You are on page 1of 150

AUTOIMMUNE DISEASES

Semester v
PENDAHULUAN

Ciri suatu imun normal adalah


kemampuannya untuk bereaksi dengan
berbagai mikroba yang jenisnya hampir
tak terbatas tanpa bereaksi dengan self-
antigen
Populasi : 3,5 % menderita penyakit
autoimun, lebih banyak pada wanita
Ditemukan auto antibodi
Origin, differentiation & main function in immunity of phagocytes
Bone Marrow stem cells

Lymphoid progenitors Myeloid progenitors Erythroid progenitors Platelet progenitors

T Lymphocyte B Lymphocyte
Erythrocytes Platelets

Granulocytes (In Blood & Tissues) Monocytes ( In Blood )


Alveolar
Macrophages Splenic &
Neutrophils Eosinophils Basophils lymph node
Liver Kupffer
cells
Peritoneal
Other tissues
(brain, synovia,
Microbicidal Destroy Release kidney)
present parasites histamine &
Present late in inflamm
early in produce heparin in
response
inflamm mediators of anaphylactic
Microbicidal
response inlammation reaction
Initiate immune response 3
RESPON IMUN
Respon imun alami (innate immunity)

Respon imun dapatan (adaptive immunity)


Respon imun seluler
Respon imun humoral
The immune system :
basic concept

Innate Adaptive

Non-specific Specific

Humoral Cellular Humoral Cellular

First line of defence Second line of defence

Complement, Macrophage, Specifics B-cells:


Specific T-cells
Interferon, TNF, etc neutrophils antibodies

No memory Memory
Origin, differentiation & main function in immunity of phagocytes

Bone Marrow stem cells

Lymphoid progenitors Myeloid progenitors Erythroid progenitors Platelet progenitors

T Lymphocyte B Lymphocyte
Erythrocytes Platelets

Granulocytes (In Blood & Tissues) Monocytes ( In Blood )


Alveolar

Neutrophils Eosinophils Basophils Macrophages Splenic &


lymph node
Liver Kupffer
cells
Peritoneal
Other tissues
(brain, synovia,
Microbicidal Destroy Release kidney)
present parasites histamine &
Present late in inflamm
early in produce heparin in
response
inflamm mediators of anaphylactic
Microbicidal
response inlammation reaction
Initiate immune response 6
Elements of the immune system

HUMORAL Chemokines CELLULAR


EO
Cytokines PMN
PRR M
s-Receptors
Granzyme
NO non specific NK

innate
C
immunity DC

IgM specific TH NKT

IgA adaptive
IgG immunity CTL Treg

B
IgE
RESPON IMUN
SEL-SEL YANG
BERPERAN
DALAM INNATE
IMMUNITY
INNATE IMMUNITY
ADAPTIVE IMMUNITY
RESPON IMUN SELULER
Merupakan respon imun yang dimediasi oleh sel limfosit T
Respon dapat berupa :
Lisis sel target (sel terinfeksi)secara langsung
Produksi sitokin yang nantinya berfungsi mengaktivasi sel terinfeksi untuk
membunuh patogen sasaran

RESPON IMUN HUMORAL


Dimediasi oleh antibodi yang dibentuk oleh sel limfosit B
Respon berupa :
Antibodi mengikat sebagian atau seluruh bagian dari antigen yang berada
di luar sel
ADAPTIVE IMMUNITY (2)

RESPON IMUN SELULER VIA LIMFOSIT T


Untuk mengontrol patogen yang hidup intraseluler
Untuk mengontrol sel tumor

RESPON IMUN HUMORAL VIA LIMFOSIT B


Untuk mengontrol patogen yang hidup extraseluler
Memediasi terjadinya reaksi alergi dan hipersensitivitas

INTERAKSI RESPON IMUN HUMORAL DAN SELULER


ADCC (antibody dependent cell mediated cytotoxicity) dimana Ag
diselubungi oleh Ab (opsonisasi). NK-cell yang punya FcR akan
berikatan dengan kompleks Ab-Ag menghancurkan Ag
INNATE TO ADAPTIVE IMMUNITY
ANTIGEN PRESENTING CELLS (APC)
berperan dalam mempresentasikan antigen ke sel limfosit
T naive melalui MHC class I (ke sel T cytotoxic) atau MHC
class II (ke sel T helper)

* MHC = major histocompatibility complex


definisi

Autoimunitas respons imun terhadap antigen jaringan


sendiri, disebabkan kegagalan mekanisme normal yang
berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T
atau keduanya
Kegagalan mekanisme yang menyebabkan limfosit tidak lagi
mampu membedakan self dan non self, sehingga sistem
imun dapat merusak sel dan jaringan sendiri
Pendahuluan :
Autoimun adalah reaksi sistem imun terhadap
antigen jaringan sendiri.
Antigen jaringan tersebut disebut Autoantigen (self
antigen),
sedangkan antibodi yang terbentuk disebut autoantibodi.
Limfosit yang mempunyai reseptor untuk antigen
self (autoantigen) disebut sel auto reaktif
Bila sel tersebut memberi respons pada autoimun disebut
sel limfosit reaktif (SLR). Walaupun SLR bertemu dengan
autoantigen tidak selamanya terjadi reaksi respons imun,
karena ada sistem yg mengendalikan reaksi autoimun
Sistim imun dapat rusak menterjemahkan jaringan
tubuh sendiri sebagai antigen asing dan menghasilkan
antibodi ( autoantibodi / sel imunitas yang menargetkan
atau menyerang jaringan sendiri)
Sistem imun pada keadaan tertentu tidak mampu bereaksi
terhadap antigen yang berpotensi menimbulkan respon
imun toleransi kekebalan ( immunologycal tolerance)
Pemaparan limfosit terhadap antigen
spesifik dapat mengakibatkan:
1. Tidak terjadi respon (antigen ignorance) ini terjadi
jika antigen berada dalam suatu organ/situs anatomik
yang tidak terjangkau oleh sistem imun (ssp dan bagian
tertentu pada mata)
2. Terjadi respon imun berupa aktivasi limfosit, proliferasi
dan ekspansi klonal
3.Toleransi imunologik.
terjadi karena ketidak mampuan klon limfosit untuk
merespon antigen akibat paparan sebelumnya dalam
kondisi lingkungan tertentu
Toleransi Imunologik
Toleransi atau kegagalan membentuk antibodi atau
mengembangkan respon imun seluler pasca pajanan dengan
imunogen atau antigen terjadi hanya terhadap antigen
tertentu saja dan tidak disertai gangguan terhadap antigen lain.
Tubuh mempunyai mekanisme kuat utuk mencegah terjadinya
autoimunitas.
Sel T terutama sel CD4+ memiliki peran sentral dalam
mengontrol hampir semua respon imun. oleh karena itu
toleransi sel T merupakan hal yang jauh lebih penting dibanding
toleransi terhadap sel B.
hampir semua sel B self-reacive tidak akan dapat memproduksi
autoantibody kecuali mendapat bantuan yang benar dari sel T.
SENTRAL
diinduksi oleh pengenalan
self-Ag oleh limfosit immature
di organ limfoid generative.

Self tolerance
PERIFER
diinduksi oleh pengenalan
self-Ag oleh limfosit mature
di organ limfoid perifer
SELF TOLERANCE
Toleransi sentral
o Terjadi karena stadium pematangan limfosit di organ limfoid sentral
sangat sensitif untuk terjadinya toleransi
o Limfosit yang memiliki reseptor antigen (Ag) dengan afinitas yang tinggi
terhadap self-Ag akan di delete

Toleransi perifer
o Berfungsi untuk mempertahankan sifat sistem imun agar tidak responsif
terhadap Ag yang tidak ada di jaringan limfoid sentral, tapi ada di jaringan
limfoid perifer atau bila ada klon sel dengan reseptor afinitas yang tinggi
lolos pada seleksi primer
o Terjadi karena limfosit matang dapat mengenali Ag akibat:
- ko-stimulator tidak adekuat
- stimulasi persisten dan berulang oleh self-Ag
MEKANISME UTAMA TOLERANSI
1. Delesi: kematian sel akibat apoptosis
2. Anergi: inaktivasi fungsi tanpa kematian sel
3. Penekanan aktivasi limfosit dan fungsi efektor oleh limfosit regulator

Toleransi sentral biasanya akibat delesi

Toleransi perifer akibat delesi, anergi dan penekanan aktivasi limfosit/fungsi


efektor
Toleransi imunologik

1. Toleransi sentral
peristiwa differensiasi dan pembentukan
repertoire limfosit (pembentukan pool
limfosit T dan limfosit B yang dilengkapi
dengan reseptor spesifik antigen) di tymus
dan sumsum tulang belakang
Reseptor pada sel B adalah imunoglobulin
permukaan (Slg) yang mampu mengenali
antigen dalam bentuk natif
Pembentukan repertoire sel B ada di sumsum
tulang belakang dan sel T di Thymus toleransi
sentral utk sel B terjadi dalam sumsum tlg
belakang dan utk sel T di thymus.
Mekanisme utama toleransi sel B: sel B imatur yg
terpapar antigen pada waktu maturasi akan
mengalami apoptosis atau sel B akan mengubah
spesifisitasnya (receptor editing)
Mekanisme toleransi sel T lebih komplek dan blm
diketahui secara pasti.
Teori : bila sel T imatur tersebut terpapar pada self
antigen dalam tymus apotosis
Dan bila self antigen ( berbagai protein ) pada jaringan
perifes/sel diekspresikan pada sel epitel tymus dibawah
pengendalian gen regulator autoimun (AIRE)
mengeliminasi sel T autoreaktif
Atau gen AIRE mengaktivasi self tissue restricted
antigen mendelesi sel T autoreaktive
Toleransi perifer

Walaupun ada usaha untuk memusnahkan


limfosit autoreaktif dalam organ limfoid, tidak
semua sel antigen dapat terpapar pada sel B
dalam sumsum tulang belakang atau sel T
dalam tymus sehingga tidak semua sel
autoreaktif dapat dimusnahkan terdapat
banyak dialiran darah, pembuluh getah bening
dan organ limfoid sekunder penyakit
autoimun
Toleransi perifer sel B bila sel B terpapar antigen
spesifik tanpa Th sel B inaktif walaupun terpapar
kembali oleh antigen yang sama anergi
Toleransi perifer sel T ada 3 kemungkinan berbeda yaitu :
anergi, delesi dan supresi imun
Mekanisme imunological tolerance

Delesi klonal eliminasi klon (kelompok yang berasal


dari satu sel) limfosit T dan sebagian kecil limfosit B,
selama proses pematangan sel th mengaktifkan enzim
caspase apoptosis
Anergi klon, yaitu ketidakmampuan klon limfosit
menampilkan fungsinya
Supresi klon , pengendalian fungsi pembantu limfosit T
T regulator (sel T yang dapat menghambat proliferasisel
Tsecara in vitro dan in vivo) meningkatkan aktivitas
supresi, mengekspresikan CD4+, CD25+
Kegagalan self tolerance sebagai etiologi
penyakit autoimun
Potensi peny autoimun ada pada tiap individu selama
limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk
antigen self dan banyak antigen self yang dapat dijangkau
oleh sistem imun
Tapi walaupun tiap individu dapat menginduksi respon
autoreaktif tp hanya sedikit yang terkena peny
autoimun karena toleransi terhadap self antigen diatur
melalui proses seleksi yang mencegah maturasi sel limfosit
spesifik dan mekanisme penginaktifan dan delesi limfosit T
reaktif
Kegagalan self tolerance sebagai etiologi
penyakit autoimun

Kegagalan self tolerance dapat terjadi


akibat seleksi atau regulasi abnormal dari
limfosit self-reactive.
Kegagalan proses seleksi disebabkan
gangguan dalam proses apoptosis
(khususnya activation induced cell death)
penyakit autoimmune
Causes of Autoimmunity
Faktor yang berperan / etiologi :

- Infeksidan kemiripan molekular


- sequestered antigen
- kegagalan autoregulasi
- aktivasi sel B poliklonal
- obat-obatan
- keturunan/genetik
- lingkungan
Genetik
Terutama gen yang mempengaruhi mekanisme regulasi
sistem mun dan tolerance
Haplotif MHC MHC II autoimun adalah penyakit yg
bergantung pada sel T (struktur molekul MHC dapat
menentukan klom limfosit mana yang diseleksi negatif
selama maturasi)
Contoh : IDDM (DR3 heterozigot), arthritis rheumatoid
( HLA DR1 dan DR4)
Faktor keturunan/ genetik
Penyakit autoimun mempunyai persamaan predisposisi
genetik. Bagaimana hal tersebut diturunkan,umumnya
kompleks dan diduga terjadi atas pengaruh beberapa gen.
Gen yang mempengaruhi mekanisme regulasi sistem imun
dan tolerance. terutama MHC II
Ex : diabetes melitus tipe 1, destruksi sel beta pankreas di
pulau langerhans oleh adanya infiltasi autoantigen sel
dendritik, makrofag, limfosit B dan T hipersensitivitas
tipe lambat/IV
Lingkungan
Contoh
1. Trauma dan kerusakan iskemik merangsang penyakit
autoimun karena terbukanya dan terjangkaunya
sequestered self antigen oleh sistem imun
2. Infeksi tunggal atau yang berulang kehilangan self
tolerance.
Th peran protektif pada agen infeksi Th1
(memproduksi IL 2, IFN g, TNF) aktivasi makrofag +
bekerja sama dgn sel B bila mikroba tidak hilang akan
mengaktivasi makrofag dan setl T CD 8+ terus menerus
antigen self diserang
1. Infeksi dan
kemiripan
molekuler

Ex : Rheumatic
fever is a
classic
example of
molecular
mimicry
Sequestered antigen
Adalah antigen self yang karena letak anatominya dan
adanya sawar anatomik, tidak terpajan/ berhubungan
dengan sistem imun.
Ex: lensa mata, antigen sperma, syaraf pusat.
Pada keadaan normal sequestered antigen tidak
ditemukan sistem imun.
Perubahan anatomik dalam jaringan seperti inflamasi
(sekunder oleh infeksi, kerusakan iskemia atau trauma)
dapat memajankan sequestered antigen dengan sistem
imun yang tidak terjadi pada keadaan normal.
Semua jaringan pada masa embrional dipaparkan pada
sistem imun, sebagian jaringan tersebut dikenal sebagai
dirinya (self). Bila pada masa embrional ada jaringan yang
tidak dipaparkan pada sistem imun, maka jaringan tersebut
dikenal sebagai jaringan asing (non self), contohnya testis,
tiroid, lensa mata.
Hal ini terjadi karena jaringan tersebut dibatasi oleh suatu
sistem barier. Apabila ada suatu sebab (contohnya
kecelakaan atau infeksi) yang melibatkan terjadinya
kerusakan pada sistem barier, sehingga jaringan tersebut
memaparkan diri dalam tubuh individu, sehingga ia akan
mengakibatkan respon imun yang akhirnya terjadilah suatu
penyakit yang dikenal sebagai penyakit autoimun
Kegagalan autoregulasi.
Regulasi imun berfungsi untuk mempertahankan
homeostasis.
Gangguan dapat terjadi pada presentasi antigen, infeksi
yang meningkatkan respons MHC, kadar sitokin yang
rendah dan gangguan respons imun terhadap IL-2
(gangguan pada respon imun, modulasi fungsi sel NK)
Pengawasan beberapa sel autoreaktif diduga bergantung
pd sel Ts atau Tr. Bila terjadi kegagalan sel Ts atau Tr, maka
sel Th dapat dirangsang sehingga menimbulkan
autoimunitas.
Aktivasi Sel B poliklonal.
Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi sel B
poliklonal oleh virus (EBV), LPS (Lipopolisakarida) dan
parasit malaria yang dapat merangsang sel B secara
langsung yang menimbulkan autoimunitas. Antibodi yang
terbentuk terdiri dari berbagai autoantibodi.

Obat-obatan
Antigen asing dapat diikat oleh permukaan sel dan
menimbulkan reaksi kimia dengan antigen permukaan sel
tersebut yang dapat mengubah imunogenitasnya.
Trombositopenia dan anemia merupakan contoh penyakit
umum dari penyakit autoimun yang dicetuskan obat
Organ yang terkena

Autoimmunity can affect ANY organ/organ system in the human body

Autoimmune Uveitis Multiple Sclerosis

Sjogrens Syndrome
Pemphigus

Rheumatic Fever Goodpastures Syndrome

Diabetes
Autoimmune Hepatitis
Addisons Disease

Autoimmune Oophoritis Ulcerative Colitis

Rheumatoid Arthritis
Autoimmune hemolytic Anemia
Autoimmunity Classification
Can be classified into clusters that are either organ-
specific or systemic
patogenitas

1. melalui mekanisme yang terjadi pada


hipersensitifitas tipe II yang memediasi antibodi.
Autoantibodi langsung mengikat autoantigen yang
terdapat atau diekspresikan pada sel dan berakibat
pada kerusakan sel
2. melalui mekanisme yang terjadi pada
hipersensitifitas tipe III yg dimediasi oleh komplek
imun. Autoantibodi mengikat autoantigen dan
mengaktifkan komplemen yg diikuti rekrutmen sel sel
inflamantori kerusakan jaringan
3. kerusakan dapat terjadi langsung oleh sel T melalui
hipersensitifitas tipe lambat maupun kerusakan sel atau
jaringan secara langsung oleh sel sitotoksik
4. antibodi dapat merangsang atau menghambat fungsi sel
tanpa merusaknya. Pengikatan autoantibodi thd reseptor
spesifik rangsangan yg menerupai rangsangan oleh
hormon atau GF shg terjadi aktivasi thd hormon TSH
hipertiroidy graves Disease
SPEKTRUM PENYAKIT AUTOIMUN
Spektrum sangat luas ; organ spesifik
sistemik (non-organ spesifik)
Organ spesifik : organ tunggal, respons
langsung thd antigen didalam organ tsbt
Non-organ spesifik : organ multipel, respons
autoimun terhadap molekul yang tersebar
diseluruh tubuh terutama, terutama molekul
intra seluler
PENYAKIT AUTOIMUN MENURUT SISTEM ORGAN

Darah, saluran cerna, jantung, paru, ginjal, SSP,


endokrin, kulit, otot, alat reproduksi, telinga,
tenggorok, mata
Dibentuk antibodi terhadap antigen jaringan sel alat
tubuh alat tubuh semdiri
Kadang terdapat antibodi yang tumpang tindih
Hematologi
Saluran cerna (anemia pernisiosa, aklorhidria,
hepatitis autoimun, sirosis bilier primer, penyakit
inflamasi usus)
Jantung : miokarditis, kardiomiopati, sindroma pasca perikardiotomi
dan sindroma pasca infark miokard (penyakit Dressler)
Ginjal : nefropati imunoglobulin A, nefropati membran, sindroma
nefropati idiopatik, glomerulonefritis mesangiokapiler, GN yang
berhubungan dengan infeksi, nefritis tubulointerstitial, sindrom
Goodpasture
Susunan saraf : Guillan Barre, vaskulitis, sklerosis multipel, mielitis
transversa, neurotis optik, sindrom Devic
Endokrin : hipofisis limfositik, tirotoksikosis (Grave), goiter, tiroiditis
Hashimoto, hipoparatiroidisme, DM
Reproduksi : endometriosis, infertilitas
Autoimun yang berhubungan dengan infeksi

A. Virus dan autoimunitas : virus adeno dan Coksaki, hepatitis C


B. Bakteri dan autoimunitas : karditis reumatik, sindroma Reiter,
eritema nodusum
Autoimun yang berhubungan dengan obat

A. Antibodi antifosfolipid : clorpromazin, fenotiazin, quinidin


B. Pemfigus : efek direk terhadap epidermis atau indirek melalui
modifikasi sistem imun
C. Kelainan hati : halotan, influran, eritrosin, sulfonamid, dsb
D. Psoriasis :
- berhubungan dgn IFN-, IFN-, GM-CSF dan IL-2
- -blocker dapat menginduksi psoriasis
PENYAKIT AUTOIMUN MENURUT MEKANISME

1. Melalui autoantibodi autoantigen (AIHA, ITP, Grave,


Hashimoto, miksedema primer, miastenia gravis, seliak)
2. Melalui antibodi dan sel T terbentuk kompleks imun RA
dan LES (sistemik), sindrome sjogren, guillain bare, miastenis
gravis, grave, DM, hashimoto, ITP, pemfigus, dermatomiositis
(organ)
3. Melalui kompleks antigen-antibodi LES, miastenia gravis, DM
tipe I, sklerosis multipel
4. Melalui komplemen LES
Pathogens
Drugs and Toxins

Drugs
Examples: Procainamide (Pronestyl)
Drug induced lupus

Toxins
Examples: Toxic Oil Syndrome
Occurred in Spain in 1981 after people ate contaminated olive
oil.
People developed unique illness marked by lung disease,
eosinophilia, and excessive IgE
Hormones

Wanita jauh lebih mungkin untuk


mengembangkan penyakit autoimun
Kenaikan hormon yang terkait dengan
kehamilan bahkan dapat menyebabkan
keguguran (RSA).
Endometriosis dan preeclampsia
diperkirakan keduanya akibat autoimun
di alami
Estrogens and Autoimmunity
Sex differences
in
autoimmunity

Nature Immunology 2, 777 - 780 (2001)


Immune Regulation
A defect in any arm of the immune system can trigger autoimmunity

Complement

T cells B cells
1. Goodpastures disease
disebut jugas penyakit anti-glomerular Basement
Membrane (anti-GBM)
ditandai dengan progresif cepat glomerulonefritis dan /
atau perdarahan paru-paru
Anti-BGM sangat jarang, dengan kejadian yang sekitar 1
kasus per 100.000 per tahun.
Ini mempengaruhi laki-laki terutama putih.
Sindroma Goodpasture (Sindroma Ginjal Paru)
adalah suatu bentuk glomerulonefritis
(peradangan glomerulus ginjal) yang
menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, disertai batuk darah.
Merupakan reaksi hypersensitivitas tipe 3
PENYEBAB

Penyebab yang pasti tidak diketahui, merupakan


suatu penyakit autoimun yang dipicu oleh infeksi
virus atau menghirup pelarut hidrokarbon.
Penderita sindroma Goodpasture menghasilkan
antibodi terhadap sistem penyaringan di ginjal
dan terhadap alveoli dan kapiler di paru-paru.
Antibodi ini ditimbun di dasar selaput
glomerulus ginjal dan alveoli paru memicu
terjadinya peradangan ginjal dan perdarahan
paru.
GEJALA
Antibodi yang tertimbun di paru menyebabkan
perdarahan di dalam jaringan paru penderita
mengalami batuk darah.
Sesak nafas timbul setelah penderita melakukan aktivitas.
anemia karena kekurangan zat besi maupun anemia
karena gagal ginjal.
Lemah, berat badan turun, demam, athralgia
Diagnosis Laboratorium :
Pemeriksaan paru dengan menggunakan stetoskop
menunjukkan adanya cairan di paru--paru (yang berasal
dari perdarahan di dalam jaringan paru).
Tekanan darah bisa tinggi memburuknya fungsi ginjal,
bisa terjadi edema (pembengkakan).
Pada beberapa penderita ditemukan ruam kulit.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah (ditemukan antibodi, anemia)
Tes fungsi ginjal Analisa air kemih (menunjukkan
adanya darah dan protein)
Pemeriksaan antibodi serum pada selaput dasar
glomerulus
Pemeriksaan dahak (bisa ditemukan adanya makrofag,
yang merupakan sel pada sistem kekebalan, hal ini
merupakan respon terhadap adanya antibodi)
Rontgen dada (menunjukkan adanya cairan di dalam
jaringan paru)
Biopsi paru Biopsi ginjal (menunjukkan adanya
penimbunan antibodi dengan pola yang khas).
PENGOBATAN
Pengobatan untuk memperlambat perkembangan
penyakit efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebelum
fungsi ginjal sangat menurun dialisa.
Untuk mengurangi respon kekebalan, diberikan
corticosteroid atau obat anti-peradangan lainnya.
Immunosupresan (obat penekan respon kekebalan), seperti
cyclophosphamide digunakan secara agresif untuk
mengurangi efek pada sistem kekebalan.
Imunosupressan lainnya adalah chlorambucil, methotrexat,
azathioprine, cyclosporine, mycophenolat, dll
Etarnercept,infliximab,adalimumab, menghalangi aksi dari
faktor tumor nekrosis (TNF) suatu sat yang dapat
menyebabkan radang
Plasmaferesis adalah suatu prosedur dimana plasma darah
dikeluarkan dari tubuh dan diganti dengan cairan atau
plasma dari donor.
Plasmaferesis dilakukan setiap hari selama 2 minggu atau
lebih, untuk membuang antibodi yang terdapat di dalam
peredaran darah.
Jika fungsi ginjal sudah memburuk dialisa.
Pencangkokan ginjal akan memberikan hasil yang
memuaskan jika dilakukan setelah selama beberapa bulan
tidak ditemukan antibodi di dalam darah.
2. Myasthenia gravis
Adalah gangguan transmisi pada neuromuscular
persimpangan ditandai dengan kelemahan otot.
Estimasi prevalensi penyakit bervariasi antara 5-15 kasus
per 100 000 orang.
Kejadian penyakit berbeda laki / perempuan rasio:
sebelum usia 20 - 40,
perempuan tiga kali lebih sering terkena
sedangkan pada kelompok usia lebih tua, laki-laki
mendominasi.
MG adalah gangguan autoimun yang merusak komunikasi
antara syaraf dan otot yang menyebabkan kelainan pada
otot.
Penyakit yang ditandai dengan kelemahan progresif dan
hilangnya kontrol otot
Diklasifikasikan sebagai Penyakit "sel B
Autoantibodi terhadap reseptor nicotinic acetylcholine
Pada myasthenia gravis sistem kekebalan menghasilkan
antibodi yang menyerang salah satu jenis reseptor pada otot
samping pada simpul neuromukular-reseptor yang bereaksi
terhadap neurotransmiter acetycholine. Akibatnya, komunikasi
antara sel syaraf dan otot terganggu.
penyebab tubuh untuk menyerang reseptor acetylcholine
sendiri tidak diketahui.
Berdasarkan salah satu teori, kerusakan kelenjar thymus
kemungkinan terlibat. Pada kelenjar thymus, sel tertentu pada
sistem kekebalan belajar bagaimana membedakan antara
tubuh dan zat asing.
Kelenjar thymus juga berisi sel otot (myocytes) dengan
reseptor acetylcholine. Untuk alasan yang tidak diketahui,
kelenjar thymus bisa memerintahkan sel sistem kekebalan
untuk menghasilkan antibodi yang menyerang reseptor
acetylcholine.
Gambaran Menonjol dari MG
dapat disebabkan karena gangguan kekebalan
penderita akan mengalami kelopak mata yang layu dan
pandangan yang buram atau ganda dan otot menjadi
sangat lemah dan lelah setelah berolah raga
setiap orang bisa mewarisi kecendrungan terhadap
kelainan autoimun ini. sekitar 65% orang yang mengalami
myasthenia gravis mengalami pembesaran kelenjar thymus,
dan sekitar 10% memiliki tumor pada kelenjar thymus
(thymoma). Sekitar setengah thymoma adalah kanker
(malignant).
PENYEBAB
Pemicu : infeksi, operasi, atau penggunaan obat-obatan
tertentu, seperti nifedipine atau verapamil (digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi), quinine
(digunakan untuk mengobati malaria), dan
procainamide (digunakan untuk mengobati kelainan
ritme jantung).
PENGOBATAN

Obat-obatan kemungkinan digunakan untuk membantu


meningkatkan kekuatan dengan cepat atau untuk menekan
reaksi autoimun dan memperlambat kemajuan gangguan
tsb.
Obat-obatan yang meningkatkan jumlah acetylcholine,
seperti pyridostigmine (diminum), bisa meningkatkan
kekuatan otot.
Untuk menekan reaksi autoimun, dokter bisa juga
meresepkan kortikosteroid, seperti prednison, atau
immunosuppressant, seperti cyclosporine atau
azathioprine.
3. Graves disease
Graves Penyakit didefinisikan sebagai suatu bentuk
hipertiroidisme yang terkait dengan struma difus
hiperplastik.
prevalensi sekitar 1% dari populasi umum.
penyakit ini lebih umum pada wanita
dibandingkan pada laki-laki (perempuan rasio laki-laki 7:1)
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda usia
20 40 tahun terutama wanita, tetapi penyakit ini dapat
terjadi pada segala umur .
Ket :
Toxic goiter atau exophtalmic goiter akibat produksi
antibodi yang merangsang tiroid.
Salah satu ab (long acting thyroid stimulator/LATS) atau
(thyroid stimulating antibody/TSab) bereaksi dengan
reseptor TSH pada permukaan kelenjar tiroid akibatnya
aktivitasnya sama dengan aktivitas yang dihasilkan oleh
rangsangan TSH yaitu produksi hormon tiroid melalui
adenylsiklase hipertiroid
Thyroid
Problems
Goiter
Hypersecretion of TSH or TH
penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertiroidisem
(produksi berlebihan dari kelenjar tiroid) yang ditemukan
dalam sirkulasi darah. Graves disease lazim juga disebut
penyakit Basedow.
Struma adalah istilah lain untuk pembesaran kelenjar
gondok.
Gondok atau goites adalah suatu pembengkakan atau
pembesaran kelanjar tiroid yang abnormal yang
penyebabnya bisa bermacam-macam.
penyebab

tidak diketahui. merupakan penyakit autoimun


dimana saat tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang komponen spesifik dari jaringan itu
sendiri, maka penyakit ini dapat timbul tiba-tiba.
Tidak diketahui mekanismenya secara pasti,
kebanyakan dijumpai pada wanita. Reaksi silang
tubuh terhadap penyakit virus mungkin
merupakan salah satu penyebabnya
Obat-obatan tertentu yang digunakan untuk
menekan produksi hormon kelenjar tiroid dan
Kurang yodium dalam diet
Patofisiologi

Graves disease merupakan salah satu contoh dari


gangguan autoimun hipersensitif tipe II.
Sebagian besar gambaran klinisnya disebabkan karena
produksi autoantibodi yang berikatan dengan reseptor
TSH, dimana tampak pada sel folikuler tiroid ( sel yang
memproduksi tiroid).
Antibodi mengaktifasi sel tiroid sama seperti TSH yang
menyebabkan peningkatan produksi dari hormon tiroid.
Gejala dan tanda

berat badan menurun


Meningkatnya takikardi dan palpitasi
peristalsis meningkat sehingga sering timbul diare
Hipermetabolisme susunan saraf menyebabkan tremor,
penderita bangun di waktu malam dan sering terganggu
mimpi yang tidak karuan.
penderita mengalami ketidakstabilan emosi, kegelisahan,
kekacauan pikiran dan ketakutan yang tidak beralasan yang
sangat mengganggu.
bola mata terdorong keluar dan otot mata terjepit.
Pengobatan

penggunaan obat-obat anti tiroid (OAT), yodium


radioaktif dan tiroidektomi (eksisi pembedahan dari
kelenjar tiroid).
Pengobatan hipertiroid pada graves disease adalah
dengan obat-obatan seperti methimazole atau
propylthiouracil (PTU), yang akan menghambat
produksi dari hormon tiroid, atau juga dengan yodium
radioaktif .
Pembedahan merupakan salah satu pilihan pengobatan,
sebelum pembedahan pasien diobati dengan
methimazole atau propylthiouracil (PTU).
Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi tiroksin
dengan OAT dosis tinggi untuk menghambat produksi
hormon tiroid namun pasien tetap dipertahankan
eutiroid dengan pemberian tiroksin.
4. Multiple sclerosis (MS)

adalah penyakit yang mempengaruhi orang dewasa muda.


Penyakit ini biasanya dimulai antara usia 20 dan 50 tahun
dan dua kali lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pada laki-laki. Sekitar 20% orang yang terkena MS memiliki
kerabat dekat yang juga dipengaruhi oleh penyakit ini.
Multiple Sclerosis

MS patients can have autoantibodies and/or self reactive T cells


which are responsible for the demyelination
Multiple sclerosis

salah satu gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan


salah sasaran karena melihat sel-sel tubuh sendiri sebagai
benda asing dan menyerangnya.
Pada MS, tubuh menyerang mielin yaitu selubung
yang melindungi serabut saraf pada sistem saraf pusat.
Hasilnya adalah beberapa (multiple) cedera yang
menimbulkan bekas luka (sclerosis = pengerasan).
Mielin berfungsi mempercepat transfer informasi. Tanpa
selubung ini, transmisi informasi saraf dari otak ke seluruh
tubuh secara bertahap melambat atau terhambat. Hal ini
menyebabkan gangguan saraf motorik dan saraf sensorik.
Penyebab MS
Penyebab MS belum diketahui, tetapi para peneliti di
seluruh dunia sedang berusaha mencari jawabannya.
Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon
abnormal dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya
melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya
(bakteri dan virus). Banyak jenis MS yang menunjukkan
gejala penyakit kekebalan tubuh, dimana tubuh
menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam
kasus MS, yang diserang adalah Myelin).
Gejala dan tanda-tanda MS

Gangguan penglihatan: penglihatan kabur, penglihatan


ganda/berbayang (diplopia), tiba-tiba buta di salah satu mata,
gerakan mata yang tak terkontrol, buta total (sangat jarang
terjadi).
Gejala motorik: Kelemahan otot lokal yang menghalangi gerakan,
kesulitan mengontrol gerakan, gemetar.
Gangguan sensibilitas: pengurangan sensitivitas di beberapa
bagian tubuh, kekakuan, gatal-gatal atau nyeri lokal singkat,
perasaan tersengat listrik.
Gejala kognitif: masalah dengan beberapa fungsi otak seperti
memori, gangguan perhatian, dll
Gangguan urin: inkontinensia.
Gangguan keseimbangan dan koordinasi: kehilangan
keseimbangan.
pengobatan

Suntikan kortikosteroid dapat digunakan untuk keperluan


ini.
Pengobatan imunosupresif kadang-kadang digunakan tetapi
memiliki kekurangan karena sering menimbulkan
efek samping.
terapi
Medications
Drugs that are commonly used for multiple sclerosis
include:
Corticosteroids. The most common treatment for
multiple sclerosis, corticosteroids reduce the
inflammation that spikes during a relapse. Examples
include oral prednisone and intravenous
methylprednisolone.
Interferons. These types of drugs such as Betaseron,
Avonex and Rebif appear to slow the rate at which
multiple sclerosis symptoms worsen over time. But
interferons can cause serious liver damage.
Glatiramer (Copaxone). Doctors believe that glatiramer
works by blocking your immune system's attack on myelin.You
must inject this drug subcutaneously once daily. Side effects
may include flushing and shortness of breath after injection.
Natalizumab (Tysabri). This drug is designed to work by
interfering with the movement of potentially damaging immune
cells from your bloodstream to your brain and spinal cord.
Tysabri is generally reserved for people who see no results
from or can't tolerate other types of treatments. This is
because Tysabri increases the risk of progressive multifocal
leukoencephalopathy a brain infection that is usually fatal.
Mitoxantrone (Novantrone). This immunosuppressant
drug can be harmful to the heart, so it's usually used only in
people who have advanced multiple sclerosis.
Terapi MS
interferon beta adalah pengobatan yang mungkin dilakukan
untuk penderita MS hilang-timbul dan penderita yang masih
dapat berjalan.
Interferon beta dapat memperlambat progresifitas
ketidakmampuan dan juga mengurangi tingkat keparahan
dan frekuensi perburukan ms.
5. Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus
Eritematosus Disseminata/SLE)

Lupus adalah suatu penyakit autoimun menahun yang


menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai
organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ
dalam.
Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai
jaringan dan organ yang berbeda. Beratnya penyakit
bervariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai
penyakit yang menimbulkan kecacatan, tergantung dari
jumlah dan jenis antibodi yang muncul dan organ yang
terkena.
Penyebab
Penyebab lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan
faktor lingkungan dan keturunan.

Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya


lupus: Infeksi Antibiotik (terutama golongan sulfa dan
penisilin) Sinar ultraviolet Stres yang berlebihan Obat-
obatan tertentu Hormon.
Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan,
tetapi gen penyebabnya tidak diketahui.
Hanya 10% dari penderita yang memiliki kerabat (orang
tua maupun saudara kandung) yang telah maupun akan
menderita lupus.
Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari
penderita lupus yang akan menderita penyakit ini.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga
bisa diderita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun,
baik pada pria maupun wanita, meskipun 10-15 kali lebih
sering ditemukan pada wanita.

Faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus


lebih sering menyerang wanita. Meningkatnya gejala penyakit
ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selama kehamilan
mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen)
mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini.

Kadang-kadang obat jantung tertentu (hidralazin, prokainamid


dan beta-bloker) dapat menyebabkan sindroma mirip lupus,
yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan.
6. Addisons disease
Ini adalah bentuk paling umum dari ketidak cukupan
adrenal disebabkan oleh kerusakan autoimun yang
memproduksi sel-sel steroid pada kelenjar adrenal.
insufisiensi adrenocortical yaitu primer sedangkan bentuk
sekunder dapat terjadi sebagai akibat dari hipofisis
penyakit hipotalamus)
Primer penyakit Addison relatif langka, dengan prevalensi
5-15 per 100.000 di Eropa dan negara-negara Amerika.
biasanya progresif lambat
pasien umumnya hadir dengan seperti
manifestasi seperti malaise, anoreksia,
hiperpigmentasi, hipotensi dan garam
wasting.
Penyakit Addison adalah kelainan endokrin langka yang
terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk memproduksi
hormon kortisol-glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Juga disebut hypocortisolism atau insufisiensi adrenal
Kelenjar-kelenjar adrenal, yang terletak di puncak ginjal,
terdiri dari medula interior dan korteks luar.
Medula menghasilkan adrenalin-seperti hormon,
sementara korteks menghasilkan kortikosteroid
(glukokortikoid dan mineralokortikoid) dan hormon seks
laki-laki - androgen. Ketika korteks adrenal gagal berfungsi,
hasil penyakit Addison.
Gejala dan tanda
Muscle weakness and fatigue
Weight loss and decreased appetite
Darkening of your skin (hyperpigmentation)
Low blood pressure, even fainting
Salt craving
Low blood sugar (hypoglycemia)
Nausea, diarrhea or vomiting
Irritability
Depression
Treatment Options
Anti-inflammatory drugs
NSAIDS, Corticosteroids
Immunosuppressant drugs
Methotrexate
Radiation
Plamapheresis
Cell Blocking Reagents
aCD20 (Rituxan)
aCD3 (Teplizumab)
Cytokine Blocking Reagents
TNF (Humira, Enbrel)
PENGOBATAN

Prinsip : supresi respons imun atau mengganti fungsi organ


yang rusak
Kontrol metabolik
Obat antiinflamasi
Imunosupresan
Kontrol imunologis riset
Sjogren sindroma
sindrom Sjgren adalah penyakit autoimun yang
menyerang kelenjar eksokrin (kelenjar yang memproduksi
kelembaban) dari tubuh, khususnya kelenjar lakrimal dan
ludah.

Terbentuk nya autoantibodi terhadap antigen saluran


ludah, infiltrasi limfosit dan terbentuk kompleks imun pada
kelenjar ludah
Gambaran klinik
Wanita pasca menapause
Kekeringan pada mulut, mata, bronkus, hidung, vagina, dan
kulit
Epidemiologi
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menentukan
prevalensi sindrom Sjgren, dan di antara penelitian ini,
prevalensi 0,04% menjadi 4,8% diperkirakan telah dikutip.
1-3 Hal ini diyakini menimpa sekitar 1-4.000.000 Amerika,
90% di antaranya adalah perempuan.
Sindrom Sjogren adalah gangguan autoimun inflamasi kronis.
Penyakit autoimun yang ditandai oleh produksi yang abnormal
dari antibodi tambahan dalam darah yang diarahkan terhadap
berbagai jaringan tubuh.
Sindrom Sjogren terjadi dengan sendirinya atau dapat, dan
sering terjadi dengan penyakit autoimun lainnya seperti lupus,
polimiositis, rheumatoid arthritis, skleroderma.
Sindrom Sjogren yang tidak terkait dengan penyakit jaringan
ikat lain disebut sebagai sindrom Sjogren primer. Sindrom
Sjogren yang juga berhubungan dengan penyakit jaringan ikat,
seperti rheumatoid arthritis, systemic lupus, eritematosus atau
skleroderma, disebut sindrom Sjogren sekunder.
Etiologi dan Patofisiologi
Para peneliti masih belum jelas tentang penyebab pasti
dari sindrom Sjgren
Proses yang berbeda mencirikan patogenesis sindrom
Sjgren melibatkan proses dimediasi T-sel yang mengarah
pada kerusakan sel danaktivasi B-sel, menyebabkan
produksi kelenjar saliva autoantibodies dan lacrimalis yang
disusupi oleh sel T. Infiltrasi menyebabkan pelepasan
sitokin dan peradangan dan kehancuran sel. Sel-sel B
memproduksi autoantibodi, SSA (anti-Ro) dan SSB (anti-
La), yang berhubungan dengan sindrom Sjgren.
Ketika peradangan dan kekeringan meluas ke bagian lain
dari tubuh, selain mata dan mulut, hal ini disebut
extraglandular involvement.
Bidang tubuh yang dapat terpengaruh termasuk kulit,
hidung, hati, ginjal, paru-paru, sistem pembuluh darah,
daerah kelamin, sistem saraf, dan sistem pencernaan.
Tidak setiap pasien akan menampilkan bentuk gejala yang
sama.
Infeksi virus menyebabkan produksi interferon-alpha oleh sel dendritik plasmacytoid
dan epitel menyebabkan apoptosis pada sel, mengekspos SSA / SSB dan
ribonucleoprotein di blebs apoptosis. Sel B memproduksi autoantibodi terhadap RNA
yg mengikat protein dan kompleks imun dibentuk yang mengikat reseptor Fc gama pada
sel dendritik IIa plasmacytoid, yang dirangsang untuk memproduksi interferon-alfa.
Produksi interferon-alfa merangsang pematangan sel dendritik, aktivasi sel T dan
produksi autoantibody oleh sel B, menciptakan lingkaran setan autoimun.
TERIMA KASIH
1 Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

Reaksi hipersensitivitas tipe I atau anafilaksis atau alergi yang


timbul segera sesudah badan terpajan dengan alergen.
Istilah alergi pertama kali diperkenalkan oleh Von Pirquet
pada tahun 1906, yang diartikan sebagai reaksi pejamu yang
berubah. Pada reaksi ini allergen yang masuk ke dalam tubuh
akan menimbulkan respon imun dengan dibentuknya Ig E.
Urutan kejadian reaksi tipe I

Fase Sensitasi
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mastosit
dan basofil.
Fase Aktivasi
Waktu selama terjadi pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik, mastosit melepas isinya yang berisikan granul yang
menimbulkan reaksi.
Fase Efektor
Waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
bahan- bahan yang dilepas mastosit dengan aktivasi
farmakologik.
Penyakit-penyakit yang ditimbulkan segera sesudah tubuh
terpajan dengan allergen biasanya adalah asma bronchial,
rintis, urtikaria (kaligata), dan dermatitis atopi.
Reaksi Hipersensitivitas Tipe II

Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi


karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap
antigen yang merupakan bagian sel pejamu.
Reaksi ini dimulai dengan antibodi yang bereaksi baik
dengan komponen antigenik sel, elemen jaringan atau
antigen atau hapten yang sudah ada atau tergabung
dengan elemen jaringan tersebut. Kemudian kerusakan
diakibatkan adanya aktivasi komplemen atau sel
mononuklear.
contoh

Reaksi Transfusi
Reaksi Antigen Rhesus
Anemia Hemolitik autoimun
Anemia Hemolitik autoimun
Sindrom Goodpasture
Myasthenia gravis

You might also like