You are on page 1of 45

PSIKOLOGI REMAJA

DEFINISI REMAJA (WORLD HEALTH


ORGANIZATION, 1974)
Remaja adalah suatu masa ketika :
1.Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual.
2.Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3.Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi
yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

WHO juga menetapkan batas usia remaja :


10-14 thn : remaja awal
15-20 thn : remaja akhir youth (PBB)
Muncul tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan psikologis;
Identitas diri (Erikson)
Fase genital (Freud)
Puncak perkembangan kognitif (Piaget)
Moral (Kohlberg)
PERKEMBANGAN
PSIKOLOGIS REMAJA
A. PEMBENTUKKAN KONSEP DIRI
Remaja adalah masa transisi dari periode masa
kanak kanak menuju kedewasaan.
Secara Psikologis kedewasaan menurut GW.
Alport (1961, BabVII) adalah sebagai berikut :

1.Pemekaran diri sendiri ( extension of the self ),


ditandai oleh : kemampuan seseorang untuk
menganggap orang atau hal lain sebagai dirinya
sendiri, egoisme berkurang, tumbuhnya
kemampuan mencintai orang lain dan alam
sekitarnya, bertenggangrasa, dan berkembangnya
ego ideal.
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara
objective (Self Objectivication) : Kemampuan
untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri,
kemampuan menangkap humor.

3. Memiliki falsafah hidup tertentu (Unifying


philosophy of life ) : Seseorang itu faham
bagaimana seharusnya ia bertingkahlaku di
dalam masyarakat .
Ciri - ciri tersebut biasanya dimulai sejak secara
fisik tumbuh tanda - tanda seksual sekunder.
Mulai jatuh cinta, mempunyai idola, dan
seterusnya. Sampai pada taraf tertentu sehingga
kepribadiannya menetap.

Masa remaja ( adolesence ) sering dianggap


sebagai masa storm & stress, masa yang penuh
frustasi dan konflik, masa harus dilakukannya
penyesuaian diri, masa percintaan dan roman
dan masa pemisahan diri dari masyarakat dan
kebudayaan org dewasa.
EGO IDENTITY (ERIKSON) Salah satu topik yang
paling sering dipertanyakan pada masa remaja
adalah masalah "Siapakah Saya? akibat
perkembangan self-awareness.

Remaja selalu berubah dan ingin selalu


mencoba, baik dalam peran sosial maupun
dalam perbuatan. Proses "mencoba peran" ini
normal, tujuannya ingin menemukan jati-diri
atau identitasnya sendiri.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri.

Karakteristik remaja yang sedang berproses


untuk mencari identitas diri ini juga sering
menimbulkan masalah pada diri remaja.
KARAKTERISTIK REMAJA YANG DAPAT
MENIMBULKAN BERBAGAI PERMASALAHAN
PADA DIRI REMAJA (GUNARSA, 1989)

Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan


dalam gerakan.
Ketidakstabilan emosi.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan
pandangan dan petunjuk hidup.
Adanya sikap menentang dan menantang orang
tua.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi
pangkal penyebab pertentangan-pertentang
dengan orang tua.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan
tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
Senang bereksperimentasi.
Senang bereksplorasi.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan.
Kecenderungan membentuk kelompok dan
kecenderungan kegiatan berkelompok.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan kognitif remaja membahas tentang
perkembangan remaja dalam berfikir (proses
kognisi/proses mengetahui ).

Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap Formal


Operasional, yaitu tahap berfikir yang dicirikan dengan
kemampuan berfikir secara hipotetis, logis, abstrak,
dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir
tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti
usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada
proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi
hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).
Berbagai penelitian menunjukkan adanya
perbedaan yang konsisten antara kemampuan
kognitif anak-anak dan remaja. Dibandingkan
anak-anak, remaja memiliki kemampuan
lebih baik dalam berfikir hipotesis dan logis.
Remaja juga lebih mampu memikirkan
beberapa hal sekaligus - bukan hanya satu -
dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak
(Keating, dalam Carlson, dkk., 1999).
C. PERKEMBANGAN PERAN SOSIAL
Pada masa remaja lingkungan sosial adalah
teman sebaya.
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan
teman sebaya.
Mencapai perilaku yang bertanggung jawab.
Mengembangkan kemampuan intelektual untuk
hidup sebagai warga negara.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua
dan orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih
melibatkan kelompok teman sebaya dibanding
orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).

Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih


banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain
dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds,
2001). Dengan demikian, pada masa remaja
peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Kelompok teman sebaya diakui dapat
mempengaruhi pertimbangan dan keputusan
seorang remaja tentang perilakunya.B ahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber
referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi
dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi
remaja, teman-teman menjadi sumber informasi
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian
yang menarik, musik atau film apa yang bagus,
dan sebagainya (Conger, 1991).
D. PERKEMBANGAN EMOSI
Terjadi peningkatan emosi yang disebabkan oleh :
penyesuaian pada lingkungan baru, harapan sosial
untuk berperilaku lebih matang, aspirasi yang tidak
realistis, penyesuaian dengan lawan jenis, masalah
sekolah pekerjaan, hubungan keluarga yang tidak
harmonis.
Pada masa ini mood bisa berubah dengan sangat cepat.
Remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood "senang luar biasa" ke "sedih luar
biasa", sementara orang dewasa memerlukan
beberapa jam untuk hal yang sama.
E. PERKEMBANGAN MORAL & RELIGI
Remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer
yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang &
keadaan sosial.
Faktor yang mempengaruhi
kenakalan remaja (Internal)
1. KRISIS IDENTITAS
Perubahan biologis dan sosiologi pada diri remaja
memungkinkan terjadinya 2 bentuk integrasi.

1. Terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam


kehidupannya
2. Tercapainya identitas peran
2. KONTROL DIRI YANG LEMAH
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
yang nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan 2
tingkah laku tersebut namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
3. FAKTOR KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada psikosomatis
dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
4. FAKTOR KONDISI FISIK
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai cacat fisik cenderung
mempunyai rasa kecewa terhadap kondisi hidupnya. Kekecewaan
tersebut apabila tidak disertai pemberian bimbingan akan
menyebabkan si penderita cenderung berbuat melanggar tekanan
hidup bersama sebagai bentuk kekecewaan akan kondisi tubuhnya.
5. FAKTOR STATUS DAN PERANNYA DI
MASYARAKAT
Seorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum
yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar
dari penjara) sering kali pada saat kembali ke masyarakat status nya
disebut ex napi sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan
penyimpangan hukum karna merasa tertolak.
POLA ASUH
Pola Asuh Pola Asuh
Otoriter Permisif

Pola Asuh
Otoritatif
Pola Asuh
Otoriter

Orang tua Anak harus Tugas dan kewajiban


menerapkan patuh dan orang tua tidak sulit,
peraturan kepada tunduk pada tinggal menentukan
keinginan orang apa yang diinginkan
anaknya secara dan harus dilakukan
ketat dan sepihak. tua.
/ tidak boleh
dilakukan anak.
Pola Asuh Otoriter
Anak cenderung merasa tertekan dan
penakut.
Tidak mampu mengendalikan diri.
Kurang percaya diri, kurang kreatif.
Tidak bisa mandiri.
Kurang dewasa dalam perkembangan moral.
Rasa ingin tahu yang rendah.
Pola Asuh
Permisif

Anak punya harga


Orang tua tidak
diri rendah, kontrol Kemungkinan anak
mau terlibat dan
diri yang buruk, akan melakukan
tidak mau pusing
sosial buruk, hal serupa kepada
memedulikan
merasa bukan anaknya kelak.
kehidupan
bagian penting
anaknya.
bagi orang tuanya.
Pola Asuh
Otoritatif

Orang tua Orang tua


Orang tua cenderung
memberi bersifat
subyektif: menganggap
kebebasan serta sederajat hak
bimbingan perhatian dan
kontrol pada dan kewajiban
kepada anak. ank dibanding
perilaku anak.
dirinya.
POLA ASUH
Pola Asuh Permisif cuek terhadap anak. Biasanya diakibatkan oleh
orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, atau urusan lainnya.
Dampak: anak menjadi kurang perhatian, rendah diri, kontrol diri buruk,
lebih rentan terhadap pergaulan yang negatif dan kemampuan sosialisasi
yang buruk.
Pola Asuh Otoriter bersifat memaksa kepada anak, keras dan kaku.
Hukuman fisik sering diterima oleh anak dengan alasan agar anak tetap
patuh terhadap orang tua.
Dampak: anak tidak bahagia, selalu berada dalam ketakutan, senang
berada diluar rumah, benci orang tua.
Pola Asuh Demokratif memberi kebebasan
pada anak untuk berkreasi dan
mengeksplorasi berbagai minat dan
kemampuan anak dengan batasan dan
pengawasan dari orang tua.
Dampak: anak akan hidup ceria,
menyenangkan, kreatif, percaya diri tinggi,
terbuka pada orang tua, menghargai dan
menghormati orant tua, berprestasi baik, dll
PATOFISIOLOGI
KENAKALAN REMAJA
SKENARIO 1 BLOK 22
REMAJA IDENTITAS DIRI

Secara normal, akan terjadi perubahan :


1. Biologis 3. Moral
2. Kognitif 4. Psikologis

Krisis Identitas Identifikasi


(Identitiy Difusion)
(Identity crisis) (Sense of Identity)

Faktor Resiko VS Faktor Protektif

MENANG KALAH

Kematangan kepribadian & kemandirian - Melakukan perilaku beresiko tinggi


sosial : - Kegagalan pembentukan identitas
- Self awareness (kesadaran diri) - Perubahan psikoseksual terpengaruh
- Role anticipation & Role - Perilaku teman sebaya yang buruk
experimentation - Gangguan perkembangan moral
- Apprenticeship - Stress di masa remaja
Kenakalan remaja
Definisi kenakalan remaja
Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah juvenile delinquency
merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang.
Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan
dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.
Jenis kenakalan remaja
Bentuk kenakalan dalam perumusan tersebut dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
Kenakalan yang tergolong pelanggaran atau kejahatan
yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) atau undang-undang lainnya.
Kenakalan yang tergolong pelanggaran norma sosial
dan norma-norma lainnya, tetapi yang belum/ tidak
diatur dalam KUHP atau undang-undang lainnya, atau
tingkah laku/ perbuatan anak-anak yang cukup
menyulitkan atau cukup tidak dimengerti orangtua
maupun masyarakat pada umumnya.
Contoh kenakalan remaja
1. Narkoba
2. Penyakit HIV/AIDS
3. Hamil di luar nikah
4. Mencuri
5. Clubing
6. Perkataan Buruk dan Jorok
7. Tawuran dan Perkelahian
8. Merokok
9. Membolos Sekolah
10. Peniruan Budaya Barat, dsb.
faktor
Faktor internal:
Krisis identitas: Perubahan biologis dan
sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi kedua.
Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak
bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku nakal.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya
komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan
agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Teman sebaya yang kurang baik.
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Mencegah kenakalan remaja

You might also like