You are on page 1of 96

Dokterku Pilih Kasih

Pemicu 1
Etika & Hukum Kedokteran
Maxi
Learning Objectives
1. MM kaidah dasar bioetika.
2. MM kode etik kedokteran.
3. MM hak dan kewajiban dokter & pasien.
4. MM surat keterangan dokter dan sanksi atas
pelanggarannya.
5. MM rekam medis.
6. MM sumpah dokter.
7. MM peraturan perundang-undangan lain.
MM kaidah dasar bioetika.

LO 1
Kaidah Dasar Bioetika
Beneficence (berbuat baik)
Kewajiban berbuat baik terhadap manusia dan masyarakat
Nonmaleficence (tidak merugikan)
Kewajiban tidak menimbulkan mudarat ( first do no harm)
Menghormati otonomi pasien
Otonomi : menghormati hak orang untuk mengambil keputusan
dan tentang dirinya sendiri
Berkata jujur (truth telling)
Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas)
Menjaga kepercayaan, memenuhi kewajiban, menepati janji ,
dsb
Berlaku adil (justice)
Keadilan sosial : tidak membedakan latar belakang orang
Keadilan distributif : didistributifkan sumberdaya kesehatan
secara adil
Berlaku fair
Beneficence
Kewajiban untuk melakukan yang baik
terhadap manusia. Asas ini adalah substansi
pertama dalam Sumpah Hipokrates (460-377
SM). Saya akan menerapkan aturan tentang
makanan untuk kebaikan orang sakit menurut
kemampuan dan penilaian saya; saya akan
menjauhkan mereka dari cidera dan
ketidakadilan.
Beneficence
Beauchamp & Childress (filsuf-filsuf
kontemporer) menerjemahkan asas
beneficence ini untuk pelayanan pasien
sebagai :
Kewajiban mencegah hal yang buruk (evil) atau
cidera (harm)
Kewajiban menghilangkan hal yang buruk atau
cidera
Kewajiban melakukan atau meningkatkan yang
baik pada pasien
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban
untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan
keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
Nonmaleficence
Kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk
atau merugikan terhadap manusia. Asas ini juga sudah
ada dalam Sumpah Hippokrates, Saya akan menjaga
mereka terhadap bahaya dan ketidakadilan.
Asas ini adalah pelengkap asas pertama tadi
(beneficence).
Nonmaleficence adalah kewajiban untuk tidak
menimbulkan mudarat.
Asas ini diungkapkan juga dalam bahasa latin sebagai
primum non nocere (pertama-tama tidak berbuat
salah).
Nonmaleficence
Beauchamp & Childress menerjemahkan asas
nonmaleficence ini untuk pelayanan pasien sebagai :
kewajiban untuk tidak menimbulkan cidera atau hal yang
buruk pada pasien.
Asas beneficence & nonmaleficence untuk pelayanan
pasien, sebenarnya 2 hal yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya bertujuan melakukan yang baik yang sekaligus
tentu berarti mencegah atau menghilangkan yang buruk
dan cidera pada pasien.
Dalam ajaran Islam, 2 asas itu selalu disebut dalam 1
kalimat : Amar maruf (beneficence) nahi mungkar
(nonmaleficence)
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
Menghormati Otonomi Pasien
Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri
dalam hal-hal yang menyangkut diri sendiri.
Hak otonomi pasien adalah hak pasien untuk
mengambil keputusan dan menentukan
sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan
malahan secara ekstrim tentang kematiannya.
Berlawanan dengan budaya tradisional
Hippokrates, di mana dokter yang
menentukan yang paling baik untuk pasien.
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Keadilan (Justice)
Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia;
setiap orang berhak untuk mendapat
pelayanan kesehatan yang adil, karena
kesehatan adalah hak yang sama bagi setiap
warga negara. Hak ini dijamin dalam
amandemen UUD 1945.
Keadilan dalam pelayanan kesehatan berarti
perlakuan yang sama pada kasus yang sama,
tanpa melihat latar belakang seseorang.
Keadilan (Justice)
Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia, asas keadilan
terungkap sbb : Saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam
menunaikan kewajiban terhadap penderita.
Keadilan dalam lafal sumpah di atas adalah bersikap
fair dalam hubungan dokter pasien.
Keadilan dapat juga berarti keadilan distributif, yaitu
keadilan dalam distribusi sumber daya kesehatan
antara 1 daerah dan daerah lain.
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Kaidah Dasar Bioetika yang Terdapat
pada KODEKI
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien,
setelah memperoleh persetujuan pasien.
KDB : autonomi.
Pasal 7C
Seorang dokter harus menghormati hak-hak
pasien, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
KDB : autonomi, justice.
Kaidah Dasar Bioetika yang Terdapat
pada KODEKI
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas guna
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk
kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien ke dokter
yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
KDB : beneficence, non-maleficence, autonomi, justice.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada
pasien agar senantiasa dapat berhubungan denga keluarga
dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
KDB : autonomi.
Kaidah Dasar Bioetika yang Terdapat
pada KODEKI
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya terhadap seorang pasien, bahkan setelah
pasien meninggal dunia.
KDB : autonomi.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
KDB : beneficence, non-maleficence.
Prima Facie
Sebagai dokter kita mempunyai kewajiban
prima facie yang terdiri atas empat kaidah
dasar moral.
Dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang
dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah
dasar etik ter-absah sesuai konteksnya
berdasarkan data atau situasi konkrit
terabsah.
The Prima Facie
The four principles referred to here are non-
hierarchical, meaning no one principle routinely
trumps another
Yet, when two or more principles apply, we may find
that they are in conflict
In other words, in the face of no other competing
claims, we have a duty to uphold each of these
principles (a prima facie duty).
However, in the actual situation, we must balance the
demands of these principles by determining which
carries more weight in the particular case
A moral person's actual duty is determined by weighing
and balancing all competing prima facie duties in any
particular case (Frankena, 1973)
MM kode etik kedokteran.

LO 2
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat
berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau
penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien
dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.
MM hak dan kewajiban dokter & pasien.

LO 3
Hak Dokter
Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 50.
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya, dan
d. menerima imbalan jasa.
Kewajiban Dokter
Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
pasal 51.
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya;
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran / kedokteran gigi
Hak Pasien
Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 52.
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak:
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (3);
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis;
d. Menolak tindakan medis; dan
e. Mendapatkan isi rekam medis.
Kewajiban Pasien
Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 53.
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai kewajiban :
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter
gigi;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan; dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.
MM surat keterangan dokter dan sanksi atas pelanggarannya.

LO 4
Surat Keterangan Dokter
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter
kadang kalanya harus menerbitkan surat-surat
keterangan dokter.
Pedomannya antara lain:
Bab I Pasal 7 KODEKI, Setiap dokter hanya memberikan
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Bab II Pasal 12 KODEKI, Setiap dokter wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien
bahkan juga setelah pasien meninggal dunia.
Paragraph 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang praktik
Kedokteran.
Jenis Surat Keterangan Dokter
Surat Keterangan lahir Surat Keterangan Cuti
Surat Keterangan Hamil
Meninggal Surat Keterangan Ibu
Surat Keterangan Sehat hamil, bepergian
Surat Keterangan Sakit dengann pesawat udara
Surat Keterangan Cacat Visum et Repertum
Surat Keterangan Laporan Penyakit
Pelayanan Medis untuk Menular
penggantian biaya dari Kuitansi
asuransi kesehatan
Surat Keterangan Lahir
SK kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam)
lahirnya bayi, kelamin, BB dan nama orang tua.
Diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh
karena sering adanya permintaan khusus dari pasien.
Hal yang sering menjadi masalah:
Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen donor
(Arteficial Insemination by Donor = AID)
Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau
sel maninya berasal dari donor (In vitro Fertilization by
Donor)
Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami
Ketiga hal diatas bertentangan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia.
Surat Keterangan Meninggal
Surat keterangan untuk keperluan
penguburan, perlu dicantumkan identitas
jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya.
Hal yang perlu diisi:
Sebab kematian sesuai dengan pengetahuan
dokter.
Lamanya menderita sakit hingga meninggal dunia.
Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar
negeri maka adanya kematian karena penyakit
menular harus diperhatikan.
Surat Keterangan Sehat
A. Untuk Asuransi Jiwa
Dalam menulis laporan pengujian kesehatan untuk asuransi jiwa,
perlu diperhatikan agar:
Laporan dokter harus objektif.
Jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih atau pernah
menjadi pasien sendiri untuk menghindari timbulnya kesukaran.
Jangan memberitahukan kesimpulan hasil pemeriksaan medik kepada
pasien, langsung kepada perusahaan asuransi itu sendiri.
Dokter selaku ahli, bukan orang kepercayaan perusahaan asuransi
kesehatan.
Pemeriksaan oleh dokter yang dipilih pasien pada dasarnya untuk
kepentingan pihak asuransi oleh karena sebagai dokter penguji
kesehatan tersebut, dokter wajib memberitahukan kepada
perusahaan tentang segala sesuatu yang ia ketahui dari orang yang
kesehatannya diuji. Dapat terjebak melanggar wajib simpan rahasia
jabatan.
Surat Keterangan Sehat
B. Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM)
Perlu diperhatikan oleh karena pengendara atau
faktor manusia merupakan faktor utama
penyebab kecelakaan lalu lintas.

C. Untuk Nikah
Selain pemeriksaan medis, dokter juga harus
memberikan edukasi reproduksi dan pendidikan
seks kepada pasangan calon suami-istri.
Surat Keterangan Sakit untuk Istirahat
Seorang dokter harus waspada terhadap
kemungkinan simulasi atau agravasi pada
waktu memberikan keterangan mengenai cuti
sakit seorang karyawan. Ada kalanya cuti sakit
disalahgunakan untuk tujuan lain.
Surat keterangan cuti sakit palsu dapat
menyebabkan seorang dokter dituntut
menurut pasal 263 dan 267 KUHP.
SURAT KETERANGAN SURAT KETERANGAN
CACAT CUTI HAMIL
Sangat erat hubungannya Hak cuti hamil seorang ibu
dengan besarnya adalah 3 bulan, yaitu sekitar
tunjangan atau pensiun 1 bulan sebelum dan 2 bulan
setelah persalinan.
yang akan diterima oleh
Tujuan : agar si ibu cukup
pekerja, yang tergantung
istirahat dan mempersiapkan
kepada keterangan dokter dirinya dalam menghadapi
tentang sifat cacatnya. proses persalinan, dan mulai
kerja kembali setelah masa
nifas.
Surat Keterangan Penggantian Biaya
dari Asuransi Kesehatan
Informasi Dasar: Identitas pasien dan
perwalian (bila diperlukan), hasil rekam medik
oleh dokter.
Diisi dan digabungkan dengan formulir claim
asuransi.
Surat Keterangan Ibu Hamil bepergian
dengan Pesawat Udara
Sesuai dengan ketentuan internasional
Aviation, Ibu hamil tidak dibenarkan
bepergian dengan pesawat udara, jika
mengalami :
hiperemesis atau emesis gravidarum.
hamil dengan komplikasi ( perdarahan, preeklamsi
dsb ).
hamil >36 minggu.
hamil dengan penyakit-penyakit lain yang
beresiko.
VISUM et REPERTUM
Visum et repertum (VeR) adalah surat keterangan yang
dikeluarkan oleh dokter untuk penyidik dan
pengadilan.
VeR mempunyai daya bukti dan alat bukti yang sah
dalam perkara pidana.
Kasus Pemerkosaan
Kesulitan jika korban dikirim terlambat karena hasil
pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan sebenarnya
Bedah mayat kedokteran kehakiman
Harus objektif tanpa pengaruh dari mereka yang
berkepentingan dalam perkara. Keterangan dibuat dengan
istilah yang mudah dipahami, berdasarkan apa yang dilihat
dan ditemukan, sehingga tidak berulang kali dipanggil ke
pengadilan untuk dimintakan keterangan tambahan.
Laporan penyakit menular
Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang
wabah.
Kepentingan umum yang diutamakan.
Pasal 50 KUHP : Tiada boleh dihukum barang
siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan aturan undang-undang.
Kuitansi
Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak
menimbulkan masalah apabila sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari
perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.
Contoh malpraktik etik dan malpraktik kriminil :
perusahaan hanya mengganti 50% biaya pengobatan,
pasien minta dibuatkan kuitansi sebesar 2 kali imbalan jasa
yang diterima dokter,
pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan
dengan sisa imbalan dibagi 50-50% antara dokter dan
pasien,
Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari
luar kota ke tempat berobat dimasukkan dalam kuitansi
berobat (built in), sedangkan dokter tidak menerima
bagian dari biaya pengangkutan tersebut.
Sanksi Hukum
Penyimpangan Pembuatan Surat Keterangan

Pasal 267 KUHP: Pasal 179 KUHAP:


1. Seorang dokter yang dengan sengaja 1. Setiap orang yang diminta
memberikan surat keterangan palsu pendapatnya sebagai ahli
tentang ada atau tidaknya penyakit, kedokteran kehakiman atau dokter
kelemahan, atau cacat diancam atau ahli alinnya wajib
dengan hukuman penjara paling memberikan keterangan ahli demi
lama empat tahun. keadilan.
2. Jika keterangan diberikan dengan 2. Semua ketentuan tersebut di atas
maksud untuk memasukkan untuk saksi berlaku juga bagi
seseorang dalam rumah sakit gila mereka yang memberikan
atau untuk menahannya disitu,
dijatuhkan hukuman penjara paling keterangan ahli, dengan ketentuan
lama delapan tahun enam bulan. bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan
3. Diancam dengan pidana yang sama, memberikan keterangan yang
barang siapa dengann sengaja sebaik-baiknya dan sebenar-
memberikan surat keterangan palsu
itu seolah-olah isinya sesuai dengan benarnya menurut pengetahuan
kebenaran. dalam bidang keahliannya.
MM rekam medis.

LO 5
Rekam Medis
Definisi menurut Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 :
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
Definisi menurut IDI : rekaman dalam bentuk tulisan atau
gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan medik / kesehatan kepada seorang pasien.
Penyelenggaran rekam medis diatur dalam Permenkes
No.269/Menkes/Per/III/2008.
Manfaat :
Pengobatan pasien
Peningkatan kualitas pelayanan
Pendidikan dan penelitian
Pembiayaan
Statistik kesehatan
Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik
Bab II: Jenis dan isi rekam medis
Pasal 2
(1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap dan jelas atau secara elektronik
(2) Penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informatika diatur lebih
lanjut dengan peraturan tersendiri
Bab III: Tata Cara Penyelenggaraan
Bab IV: Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Kerahasiaan
Bab V: Kepemilikan, Pemanfaatan, dan Tanggung Jawab
Bab VI: Pengorganisasian
Pasal 15
Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai
dengan organisasi & tata kerja sarana pelayanan
kesehatan
Bab VII: Pembinaan dan Pengawasan
MM sumpah dokter.

LO 6
Sumpah Dokter
Sumpah dokter : pernyataan yang diucapkan secara
resmi oleh seorang dokter baru dengan bersaksi
kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci, bahwa
ia bertekad teguh akan menjalankan profesi dokter
sebaik-baiknya sesuai dengan hakikat, martabat, dan
tujuan luhur profesi itu.
Sumpah dokter juga bisa diartikan sebagai
pengikraran kontrak sosial dimana dokter mengikat
diri untuk menjalankan profesi pelayanannya dengan
sebaik-baiknya kepada umat manusia dengan dasar
kaidah-kaidah moral dan etika.
Kontrak sosial ini berlaku sepanjang hidup.
Sumpah Dokter
Pengambilan sumpah dokter merupakan saat yang sangat
penting artinya bagi seorang dokter berikrar bahwa
dalam mengamalkan profesinya, ia akan selalu
mendasarkannya dengan kesanggupan yang telah
diucapkannya sebagai sumpah.
Untuk yang beragama Islam, "Demi Allah saya bersumpah".
Untuk penganut agama lain mengucapkan lafal yang
diharuskan sesuai yang ditentukan oleh agama masing-
masing. Sesudah itu lafal sumpah di ucapkan secara
bersama-sama oleh semua peserta pengambilan sumpah.
Sumpah dokter yang dilafalkan pertama kali dan satu-
satunya seumur hidup di fakultas/sekolah kedokteran
setelah memperoleh ijazah merupakan sumpah promisoris
karena berisi janji publik dokter untuk mengawali praktik
kedokteran sebagai pengabdian profesinya.
Sumpah Dokter
Yang wajib mengambil sumpah :
Semua dokter Indonesia lulusan pendidikan dalam
negeri maupun luar negeri wajib mengambil sumpah
dokter.
Mahasiswa asing yang belajar di Perguruan Tinggi
Kedokteran Indonesia juga diharuskan mengambil sumpah
dokter Indonesia.
Dokter asing tidak harus diambil sumpahnya karena tamu,
ia menjadi tanggung jawab instansi yang
memperkerjakannya.
Dokter asing yang memberi pelayanan langsung kepada
masyarakat Indonesia, harus tunduk pada KODEKI.
Sumpah Dokter Indonesia
Lafal sumpah dokter Indonesia sesuai dengan
PP No. 26 tahun 1960 diperbaharui dengan SK
Menkes RI No. 434/Menkes/SK/X/1983.
Sumpah dokter Indonesia berdasarkan
Sumpah Hippocrates dan Deklarasi Jenewa
dari WMA 1948.
Sumpah Dokter Indonesia
DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat
dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai
dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur profesi kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sessuatu yang saya ketahui karena
keprofesiaan saya.
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun
diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan.
SK Menkes No. 434/SK/X/1983
Sumpah Dokter Indonesia (lanjutan)
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit
dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara
sekandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya..

SK Menkes No. 434/SK/X/1983


Sumpah Hippokrates
Dibagi menjadi 2 bagian
1. Bagian pertama sumpah demi dewa-dewa dan dewi
dewi dari mitologi yunani kuno tentang kewajiban seorang
(mantan) murid terhadap guru (yang dianggap orang tua
sendiri) dan keluarga gurunya. Serta kewajiban seorang
(mantan) murid tentang pengalihan ilmu pengobatan
tanpa bayaran atau janji apapun jika mereka kehendaki
kepada putera-putera gurunya dan putera-puteranya
sendiri, serta kepada murid-murid laki laki yang sudah
menandatangani perjanjian dan telah mengucapkan
sumpah, dan tidak kepada siapapun juga diluar itu.
2. Bagian kedua berisikan tentang etika medisnya sendiri.
Sumpah Hippokrates
Sumpah Hippokrates
NASKAH SUMPAH HIPPOKRATES ASAS ETIKA MEDIS

Saya akan menetapkan peraturan diet untuk orang yang sakit sesuai Asas berbuat baik (beneficence)
dengan dan penilaian saya; saya akan menjaga mereka terhadap cidera - Asas tidak menimbulkan
dan ketidakadilan mudharat (non maleficence)

Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun jika
diminta, saya juga tidak akan mengajukan saran tentang itu.
Asas menghormati hidup
Demikian juga sya tidak akan memberikan kepada perempuan obat untuk
manusia
terjadinya keguguran. Dalam kemurnian dan kesucian saya akan menjaga
hidup dan seni saya

Saya tidak akan menggunakan pisau, juga tidak pada penderita batu, tapi
Asas menyadari keterbatasan
saya menarik diri dan menyerahkan pekerjaan kepada orang orang yang
diri sendiri
memang biasa melakukannya

Dirumah manapun saya berkunjung, saya datang untuk kebaikan yang


sakit, menjauhkan diri dari semua ketidakadilan yang disengaja, dari
Asas beneficence, berakhlak dan
semua perbuatan jahat dan khusus hubungan kelamin dengan
berbudi luhur
perempuan maupun laki laki, apakah mereka orang orang bebas atau
budak belian

Apapun yang saya lihat atau dengar selama menjalankan pengobatan


malahan di itu berhubungan dengan hidup orang yang dengan alasan Asas menjaga kerahasiaan
apapun tidak boleh diumumkan, akan saya simpan untuk saya sendiri pasien (asas konfidensialitas)
karena hal-hal seperti itum memalukan untuk dibicarakan
Deklarasi Geneva 1948
Pada saat diterima sebagai anggota profesi kedokteran saya bersumpah bahwa :
Dengan hikmat saya berjanji untuk mendarmabaktikan hidup saya untuk
melayani kedokteran.
Saya akan menghormati dan menghargai guru-guru saya sebagaimana mestinya.
Saya akan menjalankan profesi saya dengan penuh kesadaran dan kehormatan.
Kesehatan pasien saya adalah pertimbangan utama saya.
Saya akan menghormati rahasia-rahasia yang dipercayakan kepada saya, bahkan
sampai setelah pasien meninggal.
Saya akan menjaga sedapat-dapatnya, kehormatan dan tradisi kemuliaan profesi
medis.
Kolega saya adalah saudara saya.
Saya tidak akan membiarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat agama,
bangsa, ras, partai politik atau status sosial mempengaruhi dalam tugas dan
pasien saya.
Saya akan menjaga setinggi-tingginya kehidupan manusia sejak permulaan,
walaupun dalam keadaan terancam, dan saya tidak akan menggunakan
pengetahuan kedokteran saya berlawanan dengan hukum-hukum kemanusiaan.
Saya mengatakan janji ini dengan segenap kesungguhan tanpa paksaan dan
dengan segala hormat saya.
MM peraturan perundang-undangan lain.

LO 7
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
mengenai registrasi dokter pasal 29 dapat dirangkum :
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Persyaratan untuk memperoleh STR :
memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi
spesialis;
mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter
atau dokter gigi;
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
memiliki sertifikat kompetensi; dan
membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi
STR ini berlaku selama 5 tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 tahun
sekali dengan tetap memenuhi persyaratan yaitu memiliki surat
keterangan sehat fisik dan mental serta memiliki sertifikat
kompetensi.
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
mengenai registrasi dokter pasal 30 dapat dirangkum :
Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan
praktik kedokteran di Indonesia harus dilakukan evaluasi, meliputi:
kesahan ijazah;
kemampuan untuk melakukan praktik kedokteran yang
dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program
adaptasi dan sertifikat kompetensi;
mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
dokter atau dokter gigi;
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Selain itu, dokter dan dokter gigi warga negara asing juga harus
melengkapi surat izin kerja dan kemampuan berbahasa Indonesia.
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai registrasi dokter pasal 31 dapat
dirangkum :
STR sementara dapat diberikan kepada dokter dan
dokter gigi warga negara asing yang melakukan
kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan,
penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran
atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di
Indonesia.
STR sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai registrasi dokter pasal 32 dapat
dirangkum :
STRbersyarat diberikan kepada peserta program
pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.
Dokter atau dokter gigi warga negara asing yang akan
memberikan pendidikan dan pelatihan dalam rangka
alih ilmu pengetahuan dan teknologi untuk waktu
tertentu, tidak memerlukan surat tanda registrasi
bersyarat, tetapi harus mendapat persetujuan dari
Konsil Kedokteran Indonesia.
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai registrasi dokter pasal 33
dapat dirangkum :
Surat tanda registrasi tidak berlaku karena :
dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-
undangan;
habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak
mendaftar ulang;
atas permintaan yang bersangkutan;
yang bersangkutan meninggal dunia; atau
dicabut Konsil Kedokteran Indonesia.
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran mengenai registrasi dokter
pasal 34 dapat dirangkum :
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
registrasi, registrasi ulang, registrasi
sementara, dan registrasi bersyarat diatur
dengan Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia.
Surat Tanda Registrasi
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
mengenai registrasi dokter pasal 35 dapat dirangkum :
Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki STR mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan
dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:
mewawancarai pasien;
memeriksa fisik dan mental pasien;
menentukan pemeriksaan penunjang;
menegakkan diagnosis;
menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
menulis resep obat dan alat kesehatan;
menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik
di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
Form 1a dan 1b dan 1c dan Surat Ket Sehat (SKS)
Surat Izin Praktik
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai registrasi dokter.
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin
praktik (SIP).
Pasal 37
SIP dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.
SIP dokter atau dokter gigi hanya diberikan untuk
paling banyak 3 (tiga) tempat.
Satu SIP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
Surat Izin Praktik
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran mengenai registrasi dokter.
Pasal 38
Untuk mendapatkan SIP, dokter atau dokter gigi
harus:
memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda
registrasi dokter gigi yang masih berlaku
mempunyai tempat praktik; dan
memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
Alur Perolehan STR dan SIP
SERTIFIKASI KOMPETENSI
(dikeluarkan o/ Kolegium
setempat)

STR

REKOMENDASI IDI

SIP
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai registrasi dokter.
Pasal 39
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan
kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan
pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pasal 40
Dokter atau dokter gigi yang berhalangan
menyelenggarakan praktik kedokteran harus
membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau
dokter gigi pengganti yang mempunyai SIP.
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Berdasarkan UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai registrasi dokter.
Pasal 41
Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai SIP dan
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib memasang
papan nama praktik kedokteran. Bila dokter atau dokter
gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan, pimpinan
sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter
atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang
mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki
SIP untuk melakukan praktik kedokteran di saran
pelayanan kesehatan tersebut.
Daftar Pustaka
Bertens K. Etika Biomedis. Yogyakarta:
Kanisius; 2011.
KODEKI.
UU no. 29 tahun 2004.
Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008.
Terima Kasih

You might also like