You are on page 1of 36

Berbicara agama adalah riskan/sansitif,

sebab agama sebagai problem of ultimare


concern.
Artinya, jika seseorang berbicara tentang
agamanya, maka hal itu tidak dapat tawar
menawar, apalagi berganti.
Agama tidak seperti pakaian, tetapi sekali
memeluk agama (keyakinan), maka tidak
daoat dipisahkan dari seseorang.
Prof. Dr. A. Mukti Ali: Tidak ada kata
yang paling sulit untuk diberi pengertian
selain kata AGAMA.

Kata agama sepadan dengan kata:


1. Religion (Bhs. Inggris)
2. Religie (Bhs. Belanda)
3. Agama (Bhs. Indonesia)
4. Din (Bhs. Arab)
RELIGION= Berarti melakukan suatu perbuatan
dengan penuh penderitaan atau mati-
matian.Perbuatan yang dimaksud di sini adalah
berupa usaha atau sejenis peribadatan yang
dilakukan berulang-ulang dalam rangka
mendekati sesuatu yang ghaib.
RELIGIE= mengumpulkan atau membaca.
Maksudnya adalah agama merupakan
kumpulan cara-cara mengabdi kepada sesuatu
yang ghaib, atau cara-cara itu terbaca dalam
kitab suci
The Advanced Learners Dictionary og
Current English belief in the existence of
supernatural rulling power, the creator
and controller of the universe, who has
given to man the spiritual nature which
continues to exist after the death of body.
(Mempercayai adanya kekuatan kodrat
yang maha mengatasi, menguasai,
menciptakan, dan mengawasi alam
semesta dan yang telah
menganugerahkan kepada manusia suatu
watak rohani, supaya manusia dapat
hidup terus-menerus setelah mati.
The Holt Intermediate Disctionary of American
English: Belief in and worship of God or the
super natural. (Kepercayaan dan
penyembahan kepada Tuhan atau Kepada
Yang Maha Mengetahui )
An English-Readers Dictionary,
(1)Belief in God as creator and controller of
the universe. kepercayaan kepada Tuhan
sebagai pencipta dan pengawas alam
semesta dan
(2)System of faith and worship based on such
belief. sistem kepercayaan dan
penyembahan didasarkan atas keyakinan
tertentu.
Vergilius Ferm. Agama dalah seperangkat
makna dan kelakukan yang berasal dari
individu-individu yang religius.
Dr. Sidi Gazalba. Religi adalah kepercayaan
kepada dan hubungan manusia dengan yang
kudus, dihayati s ebagai hakikat yang ghaib,
hubungan yang mana menyatakan diri dalam
bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup,
berdasarkan doktrin tertentu.
Everymans Encyclopedia. Agama adalah
penerimaan atas tata aturan dari pada
kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dari
pada manusia.
Berasal dari kata A (tidak) dan Gama
(pergi). Maka agama berarti tidak pergi
maksudnya agama adalah tetap tidak diwarisi
secara turun-temurun.
A (tidak), Gama (kocar-kacir). Maka agama
berarti tidak kocar-kacir atau penuh aturan,
sehingga hidupnya teratur.
A (cara, atau jalan), Gama (to go =
berjalan). Maka agama berarti cara berjalan
mencapai Tuhan.
Mempunyai banyak arti, antara lain:
Keadaan berhutang. Artinya, manusia harus
tunduk dan patuh kepada akibat berhutang,
dia harus tundak dan patuh oada oeraturan
hutang-piutang, serta patuh dan menyerah
kepada si pemberi hutang.
Ketundukan. Maksudnya adalah kepatuhan
atau ketundukan secara sadar dan sukarela.
Sebab, ketundukan yang tidak secara sadar
dan sukarela tidak berarti ketundukan yang
benar.
Kekuasaan yang bijaksana. Sebagaimana
pada makna yang pertama, bahwa manusia
dalam keadaan berhutang kepada Yang Maha
Kuasa, yang artinya ada yang dimiliki
manusia dalam kekuasaan Tuhan yang harus
selalu dipatuhi.
Kecenderungan alamiah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan manusia yang lemah dan selalu
merasa ada yang memiliki selain dirinya. Oleh
karena itulah manusia selalu berusaha untuk
mencari tentang siapa Tuhan yang
sebenarnya.
Agama adalah relasi (hubungan) Tuhan
sebagaimana yang dihayati manusia.
Robert H. Thouless: suatu sikap terhadap
terhadap dunia , sikap mana menunjuk
kepada kepada suatu lingkungan yang
lebih luas daripda lingkungan dunia ini
yang bersifat ruanga dan waktu,
lingkungan yang lebih luas itu adalah
dunia rohani.
Suatu sistem kepercayaan kepada
Tuhan
Suatu sistem penyembahan kepada
Tuhan
Hubungan manusia dengan TUHAN
(hambun minallah)
Hubungan manusia dengan MANUSIA
(hambun minnas)
Hubungan manusia dengan SESAMA
MAKHLUK (hambun minanafs)
Menurut Nico Syukur Dister ofm
Agama sebagai sarana untuk mengatasi
frustasi, Pandangan ini berpijak pada
pandangan Freud yang menyatakan bahwa
manusia bertindak religius karena mereka
mengalami frustasi. Karena manusia
mengalami frustasi inilah, maka dia akan
mencari cara untuk keluar dari frustasinya,
dan perilaku religius inilah yang paling pas
untuk dilakukannya.
Agama sebagai sarana untuk memuskan intelek
yang ingin tahu, Pada bagian ini agama berfungsi
sebagai pemuas intelektual-kognitif bagi
penganutnya yang bersifat eksistensial psikologis
yaitu berupa keinginan dan kebutuhan manusia
akan orientasi kehidupan, yaitu untuk dapat
menempatkan diri secara berarti dan bermakna
di tengah-tengah kejadian alam semesta.
Kepuasan yang diberikan agama antara lain,
pertama agama dapat menyajikan pengetahuan
tentang rahasia yang menyelamatkan
kehidupannya baik di dunia ini terlebih
kehidupan setelah mati. Kedua, dengan
menyajikan suatu moral maka agama
memuaskan intelek yang ingin tahu apa yang
harus dilakukan manusia agar dapat mencapai
tujuan dalam hidupnya.
Agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan, Pada bagian ini ketakutan yang
dimaksud adalah ketakutan yang tidak
terlihat objeknya. Manusia memasuki agama
karena mereka suatu kekosongan yang
menganga dalam dirinya, sehinga ia sadar
bahwa dirinya hanya sebuah makhluk yang
berada dalam suatu kekuatan besar.
Agama sebagai sarana untuk menjaga
kesusilaan dan tata tertib masyarakat,
Pandangan ini menyatakan bahwa ada
kebutuhan manusia tentang suatu instansi
yang dapat menjaga dan menjamin
berlangsungnya ketertiban dalam hidup
moral dan sosial.
Fungsi edukatif, Maksudnya yaitu agama yang
menjadi keyakinan seseorang memberikan
ajaran-ajaran yang harus mereka patuhi baik itu
berupa perintah maupun larangan. Kedua hal
tersebut di arahkan oleh agama agar seorang
pribadi dapat melakukannya sehingga dia
menjadi manusia yang baik menurut ajaran
agamanya.
Fungsi penyelamat, Fungsi ini merupakan tujuan
utama manusia memeluk suatu agama, karena
setiap manusia mendambakan keselamatan baik
keselamatan dalam kehidupan didunia terlebih
kehidupan setelah kematian yang menjadi
keyakinan dalam setiap agama.
Fungsi pendamai, Melalui agama seseorang
mendapat kedamaian batin, terlebih bagi mereka
yang bersalah atau berdosa. Rasa bersalah atau
dosa akan segera hilang jika orang yang
memeluk agama tertentu melakukan ritual
tertentu sesuai dengan agamanya sebagai upaya
penebusan dosa, seperti bertobat, penebusan
dosa atau pensucian.
Fungsi kontrol social, Para penganut agama
sesuai dengan agama yang dianutnya akan
terikat batin kepada tuntunan ajaran agamanya
tersebut, baik secara pribadi maupun secara
kelompok. Ajaran agama bagi pemeluknya
dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini
agama berfungsi sebagai pengawasan social
secara individu maupun sosial.
Fungsi pemuk rasa solidaritas, Para penganut
agama yang sama secara psikologis akan
merasa memiliki kesamaan dalam satu
kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa
kesatuan ini akan memupuk rasa solidaritas
dalam kelompok maupun perorangan.
Fungsi transformatif, Ajaran agama dapat
merubah kehidupan kepribadian seseorang
atau kelompok menjadi kehidupan baru
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Kehidupan baru yang diterima ini
berdasarkan agama yang dipeluknya kadang
kala mampu merubah kesetiaannya kepada
suatu aturan tertentu seperti adat.
Fungsi kreatif, Ajaran agama mendorong dan
mengajak para penganutnya untuk bekerja
produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain.
Penganut agama tidak hanya disuruh untuk
bekerja rutin dalam pola hidup yang sama, tetapi
juga dituntut untuk melakukan inovasi dan
penemuan baru.
Fungsi sublimatif, Ajaran agama juga
mensakralkan segala bentuk usaha manusia,
tidak saja yang bersifat keagamaan (ukhrawi),
tetapi juga yang bersifat duniawi. Segala usaha
manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama, jika diniatkan dengan
tulus untuk mencari ridha Tuhan akan
mempunyai nilai ibadah.
Karena pada hakikatnya manusia
adalah hamba Tuhan, maka segala
aktivitas dan prinsip kehidupan
manusia adalah BERMUARA KEPADA
UNSUR KETUHANAN DAN
PENGABDIAN KEPADA TUHAN
REVEALED AND NON-REVEALED
RELIGION,
REVEALED disebut juga agama WAHYU
Yaitu agama yang menghendaki iman
kepada Tuhan, kepada Rasul dan kepada
kitab-kitab sucinya serta pesannya yang
disebarkan kepada seluruh umatnya.
Contohnya: Yahudi, Kristen dan Islam
NON REVEALED yaitu agama yang tidak
memandang esensial penyerahan kepada
aturan ilahi.
Ciri-ciri agama wahyu:
Lahirnya tidak tumbuh dari masyarakat
tetapi dari Tuhan.
Disampaikan oleh manusia pilihan Tuhan
yaitu Nabi
Memiliki kitab suci yang bersih campur
tangan manusia
Ajarannya serba tetap, walaupun
tafsirannya selalu berubah-ubah.
Konsep ketuhanannya adalah Monotesime
mutlak
Kebenarannya dalah universal, yaitu
berlaku bagi setiap manusia dan keadaan.
Tumbuh secara kumulatif dalam masyarakat
penganutnya
Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan
Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun
ada banyak mengalami perubahan
Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan
perubahan akal manusia
Konsep ketuhanannya dinamisme, animisme,
politeisme dan paling tingginya adalah
monoteisme nisbi
Kebenaran ajaranya tidak universal, tidak berlaku
umum
Sir Thomas W. Arnold mengatakan
bahwa: yang tergolong jenis agama ini
adalah: Buddhisme, Kristen dan Islam.
Al-Masdoosi memberi catatan bahwa
Buddhisme tidak tergolong agama
missionary jika ditinjau dari segi
keaslian ajarannya
Ditinjau dari segi ras dan
geografisnya, agama-agama dibagi
menjadi:
Agama ras Semitik yaitu Yahudi, Nasrani
dan Islam
Agama ras Arya yaitu Hinduisme, Jainisme,
Sikhisme, dan Zoroasterian
Agama ras Mongolian adalah
Confusianisme, Taoisme, dan Sintoisme
SISTEM EMOSI, yaitu emosi yang
menyebabkan manusia mempunyai sikap
yang serba agamis.
Rudolf Otto mengatakan bahwa emosi keagamaan
itu adalah sikap kagum dan terpesona terhadap
sesuatu yang ghaib.
Soderblom menyebutkan bahwa emosi keagamaan
adalah sikap percaya campur takut.
Koentjoroningrat mengatakan bahwa emosi
keagamaan ini merupakan komponen utama dalam
setiap agama yang akhirnya akan membedakan
agama dengan sistem sosial budaya dalam
masyarakat
SISTEM KEYAKINAN, yaitu sistem
keyakinan yang terwujud dalam pikiran
dan gagasan manusia yang menyangkut
keyakinan tentang:
konsep manusia tentang tuhan, sifat-sifat
tuhan, wujud aalam ghaib, terjadinya alam
dan dunia, tentang akhirat roh-roh dan
makhluk gaib yang lain.berupa
Konsep sistem norma dan nilai
keagamaan, ajaran kesusilaan dan ajaran
keagamaan lain yang mengatur kehidupan
manusia
SISTEM RITUS DAN UPACARA KEAGAMAAN,
hal ini terwujud dalam aktvitas dan tindakan
keagamaan manusia dalam melaksanakan
pengabdian dan kebaktian kepada Tuhan
dalam usaha untuk berkomunikasi dengan
Tuhan.
PERALATAN DAN TEMPAT MELAKSANAKAN
IBADAH, biasanya bermacam-macam tempat
dan sarana untuk pelaksanaan ritus, seperti
masjid, gereja, dll
PEMELUK ATAU PENGANUT AGAMA yang
biasanya disebut sebagai umat
Memelihara Agama (hifzh al-din)
Memelihara Jiwa (hifzh an-Nafs)
Memelihara Akal (hifzh al-aql)
Memelihara Keturunan(hifzh an-nasl)
Memelihara Harta(hifzh al-Mal)
Memelihara Agama (hifzh al-din)
Tingkat Dharuriyat (primer), seperti
melaksanakan kewajiban agama yang
pokok, seperti shalat lima waktu.
Tingkat Hajjiyat (sekunder), melaksanakan
ketentuan agama dengan maksud
menghindarkan diri dari kesulitan, seperti
shalat jamak
Tingkat Tahsiniyat yaitu melaksanakan
petunjuk agama guna untuk
mempertinggi martabat manusia
sekaligus untuk melengkapi pelaksanaan
kewajiban kepada Tuhan, misalnya
menutup aurat, membersihkan najis.
Memelihara Jiwa (hifzh an-Nafs)
Tingkat Dharuriyat (primer), seperti
memenuhi kebutuhan pokok berupa
makanan untuk memperhtahankan hidup.
Tingkat Hajjiyat (sekunder), seperti
diperbolehkan berburu binatang untuk
menikmati makanan yang lezat.
Tingkat Tahsiniyat yaitu ditetapkannya
cara makan dan minum, dan ini hanya
pada batasan kesopanan dan etika.
Memelihara Akal (hifzh al-aql)
Tingkat Dharuriyat (primer), seperti
dilarangnya menggunakan zat-zat yang
mengandung narkotika sehingga
mengakibatkan terancamnya eksistensi akal.
Tingkat Hajjiyat (sekunder), seperti
dianjurkan menuntut ilmu, jika hal ini tidak
dilakukan tidak membahayakan eksistensi
manusia tetapi dapat mempersulit diri orang
tersebut.
Tingkat Tahsiniyat seperti larangan berkhayal
atau mendengarkan sesuatu yang tidak
bermanfaat.
Memelihara Keturunan(hifzh an-nasl)
Tingkat Dharuriyat (primer), seperti
dianjurkan menikah bagi yang mampu dan
larangan berzina.
Tingkat Hajjiyat (sekunder), seperti
menyebutkan mas kawin (mahar) dalam
perkawinan dan memberikan hak talak
bagi suami.
Tingkat Tahsiniyat yaitu dianjurkan
meminang sebelum pernikahan dan
diadakannya pesta (walimah).
Memelihara Harta(hifzh al-Mal)
Tingkat Dharuriyat (primer), seperti
diaturnya kepemilikan harta dengan cara
yang halal dan dibenarkan.
Tingkat Hajjiyat (sekunder), seperti
diperbolehkan jual beli dengan cara tawar
menawar dan sistem pesanan.
Tingkat Tahsiniyat yaitu anjuran untuk
menghindarkan diri dari penipuan, dan
pengecohan dalam jual beli sehingga
sistem kehidupan masyarakat menjadi
aman dan sejahtera.

You might also like