110152018
PREFORMULASI
Langkah awal untuk mengembangkan bentuk sediaan
obat yang berkualitas dan rational.

Definisi : pemeriksaan dan karakterisasi sifat-sifat fisika


dan kimia senyawa obat dan kombinasinya dengan
eksipien (excipient compatibility)

Tujuan : untuk memperoleh informasi/data yang sangat


bermanfaat bagi formulator dalam mendesain bentuk
sediaan yang stabil dan memiliki bioavailability yang
baik dan dapat diproduksi secara massal.
Sifat fisika dan kimia yang penting dalam
studi preformulasi :
1.Sifat Organoleptik
2.Kemurnian (Purity)
3.Ukuran, bentuk dan luas permukaan
Partikel
4.Kelarutan
5.Laju Disolusi
6.Bentuk kristal dan polimorfisme
7.Stabilitas
8.Parameters yang mempengaruhi proses
absorpsi
Sifat organoleptik meliputi, warna,
bau dan rasa
Warna Bau Rasa

Putih Tajam Asam


Krim Bau seperti buah Pahit
Kecoklatan Aromatis Kuat
Mengkilat Tak berbau Manis
Tak berasa
Kemurnian (Purity)

a) Kimiawi (impurities lain, logam dan amin


aromatis)
b) Fisika (bentuk kristal yg berbeda)

Teknik karakterisasi kemurnian

a) Kimiawi: titik lebur, Spektofotometri,


kromatografi
b) Fisika : titik lebur, DSC, TGA dan difraksi
sinar-X
Ukuran, bentuk dan luas permukaan
Partikel
Berbagai sifat fisika kimia, dan biofarmasetis senyawa
obat dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan bentuk
partikel

Ex. Bioavailibility griseopulvin dan fenasetin


berkorelasi dengan distribusi ukuran partikel
Finely
particle Bioavaila
Poorly Dissoluti
bility
soluble on rate
meningk
drugs limiting
at
step
Ukuran partikel juga berperanan dalam homogenitas
senyawa aktif tablet.

Jika perbedaan ukuran partikel antara bahan aktif dan


eksipien eksipien terlalu besar , maka akan mudah
mengalami pemishan (demixing ) selama proses
produksi.

Partikel yang terlalu halus (finely) : efek electrostatik


dan sifat alir rendah.

Stabilitas dan reaktivitas : fine particle lebih sensitif


Kelarutan

Biopharmaceutics
Classsfication System
Class Solubility Permeability

I High High
II Low High
III High Low
IV Low Low

BCS II dan IV adalah obat-obat dissolution rate


limited step
Skema Disolusi dan Absorpsi Senyawa Obat dari sediaan
padat
Laju disolusi senyawa obat dijelaskan dengan
persamaan Noyes-Whitney yang telah
dimodifikasi (Wuster dan Taylor, 1965):

dC = DA(Cs Ct)
dt h

D = koefisien difusi, h = ketebalan lapisan difusi pada antar muka padat-cair, A = luas
permukaan senyawa obat yang terpapar medium disolusi, V = volume medium disolusi,
Cs = konsentrasi larutan jenuh zat terlarut dalam medium disolusi pada temperatur
percobaan dan Ct = konsentrasi zat terlarut pada waktu t dan dC/dt = laju disolusi.
Bentuk kristal dan polimorfisme

Kebanyakan padatan farmasi dapat berada


dalam lebih dari satu bentuk kristal dengan
susunan kisi kisi kristal yang berbeda
(polimorfisme).

Bentuk kristal yang berbeda : polimorf.

Terminologi : A, B , I, II, III, , , ...


Padatan yang mengandung molekul pelarut
dalam kisi-kisi kristal : Solvat
(pseudopolimorf).
Kloramfenikol palmitat : form A dan B, form B
lebih besar bioavailability . Biavailability
campuran A dan B, berbanding lurus dengan
jumlah Form B. ( Aguiar et al., J.Pharm Sci.
56, 847 (1967) ).

Fasa kristalin obat akan mempengaruhi laju


penguraian. Ex. Aztreonam, antibiotik mono
baktam, berada dlm bentuk (jarum) dan
(sferis). Stabilitas pada kelembaban tinggi
(37 C/75 % RH) , bentuk mudah mengalami
hidrolisis -laktam dg waktu paruh 6 jam,
bentuk stabil selama bbrp tahun.
Transformasi polimorfik dapat terjadi
selama proses produksi sediaan padat :

1.Grinding
2.Granulasi
3.Pengeringan
4.Compression

Digoxin, spironolakton dan estradiol mengalami


transformasi selama grinding.
Fenilbutazon : grinding dan compression,
granulasi dpt menyebabkan terbentuknya solvat.
Proses drying dpt menyebabkan anhidratasi dan
amorf form.
Stabilitas

Excipient compatibility :

Tablet : luas permukaan kontak sangat


besar antara masing-masing excipient. Shg
dpt mempengaruhi stabilitas obat (zat aktif).

Teknik penentuan :

1.Kromatografi (HPLC, TLC)


2.Analisa thermal DSC dan DTA
Parameter yg mempengaruhi proses
absorpsi :

1.Koefisien partisi
2.Konstanta ionisasi
Absorpsi obat melalui peroral melalui 2 proses
: dissolution ,kemudian diikuti dengan
transport padatan yang terlarut (molekul)
melintasi membran saluran cerna menuju
sirkulasi sistemik.
Laju disolusi dpt dimodifikasi dg pendekatan
fisika , sedangkan laju absorpsi dg molekular
modification.
Komponen Formulasi Sediaan Tablet
Hampir 90 % sediaan yang beredar dipasaran adalah
bentuk sediaan padat yang meliputi tablet dan
kapsul.
Keuntungan :
1. Nyaman digunakan
2. Tersedia berbagai tipe sediaan tablet (lepas
cepat/lambat)
3. Tablet dapat didesain untuk melepaskan zat aktif bagian
tertentu pada GIT utk mengurangi efek samping,
meningkatkan absorpsi dan mencapai efek lokal (ex.
Ulcerative colitis).
4. Tablet dapat mengandung lebih dr satu zat aktif, selain
itu pelepasan masing-masing zat aktif dapat secara
efektif dikendalikan.
5. Zat aktif yg berasa pahit lebih mudah ditutupi dengan
sediaan tablet.
6. Tablet secara umum murah harganya
7. Sediaan tablet mudah diberi tanda identifikasi produk
Keterbatasan :

1. Manufaktur sediaan tablet memerlukan serangkaian


unit operasi dan kemungkinan ada peningkatan
kehilangan produk pd setiap tahap pd proses
manufaktur.

2. Absorpsi zat aktif tergantung pada faktor-faktor


fisiologis ex. Laju pengosongan lambung

3. Sifat compression beberapa zat aktif yang tidak baik,


shg menyebabkab masalah pada proses manufaktur

4. Pemakaian sediaan tablet thd kelompok pasien


tertentu, ex. Anak-anak dan lansia, menimbulkan
masalah krn kesulitan menelan.
Pertimbangan pemilihan eksipien :

1.Ketercampuran dengan bahan aktif


. bbrp eksipient memiliki gugus fungsi yg dapat
berinteraksi dg zat aktif dan mempercepat
degradasi.

2.Pengaruhnya thd efektivitas


. eksipient dpt mengubah pola pelepasan (ex.
Binder yang kuat dpt memperlambat hancurnya
tablet.).

3. Biaya formulasi
Eksipien yang digunakan dalam manufaktur
sediaan tablet
Pemilihan eksipien pd manufaktur sediaan tablet
tergantung kpd metode/teknik manufaktur yang
digunakan .

Secara umum tipe-tipe eksipien yg digunakan dalam


sediaan tablet konvensional :
1. Diluent/filler
2. Binders
3. Disintegrant
4. Lubricants
5. Glidants
6. Dan lain-lain
Diluent/filler (pengisi)

Diluent berfungsi untuk meningkatkan massa sediaan tablet


yang mengandung zat aktif dgn kadar yg rendah, shg proses
manufaktur berjalan dgn baik dan reprodusibel.

Diluent hrs menunjukkan sifat kompressi yg baik dan


murah harganya.
Contoh bahan diluent tablet :
Laktosa anhidrat
Laktosa monohidrat
Laktosa spray dried
Pati
Mikrokristalin selulosa
mannitol
Laktosa anhidrat : mengandung laktosa murni atau campuran
laktosa (70-80 %) dan 20-30 % laktosa anhidrat. Merupakan
padatan kristalin, bisanya digunakan dlm proses manufaktur
granulasi basah dan kering.

Laktosa monohidrat : mengandung laktosa monohidrat,


selain bersifat kristalin, ada bagian amorf.
Laktosa spray dried : campuran kristalin laktosa monohidrat
(80-90 %) dan 10-20 % laktosa amorf, yg dibuat dg teknik
spray drying suspensi laktosa monohidrat. Digunakan untuk
manufaktur tablet cetak langsung.

Pati : suatu polisakarida yg mengandung amilose dan


amilopektin, selain sebagai diluent jg berfungsi sebagai
binder dan disintegrant dlm formulasi tablet. Pati
termodifikasi (ex. Pragelatinasi) memiliki sifat alir yang baik.

MCC: mikrokristalin selulosa , serbuk kristalin yang


diperoleh dengan hidrolisis asam sellulosa secara
terkendali. Grade MCC : avicel pH 101 (serbuk) dan pH
102(granul). Jg dpt berfungsi sbg binder dan disintegrant.
Manitol : poliol yang lazim digunakan sbg diluent dalam
sediaan tablet, terutama untuk tablet kunyah, krn rasa
manisnya yg khas dan sensasi dingin.
Binder
Binder biasanya komponen polimerik yang di gunakan dlm
produksi sediaan dengan metode granulasi basah.

Binder dapat ditambahkan sebagai larutan atau dlm keadaan


padat ke dlm campuran serbuk massa cetak .
Disintegrant
Fungsi : untuk mempercepat hancur tablet memjadi granul dlm GIT.
Persyaratan waktu hancur tablet sangat penting : untuk tablet
konvensional hrs sudah hancur dlm waktu 15 menit.

Mekanisme kerja disintegrant dalam formulasi tablet :


1.Meningkatkan porositas dan wettability (keterbasahan) tablet. Shg
cairan GIT akan mudah menembus matriks tablet, mempercepat hancurnya
tablet . Ex. Pati, MCC dan sodium starch glycolate
2.Disintegrant dapat swelling (mengembang) dengan adanya cairan GIT,
shg meningkatkan tekanan internal dalam matrik tablet. Ex. Disintegrant
polimer hidrofilik, crosscarmellosa sodium, crospovidone dan pati
pragelatinasi.
3.Pembentukan gas pada saat tablet berkontak dengan cairan GIT (tablet
Lubricant

Selama proses compressi lubrikan bertindak sebagai


antarmuka antara permukaan ruang cetak (die) dan
permukaan tablet, dan mengurangi gesekan pada
antarmuka selama proses ejeksi tablet dr ruang cetak.

Lubrikan yg kurang akan menyebabkan tablet bintik-


bintik, krn sulit terlepas dr perm ruang cetak.

Shg dpt menyebabkan batch sediaan tablet ditolak


Ada dua kategori lubrikan :

1. Lubrikan yg tidak larut :


Lubrikan ini ditambahkan pada proses pencampuran
terakhir sebelum compressi.
konsentrasi > memperlama waktu hancur dan
disolusi
konsentrasi < menyebabkan tablet cacat

.Selain itu lama pencampuran dan ukuran partikel jg


pengaruh : pencampuran disintegrant dgn lubrikan
sebaiknya dihindari krn dpt membentuk lap tipis

.Lubrikan pada perm disintegrant : mengurangi


wettability .

ex. Magnesium stearat, asam stearat,


2.Lubrikan yang larut :
Lubrikan ini terutama digunakan untuk mengatasi
efek-efek yang merugikan lubrikan yg tidak larut
thd disintegrasi dan disolusi tablet.

Ex. PEG , Na lauril sulfat, polioksi etilen stearat.


Glidants

Glidants berfungsi untuk memperbaiki sifatt aliran


serbuk/granul dr hopper menuju ruang cetak (die) dalam
proses pencetakan tablet.
Glidant mengurangi friksi antara granul/serbuk dan
permukaan hopper dan die krn kemampuan partikel
glidants teradsorpsi pada permukaan partikel/granul .
Syarat nya : ukuran partikel glidants harus halus.
Glidants bersifat hidrofobik , akan mempengaruhi
disintegrasi dan disolusi tablet.

Contoh glidants : talkum dan colloidal silicon


dioksida
Excipient lain yang digunakan dalam
formulasi tablet :
Selain excipient yg utama , ada bbrp excipient yg jg sering
digunakan :

1. Adsorbent
adsorbent dibutuhkan jika formulasi tablet
mengandung bahan cair atau semi solid . Bahan
cair atau semisolid akan diadsorpsi pada
komponent padat (diluent) selama proses
pencampuran .
Contoh adsorbent : Magnesium oksida/carbonat dan
kaolin/bentonite
2. Pemanis (sweetening agents)
pemanis dan flavor berfungsi mengatur rasa dan
akseptabilitas sediaan tablet . Zat ini penting jk tablet
mengandung obat yg berasa pahit atau utk tablet
kunyah .
3. Pewarna
Berfungsi utk memperbaiki penampilan atau utk
identifikasi sediaan tablet.

4. Zat aktif permukaan (surface aktive agent)

Berfungsi memperbaiki sifat keterbasahan tablet yg


hidrofobik, shg akan
Meningkatkan kec. Hancurnya tablet. Selain itu
surfaktan akan meningkatkan laju disolusi obat-obat
yg sukar larut dlm GIT.

Salah satu surfaktan yg populer digunakan adalah Na


lauril sulfat
FORMULA SEDIAAN
FUNGSI TIAP ZAT YANG DIGUNAKAN
Ekstrak Daun Gedi zat aktif
Larutan Gelatin - pengikat
Amilum manihot - penghancur
Mg stearat - lubrikan
Talk - pelincin
Laktosa - pengisi
PEMBUATAN TABLET
(GRANULASI BASAH)
Larutan Ekstrak
Daun Gedi
Larutan Gelatin
10%
10 g serbuk gelatin dibiarkan
mengembang dalam 100 mL air
selanjutnya larutan dipanaskan

Pembuatan
granul
Ekstrak, laktosa dan amilum (pengembang dalam)
dimasukkan ke dalam lumpang, digerus sampai
homogen, ditambahkan larutan gelatin sedikit demi
sedikit sambil digerus.
Granul dikeringkan pada suhu 40C dalam oven.
Kemudian diayak.
Lalu ditimbang dan ditambahkan mg stearat, talk dan
amilum (pengembang luar)
Uji evaluasi
granul
Uji Sudut Diam
Uji Waktu Alir
Pembuatan
Tablet

Tablet yang akan dibuat berbentuk bulat dengan


berat 270 mg per tablet.
Mesin pencetak tablet disiapkan selanjutnya massa
granul yang telah diuji dimasukkan ke dalam mesin
pencetak tablet.
Tablet dicetak
Evaluasi
Tablet
Uji Keseragaman Bobot
Uji Keseragaman Ukuran
Uji Kekerasan Tablet
Uji Friabilitas atau Kerapuhan
Uji Waktu Hancur
EVALUASI TABLET

EVALUASI GRANUL EVALUASI TABLET


Uji Sudut Diam Uji Keseragaman Bobot
Uji Waktu Alir Uji Keseragaman Ukuran
Uji Kekerasan Tablet
Uji Friabilitas atau Kerapuhan
Uji Waktu Hancur
HASIL EVALUASI GRANUL
WAKTU ALIR

SUDUT DIAM
HASIL EVALUASI TABLET

Sebab tidak memenuhi syarat:


- Kekerasan tablet : Kemungkinan disebabkan pengikat dan bahan-bahan lain yang tidak
tercampur rata ataupun kurangnya konsentrasi pengikat dalam formulasi. Semakin besar
konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat maka semakin tinggi kekerasan tablet yang
dihasilkan
- Kerapuhan tablet : Perbedaan persen kerapuhan dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Dari hasil
kekerasan tablet didapat hasil tidak cukup untuk memenuhi persyaratan kekerasan tablet yang
menyebabkan kerapuhan tablet juga tidak memenuhi syarat. Semakin besar kekerasan tablet
KESIMPULAN
Ekstrak daun Gedi hijau (Abelmoschus manihot) dapat
diformulasikan menjadi sediaan tablet menggunakan bahan
pengikat gelatin dengan metode granulasi basah.

Dari hasil evaluasi, tablet ekstrak daun Gedi hijau (Abelmoschus


manihot) hanya memenuhi syarat masingmasing untuk uji
keseragaman bobot, keseragaman ukuran, waktu hancur dan tidak
memenuhi syarat untuk uji kekerasan tablet dan kerapuhan tablet.
Dengan demikian, tablet ekstrak daun Gedi hijau (Abelmoschus
manihot) yang dibuat tidak memenuhi syarat berdasarkan
Farmakope Indonesia.

You might also like