You are on page 1of 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF :
PRE OPERATIF

Ns.ANNA FALUZI.S.Kep
RSUP.DR.M.DJAMIL
OBJEKTIF
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan :
1. Identifikasi tanggung jawab keperawatan dalam
perencanaan asuhan keperawatan perioperatif yang
berfokus pada pasien
2. Jelaskan tujuan perawatan perioperatif
3. Menjelaskan aspek penting dari mempersiapkan
klien untuk askep pre dan intra operasi
4. Mengidentifikasi potensi komplikasi pasca operasi
dan menggambarkan intervensi keperawatan
KEPERAWATAN

Sebagai profesi harus memberi pelayanan / asuhan


profesional kepada masyarakat professional
service /care dengan benar
( scientific ) dan baik ( ethical )

Praktik Keperawatan dalam sistem pelayanan asuhan


keperawatan
PELAYANAN PROFESI

Selalu berbasis kompetensi


Mencakup sikap, tingkah laku, profesi, etika
profesi, pengetahuan ilmiah dan teknologi
profesional, serta ketrampilan profesional, dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
VOICE OF THE PATIENTS
Keep Me Safe
Get Me Well
Treat Me Nice

Jamie Orlikoff
TUJUAN ASKEP PASIEN PERIOPERATIF

1. Meningkatkan keamanan tindakan bedah


dengan menciptakan standarisasi prosedur
yang aman
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas,
dan disabilitas/kecacatan akibat komplikasi
prosedur bedah.
3. Me-recall memory, terutama pada hal-hal
kecil yang gampang terabaikan pada
keadaan pasien yang kompleks.
PENDAHULUAN
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal
dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi
landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien
meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi.
TUJUAN PENILAIAN PRA-OPERASI
1. Siapa yang harus menjalani penilaian pra-operasi
2. Kapan dan di mana penilaian pra-operasi harus
dilakukan
3. Siapa yang harus melakukan penilaian pra-operasi
4. Risiko, manfaat dan informed consent
5. Apa yang harus terjadi setelah penilaian pra-operasi
6. Informasi apa yang harus diberikan kepada pasien
7. Bagaimana catatan harus disimpan
8. Bagaimana layanan penilaian pra-operasi harus
diaudit
9. Pelatihan penilaian pra-operasi
10. Contoh latihan yang efektif
PENGKAJIAN PREOP
Identifikasi pasien nama dan
tanggal lahir dan medical record
Prosedur operasi , yaitu lokasi dan
menandai sisi
Pendidikan preoperasi , pemahaman
pasien , dan verbalisasi prosedur
Informed consent didokumentasikan
Status mental / fisiologis
Pesanan pre - op dan riwayat
penyakit
Mobilitas
Internal / eksternal prostesis
SAMB. PENGKAJIAN PREOP
Gangguan sensorik atau hambatan bahasa
Perbedaan budaya , kebutuhan spiritual
Status Kardiovaskuler
Status gizi (Puasa)
Rasa sakit ( penilaian tingkat nyeri)
Berat badan dan tinggi badan
Penilaian khusus bedah yang sesuai :
kardiovaskuler , paru , saraf , ortopedi ,
pencernaan , ginekologi ,mata
Barang-barang pribadi dan lokasi mereka
Obat dan alergi ( diperoleh dari riwayat pasien )
PERSIAPAN PRE OPERATIF
KLIEN DI UNIT PERAWATAN

A. PERSIAPAN FISIK

Persiapan fisik pre operasi yang dialami


oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu
Persiapan di unit perawatan
Persiapan di ruang operasi
PERSIAPAN FISIK DI UNIT
PERAWATAN
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan
terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
1. Status kesehatan fisik secara umum
2. Status Nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Kebersihan lambung dan kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal Hygine
7. Pengosongan kandung kemih
8. Latihan Pra Operasi
1. STATUS KESEHATAN FISIK
SECARA UMUM

Sebelum dilakukan pembedahan


Identitas klien,

Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,


riwayat kesehatan keluarga,
Pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamik, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain
itu pasien harus istirahat yang cukup
2. STATUS NUTRISI
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan :
mengukur tinggi badan

berat badan,

lipat kulit trisep

lingkar lengan atas,

kadar protein darah (albumin dan globulin)

keseimbangan nitrogen

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan


pasien mengalami berbagai komplikasi
pasca operasi
3. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan.
Kadar elektrolit serum

natrium serum (normal : 135 -145


mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5
mmol/l)
kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50
mg/dl).Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa
4. KEBERSIHAN LAMBUNG
DAN KOLON

Puasa dan dilakukan tindakan


pengosongan lambung dan kolon
dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa
dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
5. PENCUKURAN
DAERAH OPERASI
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung
pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi.
Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan
operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya :
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur,
hemmoroidektomi.

Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada


lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan
6. PERSONAL HYGINE
fisiknyakuat diajurkan untuk mandi
sendiri dan membersihkan daerah operasi

pasien
tidak mampu memenuhi
kebutuhan personal hygiene secara
mandiri maka perawat akan memberikan
bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
7. PENGOSONGAN
KANDUNG KEMIH
Pemasangan kateter
Selain untuk pengongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi
balance cairan.
8. LATIHAN PRA OPERASI
Latihan Nafas Dalam
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.

Latihan Batuk Efektif


operasi dengan anstesi general
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-
hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk

Latihan Gerak Sendi


Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of
Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada
awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan
secara mandiri
B. PERSIAPAN PENUNJANG
Radiologi & Diagnostik
foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur)
USG (Ultra Sono Grafi),
CT scan (computerized Tomography Scan) ,
MRI (Magnrtic Resonance Imagine),
BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi,
CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO,
EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
Biopsi
tindakan sebelum operasi berupa
pengambilan bahan jaringan tubuh

Kadar Gula Darah (KGD) puasa 10 jam


(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya
jam 8 pagi)

Laboratorium terutama pemeriksaan masa


perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time), Hemoglobin,
protein darah, angka leukosit, limfosit, LED
(laju enap darah), jumlah trombosit, protein
total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), ureum
kretinin
C. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
ASA grade I Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri
:Mortality (%) : 0,05.
Mortality (%) : 0,05.
ASA grade II Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang
bukan diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah : Mortality (%)
: 0,4.
ASA grade III Penyakit sistemik berat; misalnya penderita
diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah : Mortality (%) :
4,5.
ASA grade IV Penyakit/gangguan sistemik berat yang
menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan
pembedahan : Mortality (%) : 25.
ASA grade V Penyakit/gangguan sistemik berat yang
menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan
pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard :
Mortality (%) : 50
D. PERSIAPAN MENTAL /
PSIKIS
Tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual
pada integeritas seseorang yang
dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis
(Barbara C. Long).
FAKTOR KECEMASAN / KETAKUTAN
PASIEN PRA BEDAH
Alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien
dalam menghadapi pembedahan antara lain :
1) Takut nyeri setelah pembedahan
2) Takut terjadi perubahan fisik, buruk rupa dan tidak
berfungsi normal (body image)
3) Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum
pasti)
4) Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan
orang lain yang mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan
pembedahan dan petugas
6) Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.
FAKTOR RESIKO TERHADAP PEMBEDAHAN
Usiausia yang terlalu muda (bayi/anak-anak)
dan usia lanjut
Nutrisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan

Penyakit Kronis kardiovaskuler, diabetes,


PPOM, dan insufisiensi ginjal
Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
gangguan fungsi endokrin: dibetes mellitus
Merokokarterosklerosis

Alkohol dan obat-obatanriwayat alkoholic


kronik seringkali menderita malnutrisi dan
masalah-masalah sistemik
ASUHAN KEPERAWATAN
Ansietas
adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak
mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis ;
sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu ;
perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya
yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat
pengukuran untuk mengatasi ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.


Kriteria hasil :
- klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi
yang membuat stress.
- klien mampu mempertahankan penampilan peran.
- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
OBAT- OBATAN PRE MEDIKASI
Obat-obatan premedikasi yang diberikan
biasanya adalah valium atau diazepam.
Antibiotik profilaksis biasanya di berikan
sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi
dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.
Antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi
pasien
OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN PADA
PASIEN HARUS DILABEL

Nama
Kekuatan
Jumlah/konsentrasi
Tanggal kadaluwarsa
Pelarut dan volumenya
Tanggal diberikan
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
GEJALA :
Pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi,
antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan


ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan
pilihan anastesia, dan juga potensial bagi
penarikan diri pasca operasi).
EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan
dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre
Operasi adalah :
Ansietas berkurang/terkontrol.
Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap
penampilan dan fungsi tubuh.
Pasien menunjukkan koping yang efektif.
Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan
dalam peran keluarga.
Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses
menghadapi Operasi. Sahabat Setia : Yogyakarta.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah :
Preoperatif Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr.
Sardjito Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi
revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga
University Press : Surabaya.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC
: Jakarta

You might also like