You are on page 1of 16

MOTODE ABSORBSI OBAT

SECARA DIFUSI

Oleh :
JURNIANTI F1F1 13 103
MARDILA F1F1 13 157
MUHAMAD ERWIN F1F1 13 032
MUHAMMAD IRFAN F1F1 13 083
MINTJE MARIS F1F1 13 166
Definisi absorpsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari
saluran gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui
absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.

Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui


kerja permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagian dari
vili ini berkurang karena pengangkatan sebagian dari usus
halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang
mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormon
pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim
pencernaan
Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi
(pergerakan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat
tidak memerlukan energi untuk menembus
membran.
Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa)
untuk bergerak melawan perbedaan
konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat
membawa obat-obat menembus membran.
Pinositosis berarti membawa obat menembus
membran dengan proses menelan.
Gambar : Tiga proses utama dalam absorpsi obat
melalui membran gastrointestinal; yaitu absorpsi
pasif, absorpsi aktif, dan pinositosis
Peristiwa absorpsi, meliputi mekanisme pasif dan aktif diantaranya :

1. Difusi pasif melalui pori


2. Difusi pasif dengan cara melarut pada lemak penyusun membran
3. Transpor aktif
4. Difusi terfasilitasi
5. Pinositosis
6. Transpor oleh pasangan ion
Difusi Pasif

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa


molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekular
secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan
konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya
suatu membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah
untuk menyelidiki proses difusi.
Tenaga penggerak difusi pasif dari suatu obat adalah perbedaan
konsentrasi yang melewati suatu membran yang memisahkan dua
kompartemen tubuh yaitu obat tersebut bergerak dari suatu
bagian yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang rendah.
Difusi pasif tidak menggunakan suatu karier, tidak ada titik jenuh
dan kurang menunjukkan spesifitas struktural. Sebagian besar
obat-obat masuk kedalam tubuh dengan mekanisme ini. Obat-
obat yang larut dalam lemak mudah bergerak menembus
kebanyakan membran-membran biologi, sedangkan obat-obat
yang larut dalam air menembus membran sel melalui saluran
aqua.
Absorbsi Obat Secara Difusi Pasif

Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara


difusi pasif. Mula- mula obat berada dalam larutan
air pada permukaan membran sel, kemudian molekul
obat akan melintasi membran dalam melarut dalam
lemak membran. Pada proses ini obat bergerak dari
sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain. Setelah
taraf mantap (steady state) dicapai kadar obat
bentuk non-ion kedua sisi membran akan sama.
Difusi biasa dan difusi khusus
Difusi biasaterjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yanghidrofobik atau tidak berpolar/berkutub. Molekul dapat langsung
berdifusi ke dalammembran plasmayang terbuat darifosfolipid. Difusi
seperti ini tidak memerlukan energi atauATP (Adenosin Trifosfat).

Difusi khususterjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul


yanghidrofilikatau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein
khusus yang memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut ataupun
membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan karena partikel-
partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah.
Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi
untuk spesifik partikel.
Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien
difusi, viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif
dipengaruhi oleh koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi
maka semakin cepat difusi obat.

Contoh obat yang mekanisme transpornya menggunakan difusi pasif


adalah vitamin B12, elektrolit organik lemah (asam, basa), nonelektrolit
organik, glikosida jantung.
faktor yang memengaruhi kecepatan difusi
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat
partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat
kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan
difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat
kecepatan difusinya.
5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk
bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan
difusinya.
Review Jurnal

Nama Jurnalq : Pengembangan Uji Pelepasan In Vitro Untuk Capsaicin Topikal


Formulasi Gel Dengan Menggunakan Franz Diffusion Cell

Judul Jurnal : International Journal of Pharma and Bio Sciences

Tahun Jurnal : 2014


Pengenalan :
Uji pelepasan in vitro (IVRT) dikembangkan untuk mengevaluasi profil pelepasan
Capsaicin dari formulasi gel topikal Capsaicin. Metode ini dikembangkan dengan
menggunakan sel difusi Vertikal Franz, selaput sintetis yang tersedia secara
komersial, media reseptor hidrolik dan kuantifikasi oleh HPLC dengan deteksi UV.

Difusi Franz sering digunakan untuk memastikan bahwa kualitas dan kinerja
produk dipertahankan dari waktu ke waktu dan dengan adanya perubahan.
Tingkat pelepasan in vitro dapat mencerminkan efek kombinasi beberapa
parameter fisik dan kimia, termasuk kelarutan dan ukuran partikel bahan aktif
dan sifat reologi dari bentuk sediaan. Sel difusi Franz biasanya digunakan dengan
kulit manusia atau hewan yang dipalsukan. Namun, bila kulit biologis tidak
tersedia, membran sintetis yang digunakan dalam penelitian difusi obat oleh sel
Franz memiliki dua fungsi: simulasi kulit dan kontrol kualitas
Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
sistem Aliansi HPLC dengan deteksi UV
perangkat lunak Pemberdayaan (Make: Waters)
keseimbangan ganda XS205 (Make: Mettler Toledo)
Sonicator sonel bandelin sonar
labu volumetrik
pipet
gelas the
2. Bahan
Etanol
metanol
Glukosa
glukosa dalam darah (Nilai: 10%)
Sel difusi Franz Vertikal dengan auto sampler
Media reseptor, membran, parameter aparatus sel difusi Franz lainnya dan metode
HPLC untuk kuantifikasi adalah parameter utama untuk pengembangan Uji pelepasan
in vitro (IVRT) seperti :
A) Seleksi media reseptor
B) pemilihan membran
C) parameter peralatan lainnya & perhitungan pelepasan obat
d) metode HPLC untuk kuantifikasi
e) Penggunaan IVRT untuk monitoring pelepasan formulasi gel Capsaicin yang
berbeda
Hasil dan Kesimpulan
Pengembangan metode IVRT bertujuan untuk menggunakan membran
sintetik sebagai uji pelepasan in vitro. metode ini merupakan metode yang
sensitif, Capsaicin digunakan pada rentang konsentrasi 0.25- 6.25 g/ml
mempunyai korelasi linearitas 0.9998. Metode ini digunakan untuk melihat
profil atau sifat dari pelepasan yang berbeda dari sedian topikal gel.
Metode ini menunjukan kekuatan diskriminatif dengan memperhatikan
perubahan komposisi dari formulasi. Metode ini menyediakan alat yang
berguna untuk melihat kualitas produk yang dibutuhkan oleh SUPAC-SS.
metode ini bisa digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik untuk
memantau batch ke batch agar produk tersebut seragam dengan
memperhatikan perubahan dalam proses dan komposisi formulasi dan
pengujian komparatif IVRT.
THANKS FOR ALL

You might also like