Professional Documents
Culture Documents
Prenatal MRI:
Kantung buntu esofagus
Postnatal:
Hipersalivasi
Keluar air ludah & gelembung udara dari
mulut & hidung
Sianosis
Tersedak, batuk
Sesak nafas
Regurgitasi bila diberi minum
Gejala pneumonia regurgitasi air ludah &
minuman dari esofagus yg buntu, regurgitasi
cairan lambung melalui fistel ke jalan nafas
Perut kembung udara melalui fistel masuk ke
lambung & usus
Oliguri tidak ada cairan masuk
NGT tidak dapat dimasukkan tertahan stlh
masuk 10-12 cm dari lubang hidung
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
Elektrolit
Analisa Gas Darah Arteri
BUM dan Serum Creatinin
Kadar Gula Darah
Pemeriksaan lainnya
USG
X-Ray
Echocardiography
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos:
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan
radiologi dada & perut
Masukkan kateter melalui hidung ke esofagus
Akan terlihat kateter yang mungkin
melengkung ke atas & lambung berisi udara
Pemeriksaan kontras:
Jarang dibutuhkan
Harus menggunakan kontras larut air &
fluoroskopi
Dpt mendeteksi fistula & panjangnya
Screening Test
USG:
Sensitivitas 42%
Didapatkan polihidramnion disertai dgn
ketidakadaan lambung atau lambung yg kecil
MRI:
Dilakukan bila hasil USG positif
Sensitivitas 80%, spesifisitas 100%
PENATALAKSANAAN
Tindakan sebelum operasi
Cairan intravena mengandung glukosa untuk
kebutuhan nutrisi bayi.
Pemberian antibiotik broad-spectrum secara
intravena.
Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan
menggunakan inkubator, supine dengan posisi fowler,
kepala diangkat sekitar 45.
NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction
rutin.
Monitor vital signs.
Tindakan selama operasi
Operasi dalam general anesthesia dengan
menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup
sehingga tidak menyebabkan distensi lambung.
Bronkoskopi pre-operatif berguna untuk
mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan
kanan diangkat di depan dada untuk dilaksanakan
right posterolateral thoracotomy.
Pada H-Fistula, operasi dilakukan melalui leher karena
hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiki
esofagus.
Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula
ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian
dibuat anastomosis esofageal antara kedua ujung
proximal dan distal dari esofagus.
Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal,
hampir selalu jarak antara esofagus proximal dan distal
dapat disambung langsung. Ini disebut dengan primary
repair, yaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah
2 ruas vertebra.
Bila jaraknya 3-6 ruas vertebra, dilakukan delayed
primary repair. Operasi ditunda selama paling lama 12
minggu, sambil dilakukan suction rutin dan pemberian
makanan melalui gastrostomy, maka jarak kedua ujung
esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary
repair.
Apabila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas
vertebra, maka dicoba dilakukan tindakan diatas, apabila
tidak bisa juga maka esofagus disambung dengan
menggunakan sebagian kolon.
Tindakan setelah operasi
Pasca operasi pasien diventilasi selama 5 hari.
Suction harus dilakukan secara rutin.
Selang kateter untuk suction harus ditandai agar
tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas
operasi tempat anastomosis agar tidak
menimbulkan kerusakan.
Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk
pemberian makanan.
4