You are on page 1of 32

PPOK

LISA AMBALINGGI
Defenisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinsikan
sebagai penyakit atau gangguan paru yang memberikan
kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan
yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.
ditandai dengan batuk produktif dan dispnea
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan
keduanya.
Epidemiologi
Bervariasi pada setiap negara di seluruh dunia
Tahun 2000, prevalen di Amerika dan Eropa berkisar 5-9
% pada individu usia >45 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian prevalens PPOK meningkat
dari tahun ke tahun, dari sekitar 6% di periode tahun
1960-1979 mendekati 10% di periode tahun 2000-2007.
Etiologi
Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15
tahun 60-70 %) Industrialisasi
Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan
di pertambangan
Faktor Risiko
Faktor penjamu :
genetik : kurangnya alfa 1 antitripsin
Hiperesponsif jalan napas : pajanan asap rokok atau polusi
pertumbuhan paru : masa kehamilan, berat lahir dan pajanan
semasa anak-anak
Faktor Risiko
Faktor perilaku merokok :
Riwayat merokok : Perokok aktif, perokok pasif, dan bekas
perokok
Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB) yaitu jumlah
rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
Faktor Risiko
Faktor Lingkungan
Polusi udara di dalam ruangan : asap rokok, asap kompor, asap
kayu bakar, dll
Pousi di luar ruangan : gas buang industri, gas buang kendaraan
bermotor, debu jalanan, bahan kimia, zat iritasi, gas beracun dll.
Patogenesis
Patogenesis
Diagnosis
Anamnesis :
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul dan tidak hilang dengan
pengobatan yang diberikan. Dapat terjadi sepanjang hari atau
intermiten dan kadang terjadi malam hari
Kadang hanya berdahak tanpa batuk dan terjadi pada pagi hari
ketika bangun tidur
Sesak napas terutama pada saat melakukan aktivitas
Dengan atau tanpa bunyi mengi
Anamnesis
Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Faktor predisposisi pada masa bayi/anak misalnya BBLR,
infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara.
Pemeriksaan fisik
INSPEKSI
Bentuk dada barrel chest (dada seperti tong)
Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang
meniup)
Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
Pelebaran sela iga
Bila terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis leher
dan edema tungkai
Penampilan pink puffer dan blue bloater
Pemeriksaan Fisik
PALPASI
Fremitus melemah
Sela iga melebar

PERKUSI
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Pemeriksaan Fisik
AUSKULTASI
Suara napas vesikuler normal atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin
Faal Paru : Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEPI/KVP)
direkomendasikan untuk semua perokok 45 tahun atau lebih tua.*
Uji bronkodilator : dengan menggunakan spirometri. Dilihat
perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE <20%
nilai awal <200ml. Dilakukan ada PPOK stabil
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
leukosit
Radiologi
Pada emsfisema terlihat gambaran : hiperinflasi, hiperlusen, ruang
retrosternal melebar, diafragma mendatar, jantung menggantung
Pada bronkhitis kronik : normal, corakan bronkovaskuler
bertambah pada 21 % kasus
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
Faal paru :
Uji latih kardiopulmoner
Uji provokasi bronkus
Uji coba kortikosteroid
Analisis gas darah
Radiologi
Elektrokardiograsi
Ekokardiografi
Bakteriologi
Kadar alfa 1 antitripsin
Penatalaksanaan
1. Bronkodilator : diberikan secara tunggal atau kombinasi
dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan
klasifikasi dengan berat penyakit. Oemilihan obat
diutamakan inhalasi, pada derajat berat diutamakan
pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat
berefek panjang (long acting)
Penatalaksanaan
Macam- macam bronkodilator
Antikolinergik
Agonis beta-e
Kombinasi entikolinergik dan agonis beta-2
Golongan xantin
Penatalaksanaan
2. Antiinflamasi
Bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi. Dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison.
Penatalaksanaan
Antibiotik
Diberikan jika gejala sesak napas dan batuk disertai dengan
peningkatan volume dan purulensi sputum. Antibiotik yang
diberikan yaitu antibiotik spektrum luas yang bisa menghadapi H.
influenzae, S. Pneumoniae, dan M. catarrhalis.
Lini I : amoksisilin dan makrolid
Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon,
makrolid baru.
Penatalaksanaan
Mukolitik
Hanya terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi terutama pada
bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Tidak di
anjurkan sebagai pemberian rutin
Penatalaksanaan
Terapi Oksigen
untuk mempertahanan oksigenasi seluluer dan mencegah
kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya.
Manfaatnya : mengurangi sesak, mengurangi hipertensi
pulmonal, mengurangi vasokonstriksi, memperbaiki fungsi
heropsikiatri, meningkatkan kualitas hidup
Penatalaksanaan
PaO2 <60mmHg atau saturasi <90%
PaO2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai
Kor Pulmonal, perubahan P pulmonal, Ht >55% dan
tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit
paru lain.
Penatalaksanaan
Edukasi
Pencegahan
Mencegah terjadinya PPOK
Hindari asap rokok, polusi udara, infeksi saluran napas berulang
Mencegah perburukan PPOK
Berhenti merokok
Gunakan obat-obatan adekuat
Mencegah eksaserbasi berulang
Komplikasi
Gagal napas
Infeksi berulang
Kor pulmonal
Diagnosis Banding

You might also like