Professional Documents
Culture Documents
ANESTESIOLOGI - FKUY
BLOK KEDARURATAN
=========================
RESUSITASI JANTUNG PARU
=========================
Kematian :
1. Wajar/normal resusitasi tidak diperlukan / tdk bermanfaat :
Ok : - penyakit (akut/kronik) yg berat
- usia lanjut
(Bertahap : nadi/denyut jantung berhenti kematian jaring-
an lain)
2. Tidak wajar/normal mendadak resusitasi diperlukan
Ok : - pernafasan berhenti mendadak (repiratory arrest)
- jantung berhenti mendadak (cardiac arrest)
- penurunan/hilangnya kesadaran
RJP : - 3 fase (tahap)
- 9 langkah : A-B-C-D-E-F-G-H-I
1. Bantuan hidup dasar (basic life support) : ABC
2. Bantuan hidup lanjut (advanced life support) : DEF
3. Bantuan hidup jangka panjang (prolonged life support) : GHI
Henti nafas )
) kesadaran / (-)
Henti jantung )
Ventilasi/sirkulasi buatan oksigenasi darurat yg efektif
sel-sel otak/organ vital lain tidak rusak akibat kekurangan O2
Dilakukan sampai paru & jantung dapat menyediakan O2 dg
kekuatan sendiri secara normal.
Iskemia otak 4 menit pd suhu nomal korteks serebri
rusak menetap, walaupun sesudah itu kita dapat membuat
jantung berdenyut kembali.
Terjadinya kerusakan otak pasca resusitasi, akibat terlambat-
mulai resusitasi.
Henti nafas/jantung dapat terjadi dimana saja, baik di dalam
atau diluar rumah sakit. Di dalam rumah sakit, apalagi di
dalam kamar bedah, penanganannya lebih mudah karena
peralatan & obat-obatan yg cukup memadai.
Di luar rumah sakit, tindakan resusitasi dilakukan tanpa alat
atau dg alat yg sederhana.
Resusitasi harus dilakukan dg cepat ( < 4 menit ) & benar.
Dimulai dg penentuan : - tidak ada respons
- tidak ada nafas
- tidak ada nadi
- bronkodilator
B = BREATHING SUPPORT.
====== > bantuan nafas.
Setelah tidak ada sumbatan pd jalan nafas nilai ada tidak
pernafasan spontan :
- merasakan sentuhan udara dari mulut & hidung
- pergerakan nafas pd dada pasien
Bila TIDAK ADA NAFAS SPONTAN nafas/ventilasi buatan :
- dengan mulut, ke : - mulut
- hidung
- mulut & hidung dg sungkup muka
- stoma trakeostomi
- dengan alat bantu pernafasan (resusitator)
Bantuan nafas = 12 16 X/menit.
Mulut ke mulut :
- Kepala ps ekstensi, agar mulut terbuka
- Penolong menarik nafas dalam-dalam
- Bibir penolong ditempelkkan ke bibir ps dg erat agar tidak bocor
- Tiupkan udara ekspirasi penolong, sambil lubang hidung ps di-
tutup dg memijit hidung ps dg jari-jari penolong
- Bila dada ps naik udara mencapai paru-paru ps
- Bibir dilepaskan pengeluaran udara pasif dari paru-paru ps
- Diulang secara teratur dan kontinyu sesuai irama pernafasan,
sampai ps bernafas spontan
C = CIRCULATORY SUPPORT
====== > bantuan sirkulasi
D/ henti jantung : - tidak sadar
- tidak teraba denyut nadi/arteri besar
(lihat SS/ henti jantung)
Pada pasien HENTI JANTUNG :
bantuan sirkulasi kompresi jantung (masase jantung)
luar
Pasien tidur terlentang pada alas yg datar dan keras.
Posisi penolong berada di samping dan menghadap pasien.
Bila ps di atas tempat tidur, penolong berdiri. Bila di lantai,
penolong berlutut.
Dada depan dalam keadaan terbuka (telanjang)
Penolong membungkukkan badan hampir tegak lurus (antara
tungkai & badan).
Satu pangkal tangan penolong diletakkan di seperempat
bawah sternum ( 2 jari cranial sambungan sifosternum).
Tangan yg lain diletakkan di atas tangan pertama.
Penekanan dilakukan dg pangkal telapak tangan, kedua tela-
pak tangan saling bertindihan, jari-jari direntangkan lurus &
tidak menyentuh dinding dada, lengan lurus, kedua bahu pe-
nolong tepat di atas sternum pasien.
Tekanan vertikal ke bawah 4-5 cm, laju 80-100 X/men
Kompresi <====> relaksasi.
Pada saat relaksasi, kedua tangan tidak boleh diangkat dari
dada pasien.
Kompresi jantung luar : nafas buatan = 30 : 2, baik 1 orang
penolong ataupun 2 orang penolong
Kompresi jantung luar :
- harus dilakukan secara halus & berirama
- menghasilkan tekanan sistolik 100 mmHg & TAR 40 mmHg
pada arteri karotis
- tidak boleh terputus lebih dari 7 detik setiap kalinya, kecuali
pada : - intubasi endotrakea
- transportasi (naik/turun tangga)
Sesudah 4 daur kompresi ventilasi evaluasi
Periksa denyut nadi karotis :
- (--) RJP dilanjutkan.
- (+) periksa pernafasan :
- (+) pemantauan ketat denyut nadi & pernafasan.
- (--) nafas buatan 12 X/men, pantau nadi & nafas
E = ELECTROCARDIOGRAPHY
==== > gambar arus listrik jantung
- fibrilasi ventrikel gelombang listrik(ampl/frek) tak teratur
- asistol ventrikel
- disosiasi elektro-mekanis kompleks berbentuk aneh
KURVA EKG
Gelombang P
Gelombang QRS
R
Gelombang T
PR Interval ST Segmen
Segmen T
P T
Q
PR interval
S QT Interval
GAMBAR EKG NORMAL
Irama : Teratur
HR : 60 100 x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gel. P selalu
diikuti gel.QRS, T.
Interval PR : Normal ( 0,12 0,20 detik )
Gelombang QRS : Normal ( 0,06 0,12 )
a.
b.
Normal
Fibrilasi ventrikel
Disosiasi elektromekanik
Asistol ventrikel
F = FIBRILLATION TREATMENT (terapi fibrilasi / defibrilasi ).
==== > dg syok listrik (DC shock)
Syok listrik hanya utk fibrilasi ventrikel, bila sesudah kompresi
jantung luar, jantung masih belum berdenyut.
Utk asistol ventrikel / disosiasi elektro-mekanis, syok listrik tidak
bermanfaat.
Teknik defibrilasi :
Dg menggunakan alat DC shock / defibrilator, dg 2 elektroda
berbentuk pedal (paddle), menggunakan arus searah dg
tombol pengatur satuan tenaga Joule (Wsec).
Pedal I diletakkan di dada kanan, kaudal dari klavikula kanan,
pedal II di iga (kosta) kelima kiri, antara grs midklavikular
kiri & grs aksilar depan kiri.
Dosis awal : dws 200 J ; anak 100 J ; bayi 50 J ( 3 X )
Kompresi jantung luar/ventilasi = 30 : 2 10 X
Epinefrin intravena/intratrakeal
Kalau gagal syok listrik (dws 360J, anak 200J, bayi 100J)
3 X berturut-turut.
Fase 2 BHL-DEF ini berhasil bila diperoleh sirkulasi spontan
yg adekuat.