You are on page 1of 22

Citra Arum Rezky Oktaviano 030.11.

061
from: The British Journal of Psychiatry (2016)

Journal Reading
Association between Stressful Life Events
and Psychotic Experinces in Adolescence:
Evidence for Gene Environment
Correlations
Shakoor S, Zavos H, Haworth C, McGuire P, Cardno A.
Freeman D, Ronald A
Latar Belakang
SLEs berhubungan dengan pengalaman
psikotik.
SLEs salah satu faktor resiko terjadinya
pengalaman psikotik
Saat remaja rentan terjadi SLEs: menuntut
remaja untuk dapat beradaptasi dengan
perubahan
SLE didefinisikan sebagai peristiwa yang mengharuskan individu
menyesuaikan kembali atau mengalami perubahan dalam
kehidupan.
Peristiwa kehidupan dependen biasanya tergantung pada perilaku
individu (seperti putus dengan pacar), dan peristiwa kehidupan
independent dimana seseorang biasanya tidak memiliki kendali atas
kejadian tersebut (kematian teman atau saudara).
Pada penelitian sebelumnya pada orang dewasa Hubungan antara
SLE dan pengalaman psikotik telah teliti dan di perkirakan tberisiko
empat kali lipat terjadinya pengalaman psikotik diantara orang
dewasa yang mengalami dua SLE dan peningkatan resiko psikotik
enam kali lipat diantar orang dewasa yang melaporkan 6 atau lebih
SLE. Namun kurang diketahui hubungan anatara SLE dan
pengalaman psikotik pada remaja.
Dalam penelitian sebelumnya menemukan
bahwa remaja muda yang memiliki lebih dari
tiga SLE cenderung mengalami pengalaman
psikotik.
Penelitian lainnya menemukan bahwa selama
masa 3 tahun, remaja dengan sejumlah SLE
lebih banyak memiliki resiko tertinggi akibat
halusinasi pendengaran. Pengamatan ini
mendukung anggapan bahwa SLE secara
umum juga trauma dan viktimisasi, berkontribusi
terhadap resiko pengalaman psikotik mereka.
Tujuan
Memperkirakan sejauh mana faktor genetik
mempengaruhi hubungan antara SLE dan
pengalaman psikotik
Memperkirakan sejauh mana faktor lingkungan
mempengaruhi hubungan antara SLE dan
pengalaman psikotik
Metode
Cross-sectional
Inklusi :
Sampel merupakan peserta TEDS (terdiri sample komunitas
kembar monozigotik dan dizigotik
Lahir di Inggris dan Wales pada tahun 1994 dan 1996
Peserta TEDS yang datang pada undangan studi LEAP
(longitudinal Eaxperiences And Perceptions).

Eksklusi: Responden dikeluarkan bila,


Tidak memberikan persetujuan pada kontak pertama
Menderita gangguan medis parah
Pernah mengalami komplikasi perinatal parah atau j
Jika zygositas mereka tidak diketahui.
Setelah pengecualian, sampe yang dilaporkan dalam penelitian ini
terdiri dari 4830 keluarga
Metode
Pengukuran
Penilaian dilakukan dengan menggunakan (Coddington Life
Events Record) .

Laporan orang tua dan remaja digabungkan untuk menangkap


semua kejadian SLE.

Skala SLE dependent adalah jumlah dari sepuluh item yang


menilai kejadian kehidupan yang terjadi atau kemungkinana besar
timbul sebagai konsekuensi perilaku seseorang

Skala SLE independent adalah jumlah dari sepuluh item yang


menilai kejadian kehidupan yang terjadi atau kemungkinann timbul,
terlepas dari perilaku seseorang ( kematian teman atau keluarga) .
Pengalaman Psikotik
Pengalaman Psikotik dinilai dengan
menggunakan Kuesioner Pengalaman
Psikotik Khusus ( Specific Psychotic
Experiences Questionnaire).
Pengalaman Psikotik spesifik atau khusus
mencakup 5 subskala: paranoia,
halusinasi, disorganisasi kognitif, grandios,
anhedonia, gejala negatif parents rate
Untuk mengukur gejala yang mirip dengan
gejala psikotik menggunakan PLIKS
Analisis statistik
Semua analisis dilakukan dengan
menggunakan stata 12 dan open MX.
Open MX menggunakan metode estimasi
maximum-likelihood (kemungkinan
maksimum) dan banyak digunakan untuk
menganalisis data yang sensitiv secara
genetis.
Desain Kembar
Melibatkan pasangan kembar MZ dan DZ
untuk menentukan sejauh mana variasi
dalam satu fenotipe atau kovarian antara
fenotipe disebabkan oleh pengaruh
genetik dan lingkungan.
Analisis kembar
Tehnik permodelan persamaan struktural
diginakan untuk menentukan kepentingan
relatif genetik aditif, lingkungan umum dan
pengaruh lingkungan unik yang
berkontribusi terhadap fenotipe.
Analisis genetik dan perilaku
Untuk pengalaman psikotik dan SLE,
korelasi kembar univariat menunjukan
pengaruh genetik.
Analisis kesesuaian model univariat
mengkonfirmasi pengamatan awal korelasi
kembar dengan menujukkan bahwa faktor
genetik dan faktor lingkungan unik
memberikan kontribusi paling banyak
pada variansi yang diamati pada
pengalaman psikotik dan SLE dependent
Hasil
Analisis fenotipik: Analisis varians menggambarkan efek rata-rata gender
signifikan terhadap pengalaman psikotik.
Wanita melaporkan tingkat paranoia, halusinasi dan disorganisasi kognitif
lebih tinggi, berbeda dengan laki-laki yang melaporkan tingkat grandiositas,
anhedonia.
SLE lebih dependen pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
Untuk SLEs independent tidak ada efek utama pada gender
Efek utama pada zigositas untuk paranoia, halusinasi, disorganisasi kognitif
dan gejala negativ parent-rated melaporkan kembar DZ memilikki tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kembar MZ.
Namun, efek gabungan gender dan zigositas terhadap rata-rata adalah
kecil.
Korelasi fenotipik antara SLE dan pengalaman psikotik.
SLE dependen dan independen pada masa remaja secara sederhana
berhubungan dengan peningkatan tingkat pengalaman psikotik positif
Korelasi dengan pengalaman psikotik negatif rendah pada SLEs dependent
Analisis genetik perilaku
Untuk pengalaman pikotik dan SLE, korelasi kembar
univariat menunjukkan pengaruh genetik (A), karena
korelasi MZ secara konsisten lebih besar dibandingkan
korelasi DZ. Karena korelasi DZ lebih besar dari
setengah korelasi MZ bisa disebabkan oleh pengaruh
lingkungan.
Analisis kesesuaian model univariat mengkonfirmasi
pengamatan awal korelasi kembar dengan menunjukkan
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan unik
memberikan kontribusi paling banyak pada variansi yang
diamati pada pengalaman psikotik dan SLE dependen.
Diskusi
Dengan menggunakan sampel komunitas kembar berusia 16 tahun,
penelitian ini menunjukkan bahwa SLE berkorelasi dengan
pengalaman psikotik positif dan berkolerasi lemah dengan
pengalaman psikotik negatif
Wanita lebih banyak melaporkan mengalami psikotik positif dan laki
laki melaporkan lebih banyak grandiosity, anhedonia, dan memiliki
lebih banyak gejala negatif parent rate. Temuan ini sama dengan
studi kohort yang lainnya dan menunjukkan terdapat kontinuitas
perbedaan gender dalam pengalaman psikotik di antara populasi
umum dan mereka yang menderita skizofrenia, dimana laki-
lakimelaporkan gejala negatif lebih parah.
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa
peningkatan jumlah SLE berbanding lurus dengan peningkatan
pengalaman psikotik lebih tinggi
Spesifisitas kejadian kehidupan menarik karena konsisten dengan
hubungan antara penggunaan zat dan pengalaman psikotik di
kalangan remaja. Ini juga menyoroti bahwa korelasi lain seperti
penangguhan sekolah juga relevan untuk memahami pengalaman
psikotik positif di masa remaja.
Apakah SLE terkait dengan pengalaman
psikotik pada masa remaja?
Hubungan antara SLE dan pengalaman psikotik
konsisten dengan teori psikologis kognitif tentang
perkembangan pengalaman psikotik, yang menunjukkan
bahwa paparan peristiwa pemicu sangat merusak pada
individu yang cenderung mengalami gangguan dalam
proses kognitif mereka. Gangguan proses kognitif ini
pada gilirannya dapat berkontribusi pada risiko
pengalaman psikotik.
Hasil kami menginformasikan model ini dengan
menunjukkan bahwa bagian penjelasan untuk individu
yang memiliki SLE terkait dengan pengalaman psikotik
adalah kecenderungan genetik yang mendasari bagi
pengalaman SLE dan psikotik.
Sejauh mana faktor genetik dan lingkungan
mempengaruhi hubungan antara SLE
dengan pengalaman psikotik?
Sejalan dengan penelitian sebelumnya
diantara remaja dalam populasi umum,
SLE dependen dan pengalam psikotik
sebagian dapat diwariskan, dengan varian
tersisa sebagian besar disebabkan oleh
faktor lingkungan yang unik.
Hubungan anatara SLE dependen dan
penglaman psikotik hampir sepenuhnya
dijelaskan oleh pengaruh genetik.
Korelasi lingkungan gen bisa aktif, dimana kecenderungan genetik
yang menyebabkan individu mencari situasi yang mengakibatkan
SLE dependen adalah pengaruh genetik sama yang meningkatkan
risiko pengalaman psikotik (paranoia dan disorganisasi kognitif).
Sebagai alternatif, ini dapat jadi menggugah, di mana SLE
dependen, sebagian dipengaruhi secara genetis, menghasilkan
lingkungan atau memicu perilaku dari orang lain yang menghasilkan
tingkat paranoia dan disorganisasi kognitif yang meningkat.
korelasi gen-lingkungan bersifat pasif, di mana faktor genetik
meningkatkan kemungkinan SLE dependen pada orang tua
dibagikan kepada remaja melalui lingkungan yang dibesarkan oleh
orang tua, dan pada gilirannya terkait dengan pengalaman psikotik.
Dalam sampel remaja, wanita melaporkan
lebih banyak pengalaman psikotik positif
(kecuali grandiosity) dan laki laki
melaporkan lebih banyak grandiosity,
anhedonia dan memiliki lebih banyak
gejala negatif orang tua. Temuan ini sama
dengan studi berbasis kohort lainnya.
Ini menyoroti pentingnya untuk tidak selalu
mengkategorikan faktor risiko sebagai lingkungan atau
genetik karena keduanya merupakan kombinasi.
kecenderungan genetik bersama antara SLE dan
paranoia dan disorganisasi kognitif dapat membantu
penelitian dan intervensi yang fokus pada jenis perilaku
(yang dapat diwariskan) seperti ditunjukkan sebelumnya
(yaitu impulsif), dapat bersama-sama meningkatkan
risiko pengalaman psikotik dan SLE dependen.
Kesimpulan
SLE dependen menjadi faktor resiko
lingkungan, individu memiliki
kecenderungan genetik yang mendasari
peningkatan risiko SLEs dependen dan
pengalaman psikotik positif.

You might also like