You are on page 1of 50

Sistem Imunitas pada

Mikroba
Yusmala Helmy SpA
Pendahuluan
Akan dibahas mengenai bagaimana
mekanisme sistem imun dalam
fungsi fisiologi utamanya
melindungi host melawan infeksi
mikrobial
Gambaran umum

Pertahanan melawan mikroba :

sistem imun nonspesifik (innate/natural/native


immunity) pertahanan yang paling awal

sistem imun spesifik (adaptive/acquired


immunity) respons yang lebih kuat
Patogenitas dan ketahanan mikroba
dalam tubuh host dipengaruhi
kemampuan mikroba menghindari atau
bertahan dari mekanisme imunitas
efektor.

Pada beberapa infeksi, kerusakan


jaringan dan penyakit dapat
disebabkan oleh respon host terhadap
mikroba dan produknya daripada
mikroba itu sendiri
Agen penyebab penyakit

Pathogens

Intracellular
and
Viruses Parasites Fungi
Extraceluler
Bacteria
Mikroba Contoh penyakit Mekanisme patogenitas
pada manusia

Bakteri ekstraseluler

Staphylococcus Infeksi jaringan Infeksi kulit; inflamasi akut yang diinduksi oelh toksin; kematian sel
aureus lunak dan kuli, yang disebabkan oleh toksin
abses paru Eistemik enterotoksin (superantigen)-menginduksi produksi sitokin
Shok sindrom oleh T sel yang menyebabkan nekrosis kulit, syok dan diare
toksik sistemik,
keracunan makanan
Streptococcus Faringitis Inflamasi akut yang diinduksi oleh berbagai toksin, contoh
pyogenes (grup Infeksi kulit: streptolysin O merusak membran sel (antiphagocytic polisakarida
A) impetigo, capsular)
erysipelas; cellulitis
Sistemik : scarlet
fever

Streptococcus Pneumonia, Inflamasi akut yang diinduksi oelh konstituen dinding sel;
pneumoniae meningitis pneumolysin serupa dengan streptolysin O
(pneumococcus)
Eschericia coli Infeksi traktus Toksin bekerja pada epitelium intestinal dan meyebabkan
urinarius, peningkatan sekresi klorida dan air; endotoksin (LPS) merangsang
gastroenteritis, syok sekresi sitokin oleh makrofag
septik
Vibrio cholerae Diare Toksin kolera ADP ribosylates G protein subunit, menyebabkan
peningkatan siklik AMP pada epitelium intestinal dan mengakibatkan
sekresi klorida dan kehilangan air
Clostridium Tetanus Toksin tetanus berikatan dengan motor end plate pada neuromuscular
tetani junction dan menyebabkan kontraksi otot yang ireversibel

Corynebacteriu Difteri Difteri toksin ADP ribosylates elongasi faktor-2 dan menghambat
m diphteriae sintesis protein
Bakteri intraseluler

Mycobacteria Tuberculosis, lepra Aktivasi makrofag menyebabkan inflamasi


granulomatosus dan kerusakan jaringan
Listeria Listeriosis Listeriolysin merusak membran sel
monocytogenes
Legionella Penyakit Legionnaire Sitotoksin melisiskan sel dan menyebabkan kerusakan
pneumophilia paru-paru dan inflamasi
Virus

Polio Poliomyelitis Menghambat sintesis protein sel host (sel motor neuron
di corpus anterior medulla spinalis)
Influenza Infuenza pneumonia Menghambat sintesis protein host (sel epitelial bersilia)

Rabies Rabies ensefalitis Menghambat sintesis protein host (serabut saraf perifer)

Herpes simpleks Berbagai infeksi herpes Menghambat sintesis protein host; kelemahan sel imun
fungsional
Hepatitis B Viral hepatitis Host CTL respon terhadap infeksi hepatosit

Epstein-Barr virus Infeksius mononukleosis; Infeksi akut : lisisnya sel


proliferasi sel B, limfoma Infeksi laten : menstimulasi proliferasi sel B

Human AIDS Multipel : membunuh sel T CD4+; kelemahan


Immunodeficiency fungsional sel imun
virus
Imunitas terhadap bakteri
ekstraseluler
Bakteri ekstraseluler mampu bereplikasi
diluar sel host.

Bakteri ekstraseluler menimbulkan


penyakit dengan dua cara :
menginduksi inflamasi mengakibatkan
kerusakan jaringan
memproduksi toksin Endotoksin dan
eksotoksin
Sistem imun non spesifik terhadap
Bakteri Ekstraseluler
aktivasi komplemen, fagositosis dan
respon inflamasi

Bakteri gram positif mengandung


peptidoglikan mengaktifkan jalur alternatif
dari komplemen
Hasil aktivasi komplemen opsonisasi dan
meningkatnya fagositosis
Sistem imun spesifik terhadap
ekstraseluler bakteria
Immunitas humoral memusnahkan
mikroba dan mentralisir toksinnya

Respon antibodi secara langsung melawan antigen


dan sekret pada dinding sel dan toksinnya
Antigen protein dari bakteri ekstraselular juga
mengaktifkan CD4 sel T helper, yang memproduksi
sitokin merangsang produksi antibodi, memicu
inflamasi lokal, dan meningkatkan fagositik dan
aktivitas mikrobial makrofag
Gambar 1. sistem imun spesifik terhadap mikroba ekstraseluler

Respon imun,
aktivasi makrofag,
dan inflamasi.
spesifik terhadap
mikroba
ekstraseluler,
seperti bakteri,
dan toksinnya
terdiri dari
produksi antibodi
dan aktivasi dari
sel T helper CD4+.

Antibodi
menetralisir dan
mengeliminasi
mikroba dan toksin
dengan beberapa
mekanisme.
Konsekuensi kerusakan utama respon tubuh
host terhadap bakteri ekstraselular syok
septik dan inflamasi

Syok septik merupakan akibat patologi


diinduksi oleh sitokin

Gejalanya kolapsnya sirkulasi dan terjadinya


koagulasi intravaskular
Imunitas terhadap bakteri
intraselular
Karakteristik :
kemampuannya untuk bertahan hidup dan
bahkan bereplikasi dalam sel fagosit

pemusnahannya memerlukan mekanisme


cell-mediated immunity
Imunitas non spesifik terhadap
bakteri intraseluler
Respon imun nonspesifik sel
fagosit dan sel natural killer (NK).

Sel fagosit, yaitu neutrofil dan makrofag,


menelan dan berusaha menghacurkan
mikroba ini, tetapi bakteri intraseluler patogen
resisten terhadap degradasi dalam fagosit

Bakteri intraseluler mengaktifkan NK

NK sel memberikan pertahanan awal dalam


melawan mikroba tersebut, sebelum imunitas
spesifik
Respon imun spesifik terhadap
bakteri intraseluler
Respon imun utama cell-mediated
immunity

Cell-mediated immunity terdiri dari dua jenis


Membunuh bakteri intraseluler yang terfagosit
sebagai hasil aktivasi makrofag oleh sel T-yang
memproduksi sitokin, terutama IFN-
lisisnya sel yang terinfeksi oleh cytolytic T
lymphocytes (CTLs).
Gambar 2. Sistem imun nonspesifik dan spesifik terhadap baketri intraseluler
Respon imun nonspesifik terhadap bakteri intraseluler terdiri dari sel fagosit
dan NK sel, interaksi diantaranya dimediasi oleh sitokin (IL-2 dan IFN-).
Respon imun spesifik terhadap mikroba ini adalah cell mediated immunity,
dimana sel T mengaktifkan fagosit untuk mengeliminasi mikroba. Sistem imun
nonspesifik mungkin dapat mengendalikan pertumbuhan bakteri, tetapi
pemusnahan dari bakteri memerlukan sistem imun spesifik.
Gambar 3 Kerjasama CD4+
dan CD8+ sel T dalam melawan
mikroba intraseluler
Bakteri intraseluler seperti
Listeria mocytogenes difagosit
oleh makrofag dan dapat
bertahan dalam fagosom dan
melepaskan diri ke dalam
sitoplasma. Sel T CD4+
merespon class II MHC yang
berhubungan dengan antigen
pepdtida yang dihasilkan dari
intravesikular bakteri. Sel T ini
memproduksi IFN- yang
mengaktifkan makrofag untuk
menghancurkan mikroba dalam
fagosom. Sel T CD8+ merespon
terhadap Claa I yang
berhubungan dengan peptida
yang dihasilkan oleh sitosolik
antigen dan membunuh sel
yang terinfeksi
Aktivasi makrofag yang terjadi akibat
respon dari mikroba intraseluler juga
dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
Kerusakan ini bermanifestasi sebagai
hipersensitifitas tipe lambat/ delayed type
hypersensitivity (DTH)

Perbedaan antara individu dalam pola


dari respon sel T terhadap mikroba
intraseluler merupakan determinan
penting dari progresi penyakit dan
hasil klinik
Gambar 4 Peranan sel T dan sitokin dalam menentukan hasil infeksi
Limfosit T CD4+ dapat nerdiferensiasi menjadi sel TH1, yang mengaktifkan fagosit untuk
membunuh mikroba yang tertelan, dan sel TH2, yang menghambat aktivasi makrofag.
Keseimbangan antara dua subset ini dapat mempengaruhi hasil infeksi, seprti yang
diilustrasikan pada infeksi Leishmania pada tikus dan lepra pada manusia
Imunitas terhadap virus
Prinsip dasar menghambat infeksi
tipe I. IFN- dan NK cell-mediated
immunity.

NK sel kill cell membunuh sel yang terinfeksi


virus dan merupakan mekanisme yang paling
penting melawan infeksi virus dini
Respon imun spesifik terhadap virus

Imunitas spesifik tubuh terhadap tubuh virus


imunitas antibodi yang menghalangi virus
melekat dan masuk ke dalam sel, dan juga
terhadap CTLs yang menghancurkan sel
yang telah terinfeksi.

CD8+ Tc cells (Cytotoxic T lymphocytes; CTLs)


dan CD4+ th1 cells (helper T lymphocytes)
komponen utama dari cell mediated antiviral
defense
CD8+ T dan CD4+ T
Gambar 5 Respon imun nonspesifik dan spesifik melawan virus
Imunitas melawan virus berfungsi untuk mencegah infeksi dan membasmi
infeksi. Imunitas nonspesifik dimediasi oleh IFN tipe I, yang mencegah infeksi
dan NK sel yang membasmi sel terinfeksi. Imunitas spesifik dimediasi oleh
antibodi dan CTLs, yang memblok infeksi dan membunuh sel terinfeksi.
Eliminasi virus yang telah berada
di dalam sel dilakukan oleh CTLs
yang menbunuh sel yang
terinfeksi virus.

Pada beberapa infeksi virus,


terutama dengan virus non
sitophatic, CTLs memegang
peranan penting
CTL mengaktivasi fungsi makrofag
Mekanisme pengelakan virus
terhadap sistem imun
Virus dapat melakukan perubahan antigen
melalui mutasi atau melakukan penyusunan
ulang genom RNA pada RNA virus.

Beberapa virus menghambat Class I- MHC


yang memegang peranan dengan sitosolik
protein
Tabel 2 Mekanisme pengelakan sistem imun
oleh virus

Mekanisme pengelakan Contoh


sistem umun
Variasi antigen Influenza, rhinovirus, HIV
Menghambat proses antigen Herpes simplex
Memblokade transpot TAP Cytomegalovirus
Memindahkan molekul class
I MHC dari ER
Produksi reseptor yang Vaccinia, poxvirus (IL-1, IFN-)
homolog dengan sitokin Cytomegalovirus (chemokine)
Produksi immunosupresif Epstein Barr virus (IL-10)
sitokin
Infeksi sel immunokompeten HIV
Beberapa virus memproduksi
molekul yang menghambat sistem
imun non spesifik dan sistem
imun spesifik

Virus dapat menginfeksi dan


membunuh atau menginaktifkan
sel immunokompeten.
Imunitas terhadap Jamur
Bersifat endemik
Infeksi oportunistik menjadi meningkat
pada orang dengan defisiensi imun
Respon imun untuk mikroba ini sering
merupakan kombinasi dari respon imun
bakteri intraseluler dan ekstraseluler
Imunitas Spesifik dan Nonspesifik
terhadap Jamur
Mediator utama imunitas nonspesifik
melawan jamur adalah neutrophil dan
makrofag
Imunitas sel mediated merupakan
mekanisme utama imunitas spesifik
melawan infeksi jamur
Imunitas sel mediated dipercaya
mencegah penyebaran jamur ke dalam
jaringan
Sistem Imunitas terhadap Parasit

Diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia


menderita penyakit akibat parasit ini
Malaria menjangkiti sekitar 100 juta
populasi dunia dan bertanggung jawab
menyebabkan kematian sekitar 1 juta
orang pertahun
Sistem Imunitas terhadap Parasit

Alasan utama dalam mengembangkan


pengetahuan mengenai sistem kekebalan
terhadap parasit dan juga pengembangan
imunoparasitologi sebagai cabang dari
imunologi
Sebagian besar dari parasit mengalami daur
hidup yang kompleks, sebagian terjadi di dalam
tubuh manusia dan sebagian terjadi pada host
perantara
Sistem Imunitas terhadap Parasit

Kebanyakan infeksi parasit bersifat kronik


yang dikarenakan adanya sistem
kekebalan bawaan yang bersifat lemah
dan kemampuan parasit menghindari
eliminasi melalui respon adaptasinya
Pengembangan vaksin profilaksis untuk
parasit
Respon Imun Nonspesifik
terhadap Parasit
Organisme ini sering dapat hidup dan
bereplikasi pada host karena adanya
mekanisme adaptasi terhadap respon
pertahanan tubuh
Respon kekebalan bawaan terhadap
protozoa terutama melalui mekanisme
fagositosis
Respon Imun Nonspesifik
terhadap Parasit
Apabila organisme itu ada dalam jumlah
yang cukup besar maka tubuh akan
mengeluarkan substansi mikrobisidal
untuk membunuh organisme tersebut
Parasit ini memiliki kecenderungan untuk
mengembangkan sistem resistensi
terhadap complement mediated lysis
Respon Imun Spesifik terhadap
Parasit
Protozoa hidup di dalam sel, sehingga sistem
kekebalan akan melawan organisme ini dengan
mekanisme yang sama seperti dalam
mengeliminasikan bakteri/virus yang juga hidup
intraseluler
Golongan metazoa (golongan helminthes) yang
hidup di jaringan ekstraseluler sehingga
diperlukan tipe antibodi yang khusus untuk
menghancurkannya
Respon Imun Spesifik terhadap
Parasit
Mekanisme pertahanan utama untuk
melawan protozoa yang berada di dalam
makrofag adalah cell mediated immunity,
terutama melalui aktivasi makrofag oleh
TH1 cell derived cytokines
Respon Kekebalan terhadap Penyakit yang
Diakibatkan Parasit
Penyakit Mekanisme kekebalan utama
Parasit

Protozoa

Plasmodium Malaria Antibodi dan CD8+

Leismania Leismaniasis (mukokutan, disseminated) CD4+ Th1 akan mengaktifkan fagosit untuk membunuh
parasit.

Trypanosoma Trypanosomiasis Afrika Antibodi

Entamoeba Amebiasis Antibodi, Fagositosis


histolytica

Metazoa

Schistosoma Schistosomiasis Mediator ADCC, eosinofil dan makrofag.

Filaria Filariasis Cell mediated immunity


Antibodi?
Mekanisme Pertahanan Parasit
terhadap Sistem Kekebalan
Mekanisme Pertahanan Parasit Contoh

Variasi antigen Trypanosoma, Plasmodium

Resistensi yang Didapat dari komplemen Schistosoma

Inhibisi terhadap respon imun host Filaria, Trypanosoma

Membuang antigen Entamoeba


Mekanisme Pertahanan Parasit
terhadap Sistem Imun
Parasit mempertahankan sistem
perlindungan dengan mengurangi
imunogenisitas dan menghambat respon
imun tubuh host
Parasit mengubah antigen permukaan
mereka selama siklus hidup mereka dalam
tubuh vertebrata
Mekanisme Pertahanan Parasit
terhadap Sistem Imun
Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme
efek kekebalan tubuh selama mereka
menempati tubuh vertebrata
Parasit protozoa mungkin menyembunyikan diri
mereka dari sistem imun dengan tinggal di
dalam sel tubuh host atau dengan
mengembangkan kista yang resisten terhadap
efek kekebalan
Parasit menghambat respon imun host dengan
mekanisme multipel
Strategi Pengembangan
Vaksin
Vaksin virus dan bakteri yang dinonaktifkan dan
dilemahkan
Keuntungan besar dari vaksin mikroba yang
dilemahkan adalah bahwa mereka
mendatangkan semua respon imun spesifik dan
nonspesifik yang dituju mikroba patogenik dan
untuk itu cara terbaik adalah imunitas
perlindungan terhadap penyebab, perlindungan
terbatas dan efektif hanya untuk jangka pendek
Strategi Pengembangan
Vaksin
Vaksin (Subunit) Antigen Murni
Satu kegunaan efektif dari antigen murni
sebagai vaksin adalah untuk pencegahan
penyakit yang disebabkan toksin bakteri.
Toksin dapat dibuat tidak berbahaya
dengan menghilangkan imunogenisitasnya
Strategi Pengembangan
Vaksin
Vaksin Antigen Sintetik
Sasaran terbaru dari penelitian vaksin
sekarang adalah untuk mengenali banyak
antigen mikroba imunogenik atau lambang
dari antigen, untuk mensintesis ini dalam
laboratorium, dan untuk menggunakan
antigen spesifik sebagai vaksin
Strategi Pengembangan
Vaksin
Vektor Virus Hidup
Keuntungan dari vektor virus ini adalah
virus ini menginduksi komplemen penuh
terhadap respon induk penuh CTL yang
kuat
Strategi Pengembangan
Vaksin
Vaksin DNA
Gambaran yang unik dari vaksin DNA ini
adalah mereka menyediakan pendekatan
satu-satunya, selain virus hidup, untuk
mendapatkan respon CTL yang kuat
karena DNA yang mengkode protein
disintesis dalam sitosol yang ditransfiksi
Strategi Pengembangan
Vaksin
Adjuvan dan Imunomodulator
Sebagian besar adjuvan menimbulkan
respon imun, bersamaan dengan
peningkatan ekspresi kostimulator dan
produksi sitokin seperti IL-12 yang
menstimulasi pertumbuhan sel T dan
diferensiasi
Strategi Pengembangan
Vaksin
Imunisasi Pasif
Dengan cara mentransfer antibodi yang
spesifik & paling sering digunakan untuk
pengobatan cepat terhadap penyakit yang
fatal yang disebabkan oleh toksin seperti
tetanus
Jenis Vaksin
Jenis Vaksin Contoh

Bakteri yang telah dilemahkan atau mati BCG, kolera

Virus yang telah dilemahkan Polio, rabies

Vaksin subunit (antigen) Tetanus toksoid, difteri toksoid

Vaksin konjugasi Haemophilus influenzae, Pneumococcus

Vaksin sintetik Hepatitis (protein rekombinan)

Vektor virus Antigen HIV pada vektor canarypox (penelitian klinik)

Vaksin DNA Penelitian klinin yang masih berjalan pada beberapa infeksi

You might also like