You are on page 1of 33

INFEKSI

PARU
KRONIK
Skenario 4 : Batuk Melulu
Pak tuber, umur 50 tahun, tinggal di daerah kumuh sudah sejak 15
tahun yang lalu.Pak tuber datang ke praktek anda dengan keluhan batuk
berdarah sudah sejak 2 bulan yang lalu.Keluhan tsb disertai dengan sesak
napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, dan demam sejak 6 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik paru kanan didapatkan,inspeksi dalam batas
normal, palpasi stem fremitus meningkat, perkusi redup, dan auskultasi
dijumpai ronkhi basah di apex. Pemeriksaan fisik tulang belakang diujmpai
deformitas dan terdapat gibbus.
Dari pemeriksaan penunjang dietahui, pemeriksaan bakteriologis
sputum SPS BTA : -/-/-. Foto thorax posterior anterior : terdapat infiltrat di
apex paru kanan. 2 minggu yang lalu pasien telah diterapi antibiotik non
OAT, tetapi tidak ada perbaikan. Dokter kemudian menganjurkan
pemeriksaan biakan kuman tuberkulosis serta pemeriksaan histoPA untuk
deformitas pada tulang belakangnya.
Sebagai tindakan lanjut pada pak Tuber, dokter memberikan edukasi
pada keluarga pasien, bahwa kasus menimpa pak Tuber,penangangannya
diperlukan strategi DOTS untuk mencegah MDR-TB
TERMINOLOGI

Gibbus : Angulasi tajam yg arahnya ke anterior vertebra berupa tonjolan di belakang bersifat
lokal
Stem fremitus : teknik palpasi pada dada untuk monitor getaran dgn mengucap angka 77
Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian/ Seluruh tubuh.
DOTS : Directly Observed Treatment Short Course strategi penanganan TB di pasien
melalui terapi jangka pendek dgn penanganan langsung di RS yg diawasi oleh petugas.
MDR-TB : Resistensi terhadap komponen obat utama yaitu rifampisin dan INH
JUMP 2 DAN 3
1. Kenapa pak tuber Lemas penurunan
mengalami gejala difusi O2
basatuk berdahak, sesak penurunan perfusi O2
napas, badan lemas,
nafsu makan menurun , Demam reaksi
berkeringat dimalam peradangan IL 1
hari, dan demam sejak 6 teraktivasi
bulan yang lalu? peningkatan PGE2
Hemoptisis perluasan pergeseran set point
kavitas mengenai pada hipotalamus
pembuluh darah paru
Keringat Malam
Nafsu makan peningkatan
menurun akibat metabolisme
pengeluaran TNF
menekan bagian lateral
hipotalamus
2. Apa hubungan 3. Bagaimana interpretasi
lingkungan yang pem.fisik dan mengapa hal
trsebut bisa terjadi?
kumuh dengan
jkeluhan yang dialami Fremitus meningkat
infiltrat yang banyak
pak tuber? kecepatan hantaran
Daerah kumuh meningkat
kelembapan rendah, Redup saat perkusi
kurang cahaya infiltrasi yang luas
matahari terbentuk massa nekrotik
Penyebaran M.TB akibat tuberkel yang
pecah pemadatan
lebih mudah fibrosis pada jaringan
paru
Gibbus infeksi apada
tulang dekstruksi
4. Bagaimana interprtasi 5. Mengapa setelah
pemeriksan sputum diterapi antibiotik non
dan foto thorax? OAT keluhan pak
Foto Thorax tuber tidak
sebaran infiltrat dan menghilang ?
perkijuan pada bagian dikarenakan infeksi
ataslobus paru yang terjadi
BTA (-) S (-) , P (-) , kemungkinan di
S (-) akibatkan bakteri
M.TB yang memiliki
resistensi yang kuat
pada antibiotik non
OAT.
6. Mengapa dokter 7. Apa diagnosa banding
menganjurkan pembiakan dari penyakit pak
Kuman TB dan Pemeriksaan
Histo PA, dan bagaimana
Tuber?
hasilnya, serta pemeriksaan 1. TB Paru aktif primer +
lanjutan apa yang bisa spondilitis TB
dilakukan?
2. Pneumonia
kultur biakan M.Tb
4-8 minggu ( positif apabila
ditemukan bakteri M.Tb)
Pem.Histo PA gambaran
infiltrasi sel-sel epiteloid
Pem.lanjutan CT SCAN,
MRI, Tuberkulin Skin Test.
9. Bagaimana edukasi
8. Bagaiman dan strategi DOTS
hubungan jenis yang dilakukan pada
kelamin dengan pak Tuber?
penyakit pak
Tuber? perbaikan
lingkungan rumah
Pada laki-laki > dengan membuat
perempuan ventilasi udara yang
1,5 : 1 lebih baik .
Dengan umur pengobatan dan
tersering 15-55 pemeriksaan Tb yang
tahun adekuat , jaminan
OAT yang tersedia
serta monitoring
10. Apa terapi medika 11. Bagaimana
mentosa yang bisa prognosis dan
diberikan pada Pak komplikasi dari
Tuber?
penyakit pak
2 HRZE / 4H3R3 Tuber?
Kifosis berat
Empiema
MDR-TB
dll
Faktor Resiko
Keluhan : Hemoptisisi
Sesak Nafas
Usia 60 thn Malaise
JK laki-laki Keringat Malam
Lingkungan Kumuh Demam

PD Inspeksi : Paru
Normal/Abnormal
Tulang Belakang
Pem.Penujang + gibbus

Palpasi Stem
Sputum Radiologis HistoPA Pem.Lain fremitus

Perkusi redup
Auskultasi
DD :
ronkhi basah di
TB PARU + Spondilitis TB
apex
Pneumonia
TB
PARU
Manifestasi klinis
-Batuk
-Sputum mukoid/purulen
-Nyeri dada
-Hemoptisis
-Dispne
-Demam, berkeringat
terutama mlm hari
-Anoreksia, malaise
-Ronki basah diaprks paru
-Wheezing yg terlokalisir
Pada tahun 1974 American Thoracic
Society memberikan klasifikasi
berdasarkan aspek kesehatan
masyarakat :
Kategori 0 : tdk pernah terpajan, & tdk
Pembagian secara patologis
terinfeksi, riwayat kontak (-), tes
- TB primer
tuberkulin (-)
- TB post primer
Kategori 1 : terpajan TB, tp tdk
Pembagian secara aktivitas
terbukti adanya infeksi. Riwayat
radiologis
kontak (+), tes tuberkulin (-)
- TB paru aktif
Kategori 2 : terinfeksi TB, tetapi tdk
- non aktif
sakit. Tes tuberkulin (+), radiologis &
- quiescent (bentuk aktif yg
sputum (-)
mulai menyembuh)
Kategori 3 : terinfeksi TB & sakit.
Pembagian secara radiologis
Berdasarkan riwayat pengobatan
(luas lesi)
- Kasus baru
- TB minimal
- Kasus kambuh (relaps)
- Moderately advanced TB
- Kasus putus berobat
- Far advanced TB
- Kasus gagal
- dll
Patogenesis 10%dr infeksi TB primer
Berdasarkan penularannya maka akan mengalami reaktifasi,
TB dibagi menjadi 3 bentuk : terutama setelah 2 thn dari
1. TB primer infeksi primer. Kuman akan
disebarkan melalui
Terdapat pada anak2. setelah
tertular 6-8 mggu, mulai hematogen ke bagian
dibentuk mekanisme imunitas segmen apikal posterior.
dlm tubuh, sehingga tes
tuberkulin menjadi (+). Terjadi
3. Tipe reinfeksi
penghancuran (lisis) bakteri yg
dilakukan oleh makrofag Terjadi apabila terdapat
didalam alveoli, terjadi penurunan dr imunitas
pembentukan granulasi yg tubuh / terjadi penularan
disertai dgn fibrosis. secara terus menerus oleh
2. Reaktifasi dari tuberkulosis kuman tsb dlm satu
primer keluarga.
Pemeriksaan fisis Pemeriksaan radiologis
- Konjungtiva mata/kulit - Pd awal penyakit saat lesi
pucat krn anemia masih merupakan sarang
- Badan kururs, serta BB pneumonia, : Berupa
me bercak2 spt awan & dgn
batas yg tidak tegas
- Perkusi : redup krn adanya
infiltrat yg luas - Bila lesi diliputi jaringan
ikat, maka tampak
- Auskultasi : ronki basah,
bayangan berupa bulatan
kasar, & nyaring
dgn batas tegas
- Pd TB paru yg lanjut dgn tuberkuloma
fibrosis yg luas :
- Pd kavitas tampak cincin
ditemukan atrofi & retraksi
yg berdinding tipis, lama2
otot2 interkostal
menjadi sklerotik &
menebal
Laboratorium
- Darah : anemia ringan dgn gambaran normokrom &
normositer, gama globulin me, kadar natrium darah
menurun
- Sputum
- Tes tuberkulin
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4
kategori:
Kategori 1, (2HRZE/4H3R3) ditujukan terhadap :
- Kasus baru dgn sputum (+)
- Kasus baru dgn TB berat
Kategori II, ( 2HRZES/1HRZE/5H3R3E3)
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dgn sputum BTA (+)
Kategori III, ( 2HRZ/4H3R3)
- Kasus BTA (-) dgn kelainan paru yg tdk luas
- Kasus TB ekstra paru selain dari yg disebut dlm
kategori I
Kategori IV : terhadap TB kronik
TB EKSTRA PARU
LIMFADENITIS TB

merupakan peradangan
pada kelenjar limfe atau Etiologi
getah bening yang Mycobacterium
disebabkan oleh basil Tuberculosa
mycobacterium
tuberkulosis
EPIDEMIOLOGI

Indonesia pada tahun 2009 menempati


peringkat kelima negara dengan insidensi TB
tertinggi di dunia setelah India, Cina, Afrika
Selatan, dan Nigeria (WHO, 2010)
Limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak
=> 35% dari semua TB ekstrapulmoner
Limfadenitis TB lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria dengan perbandingan 1,2:1
Pembengkakan kelenjar
limfe dapat terjadi
secara unilateral atau
bilateral, tunggal
maupun multipel,
dimana benjolan ini
biasanya tidak nyeri
gejala sistemik => seperti
demam, penurunan
berat badan, fatigue dan
keringat malam
Menurut Jones dan Campbell
limfadenopati tuberkulosis
perifer dapat diklasifikasikan ke
dalam lima stadium yaitu:
a. Stadium 1 => pembesaran
kelenjar yang berbatas tegas,
mobile dan diskret.
b. Stadium 2 => pembesaran
kelenjar yang kenyal serta
terfiksasi ke jaringan sekitar
oleh karena adanya
periadenitis.
c. Stadium 3 => perlunakan di
bagian tengah kelenjar (central
softening) akibat pembentukan
abses.
d. Stadium 4 => pembentukan
collar-stud abscess.
e. Stadium 5, pembentukan
traktus sinus.
Diagnosis Penatalaksanaan :
a. Pemeriksaan mikrobiologi Paduan OAT pasien TB
=> pemeriksaan ekstra paru => 2HRZE/
mikroskopis dan kultur 4H3R3
b. Tes tuberkulin
c. Pemeriksaan Sitologi =>
biopsi aspirasi kelenjar
limfe
d. Pemeriksaan Radiologis =>
foto toraks, USG, CT scan
dan MRI
Penyebarannya secara
hematogen, diduga adanya
Spondilitis( TB ini paling infeksi sekunder dari suatu
sering dittulang belakang) tuberkulosa traktus
biasanya mengenai korpus urinarius, yg penyebarannya
vertebra, tetapi jarang mll pleksus Batson pada
menyerang arkus vena paravertebralis.
vertebrae (vertebraT8
L3paling sering) Infeksi TBC vertebra
ditandai dengan proses
destruksi tulang progresif
tetapi lambat di bagian
depan
Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa
terdiri dari lima stadium yaitu:
1. Stadium implantasi
2. Stadium destruksi awal
3. Stadium destruksi lanjut
4. Stadium gangguan neurologis
5. Stadium deformitas residua

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra


dikenal 3 bentuk spondilitis:
1. Peridiskal/paradiskal
2. Sentral
3. Anterior
4. Bentuk atipikal
Gejala:
Terdapat gejala klasik tuberkulosis berupa penurunan berat badan,
keringat malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering
tidak menonjol.
Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan
menghilang bila istirahat.
Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada
20% kasus (akibat abses dingin).
Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps
vertebra dan kifosis).
Pada awalnya terjadi nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau
perut, kemudian diikuti paraparesis yang lambat laun semakin
memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan refleks
Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok
tulang vertebra.
Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang
muncul terutama gangguan motorik.
Gangguan menelan dan pernapasan akibat adanya abses
retrofaring.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Pada klien dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan
pada tulang belakang terlihat bentukkiposis.
b. Palpasi
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang belakang
terdapat adanya gibbus pada area tulangyang mengalami infeksi.
c. Perkusi
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.
d. Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis
Uji Mantoux positif
Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan
Mycobacterium
Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
Pemeriksaan radiologis
a. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
b. Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan
destruksi korpus vertebra, disertai penyempitan diskus
intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan
mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral
c. Pada foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk
sarung burung (birds nets) di daerah torakal berbentuk bulbus
dan pada daerah lumbal abses terlihat berbentuk fusiform
d. Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat
sehingga timbul kifosis
e. Pemeriksaan foto dengan zat kontras
f. Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala
penekanan sumsum tulang
g. Pemeriksaan CT scan atau CT dengan mielografi
h. Pemeriksaan MRI
Pengobatan
1. Terapi konservatif, berupa:
a. Tirah baring (bed rest)
b. Memperbaiki keadaan umum penderita
c. Pemasangan brace pada penderita, baik yang dioperasi ataupun yang tidak
dioperasi
d. Pemberian obat antituberkulosa
Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:
Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan
dosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada
orang dewasa 300-400 mg per hari.
Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi
2. Terapi operatif

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh spondilitis tuberkulosa yaitu:


1. Pottds paraplegia.
2. Ruptur abses paravertebra
PLEURITIS TB
GEJELA KLINIS: Diagnosa:
B AT U K 1. analisis cairan pleura dan biopsi
pleura
DEMAM 2. hasil tuberculin positif
NYERI DADA 3. biopsi pleura
DISPNEU 4. pemeriksaan histopatologi
K E R I N G AT jaringan pleura menunjukan
MALAM peradangan
granulomatosa,nekrosis
SENSASI kaseosa,dan BTA positif
MENGGIL
DISPNEU
MALAISE Pengobatan: sama dengan TB paru.
DAN BB

You might also like