You are on page 1of 39

Fraktur 1/3 bawah muka

Fraktur mandibula (os mandibula)


Fraktur dentoalveolar
Fraktur
Mandibula
Definisi
Fraktur mandibula adalah
rusaknya kontinuitas tulang
mandibular yang dapat
disebabkan oleh trauma baik
secara langsung atau tidak
langsung. Fraktur mandibula
dapat terjadi pada bagian
korpus, angulus, ramus maupun
kondilus.
Fraktur Tulang Mandibula
Fraktur tulang Mandibula merupakan fraktur yang paling sering
terjadi dan disebabkan oleh mandibula yang terpisah dari kranium.
Penanganan biasanya berhubungan dengan efek kosmetik, okslusi
gigi yang sempurna, proses mengunyah serta menelan yang
sempurna.
Fraktur ini dihubungkan dengan adanya otot yang bekerja dan
berorigo serta berinsersi pada mandibula yaitu otot elevator, otot
depressor dan otot protrusor.
Otot elevator
Otot Depresor
Otot Protrussor
Klasifikasi Fraktur Mandibula berdasarkan
lokasi anatominya
1. Midline : fraktur diantara incisal
sentral.
2. Parasymphyseal : dari bagian distal
symphysis hingga tepat pada garis
alveolar
yang berbatasan dengan otot masseter
(termasuk sampai gigi molar 3).
3. Symphysis : berikatan dengan garis
vertikal sampai distal gigi kaninus.
4. Angle : area segitiga yang berbatasan
dengan batas anterior otot masseter
hingga
perlekatan poesterosuperior otot
masseter (dari mulai distal gigi molar 3).
5. Ramus : berdekatan dengan
bagian superior angle hingga
membentuk dua garis apikal pada
sigmoid notch.
6. Processus Condylus : area pada
superior prosesus kondilus hingga
regio ramus.
7. Processus Coronoid : termasuk
prosesus koronoid pada superior
mandibula
hingga regio ramus.
8. Processus Alveolaris : regio yang
secara normal terdiri dari gigi.
Gejala fraktur mandibula diantaranya:
Pembengkakan, ekimosis maupun laserasi pada kulit yang meliputi
mandibula.
Rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan pada N. Alveolaris inferior.
Anestesia dapat terjadi pada satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi
dimana N. Alveolaris inferior menjadi rusak.
Maloklusi.
Gangguan morbilitas atau adanya krepitasi.
Malfungsi berupa trismus dan rasa sakit waktu mengunyah.
Gangguan jalan nafas yang terjadi akibat kerusakan pada mandibula yang
menyebabkan perubahan posisi, trismus, hematoma, dan edema pada
jaringan lunak
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA

Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi

Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008. 11
Laub D.R., Facial Trauma, Mandibular Fractures. 2009. <http://emedicine.medscape.com> (6 Maret 2011).
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA

Klasifikasi berdasarkan tipe fraktur

A. Greenstick, B. Simple, C. Kominuted, D. Kompon

Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008. 12
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA

Lokasi Nyeri tekan


mandibula - Palpasi tepi inf atau rasa baal,
maksila dan diskontinuitas,
Evaluasi dan
Pemeriksaan (tetap di postmandibula
pergerakan displacement.
Mandibula midline, (proc kondilus
mandibula
pergeseran - simphisis
lateral/ mandibula)
inferior)

13
Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA

Hematoma,
Odema,
bleeding IO
Ekstra Oral
Step
Pemeriksaan klinis deformity
# Mandibula Maloklusi,
dataran oklusal
terputus
Intra Oral
Nyeri Palpasi,
pergeseran #

14
Penanganan Fraktur Mandibula
Tergantung pada lokasi fraktur, luasnya, dan keluhan
yang diderita, lokasi fraktur ditentukan dengan
pemeriksaan radiografi seperti foto polos pada posisi
PA, lateral, towne, lateral oblik, kiri dan kanan
Penggunaan Mini atau mikro plate pada fraktur
mandibula oleh karena:
Populer sejak tahun 1970an.
Tidak menimbulkan kallus.
Mini plate dipasang dengan menggunakan sekrup.
Bersifat lebih stabil tidak memberikan reaksi jaringan.
Dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.
Mudah dikerjakan.
Kekurangan metode ini adalah sulit didapat dan mahal.
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA

A. Proyeksi posterior-anterior
B. Proyeksi oblik lateral
C. Proyeksi Towne
D. Foto panoramik

16
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL

CT scan

3D imaging

Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006


17
PERAWATAN FRAKTUR MANDIBULA

Metode Reduksi
Tertutup/ immobilisasi
Perawatan Konservatif dg fiksasi MX-MD

# Mandibula
Reduksi Fiksasi
Metode Terbuka
Dg kawat/ plate

18
Indikasi Metode Reduksi Tertutup

Fraktur menguntungkan tanpa adanya pergeseran tempat (nondisplaced


favorable fracture)

Fraktur kominuted yang luas

Fraktur pada mandibula oedentolous

Fraktur mandibula pada anak

Fraktur processus koronoid dan kondilus

Michael Miloro. Petersons Principles of Oral and Maxillofacial


19
Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Indikasi Metode Reduksi Terbuka

Fraktur yang tidak menguntungkan pada sudut mandibula

Fraktur yang tidak menguntungkan pada bodi mandibula atau daerah


parasymphisis mandibula

Terjadinya kegagalan pada metode tertutup

Fraktur yang membutuhkan tindakan osteotomy

Fraktur yang membutuhkan grafting tulang


Michael Miloro. Petersons Principles of Oral and Maxillofacial
20
Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Reduksi Tertutup dan Terbuka

A. Tertutup dengan erich bar,


B. Terbuka dengan ORIF

Michael Miloro. Petersons Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004. 21
KOMPLIKASI

1. Delayed union dan non union, disebabkan karena : 3. Ankilosis


- reduksi dan imobilisasi yang tidak adekuat
Jarang, lebih banyak terjadi pada anak-anak
- infeksi dan dihubungkan dengan fraktur
- kurangnya suplai darah intrakapsular dan imobilisasi
- defisiensi metabolik dan alkoholisme 4. Nerve injury, Gangguan sensori permanen
2. Infeksi, disebabkan karena : dari nervus alveolar inferior
- reduksi dan imobilisasi yang tidak adekuat
- kurangnya suplai darah
- defisiensi metabolik dan alkoholisme
- fraktur gigi digaris fraktur
- fraktur kominuted
- pemberian antibiotik yang tidak tepat
- fraktur kompound

22
Trauma Dentoalveolar
Trauma Dentoalveolar
Fraktur dentoalveolar merupakan fraktur yang terjadi pada gigi,
tulang alveolar atau dapat mengenai gigi dan tulang alveolar
Trauma jaringan keras meliputi trauma pada gigi dan prosesus
alveolaris, fraktur rahang serta fraktur tulang-tulang fasial.
Sanders, brady dan Johnson mengklasifikasikan trauma dentoalveolar
sebagai berikut :
Retak mahkota
raktur mahkota
Fraktur mahkota-akar
Fraktur akar horisontal
Sensitivitas
Perubahan letak gigi
Avulsi
Fraktur prosesus alveolaris
Menurut Hale dalam Kruger (1984) membagi fraktur gigi sebagai
berikut:
Kelas 1 Fraktur mengenal email (Ellis 1)
Kelas 2 Fraktur mengenai email dan dentin (Ellis 2)
Kelas 3 Fraktur mengenai email, dentin dan terbukanya pulpa (Ellis 3)
Kelas 4 Fraktur berada dibawah garis servikal
Fraktur gigi (Hale & Krager)
Penanganan Trauma Dentoalveolar
Tujuannya adalah penyembuhan tulang yang cepat, memperbaiki
fungsi pengunyahan, pernafasan, bicara serta menghasilkan susunan
wajah dan gigi geligi yang estetis.
Perawatan Fraktur meliputi :
Perawatan fraktur gigi
Perawatan fraktur wajah
Rehabilitatif
Perawatan Fraktur Gigi
Perawatan terhadap fraktur email, dentin dan pulpa, kombinasi
ketiganya serta perawatan terhadap fraktur akar, gigi yang bergeser,
intrusif, ekstrusi, dan avulsi.
Debridemen, alveolektomi, ekstraksi, replantasi, dan reposisi,
tergantung dari kasus gigi geligi yang mengalami trauma.
Pemberian obat-obat antibiotika, analgetika.
Splinting : untuk mengembalikan pergeseran gigi ke posisi semula
sampai jaringan pendukung menyokong dengan baik.
Splinting

A. Essig Type Splinting B. Erich Arch Bars


Perawatan Fraktur Wajah
Prinsipnya adalah mengembalikan fragmen-fragmen tulang pada
hubungan anatomi dan mempertahankannya hingga proses
penyembuhan terjadi.
Perawatan fraktur wajah terdiri dari :
Reduksi
Fiksasi
imobilisasi
Reduksi
Reduksi Tertutup
Traksi karet elastik yang, dipasang pada rahang selama 15 menit
sampai 48 jam akan menghasilkan daya terus menerus sehingga
dapat mereduksi fraktur.
Indikasi : jika gigi-gigi pada kedua rahang atas dan bawah cukup untuk
membentuk oklusi yang digunakan sebagai panduan, fraktur relatif
baru terjadi, serta fraktur tertutup tanpa dislokasi didukung oleh
oklusi geligi yang cukup baik.
Reduksi Terbuka melalui tindakan bedah.
Indikasi :jika tidak cukup oklusi gigi geligi yang digunakan untuk
panduan reduksi, fraktur angulus mandibula, fraktur mal-union, dan
fraktur non-union.
keuntungan :operator dapat membersihkan jaringan ikat dan debris
diantara tulang-tulang, yang akan menghambat penyembuhan.
Kerugian :terjadi infeksi dan adanya jaringan parut bila dilakukan
secara ekstraoral.
Fiksasi
Indirect fixation : gimer method
Direct fixation : eyelet wiring
Indirect skeletal fixation
Direct skeletal fixation
Imobilisasi
Tujuan : fragmen-fragmen tulang yang telah direposisi tidak dapat
bergerak satu sama lain sehingga pergerakan abnormal dari fragmen-
fragmen dan krepitasi akan hilang.
Lama imobilisasi tergantung lokasi fraktur, umur penderita, ada
tidaknya gigi dan infeksi, normalnya 4-6 minggu.
Rehabilitatif
Bertujuan untuk mengembalikan fungsi otot dan sendi pengunyahan
yang lama diistirahatkan.
Rehabilitasi meliputi perawatan restorasi oklusi dan pelatihan otot-
otot pengunyahan
Komplikasi
Infeksi
Non-union
Mal-union
Delayed union

You might also like